Fail Forward

Pernah denger ngga istilah “Fail Forward” Istilah ini lekat dengan pendekatan dalam membangun kultur inovasi. Istilah ini sering ditemukan dalam dunia bisnis artinya, ngga semua harus nunggu sempurna, coba aja dulu! Fail fast biasanya diikut dengan “Fail Often”, namanya juga eksplorasi, pasti akan menemukan banyak kegagalan yang berbeda.

Kondisi ini akan banyak mendatangkan keuntungan karena jadi matang, banyak belajar & melompatkan prosesnya dalam proses akselerasi. Jangan ragu mengulang proses eksperimennya berulang dan berulang lagi.

Istilah ini merujuk pada kegagalan & penyesuaian. Fail Forward berarti dengan sengaja dan sengaja menggunakan kegagalan untuk menemukan kesuksesan. Ini adalah proses yang dibangun secara sadar dimana hal pertama-tama yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita bisa melepas rasa obsesif kita untuk selalu menjadi menjadi sempurna.

-When we try to be perfect, we limit our ability to grow, because we stay in our comfort zone and avoid even healthy risks. When we seek perfection, we limit the power of the divine- James Baraz.

Ini bukan berarti bahwa kita ngga boleh melakukan proses persiapan ya, atau mengantisipasi tantangan, atau menilai risiko. Sebaliknya – dasar dari “Fail Forward” adalah bagaimanan menjadi lebih baik dalam memitigasi risiko dan pada saat yang sama kita juga tidak menahan diri. Coba aja dulu kemudian lihat apa yang terjadi.

If we never try🎶🎶
🎶🎶How will we know
Baby, how far this thing could go?🎶
-Stacye Ryan–

Gimana memulai cara memberanikan “Fail Forward?”
1. Coba dulu dari hal kecil
2. Belajar mengubah perspektif jadi penting. Kita punya 100% kendali atas pikiran & perasaan. Jangan tersandera keraguan/ ketakutan. Kendalikan pikiran & fokus pada kebaikan yang akan datang.
3. Hadapi Setiap Ketakutan.Hadapi ketakutan, segera ambil kendali & bergerak maju dengan damai.

Pada kenyataanya, kegagalan akan selalu jadi bagian dari kehidupan. Jika tak gagal, kita tak banyak belajar. Redefinisikan ulang kegagalan, gunakanlah untuk menekuni Fail Forward.

Failing Forward is the art of failing forward that will ultimately drive sustainability, and teach collaboration, empowerment and resilience.- Stephen Childs-

Complicated & complex

Sebuah tim perlu secara konstan dipandu, jika perlu dipaksa agar mencapai puncak tujuan. Anggap saja sedang mendaki sebuah bukit, menyusurinya ke atas berjalan mengarah pada tujuan ultimatenya di puncak. Jika kita berhenti atau stagnan disebuah titik, maka dunia akan berputar mundur di atas kita kemudian.

Tujuan dari tim bukan sekedar sampai, tapi bagaimana memeliharanya. Bukan hanya menjadi mesin yang diberikan oli dengan teratur, tapi jadi organisme yang kompleks & adaptif. Menjadi kompleks itu baik tapi bukan berarti complicated.

Ada perbedaan besar antara “complicated” & “complex”. Jika sesuatu kompleks, maka yang perlu dilakukan adalah memetakannya & diturunkan keterhubungannya dengan teratur, diurai, diaktifkan, dikelompokkan & diorkestrasi hingga bisa memprediksi dengan relatif-pasti dampaknya pada sistem yang lebih besar.

Kompleksitas biasa muncul dari sebuah kreatifitas. Seperti alamiahnya sistem yang kompleks memang akan menimbulkan hal-hal yang tak stabil, nonlinier & menghasilkan berbagai hasil saat salah satu variabelnya diubah. Banyak variabel yang kemudian bisa berubah secara bersamaan dalam sistem yang kompleks, sehingga akibatnya akan banyak hasil hampir tidak mungkin diprediksi akurat.

Dalam berkelompok, karena melibatkan multi individu berbeda tentu akan jadi sistem kompleks, dengan segala inisiatif, pengalaman & kontribusinya yang berbeda, maka menjadi penting tim ini untuk memiliki kemampuan beradaptasi & resiliensi hingga lahirnya keberhasilan.

Sesungguhnya kurang baik, jika sebuah tim memperlakukan kompleksitasnya dengan input & output yang rigid, dipaksakan dengan pasti terkait caranya, ini akan berbahaya & jadi resep gagal. Dalam memahami kompleksitas sistem, bisa jadi solusi yang well-engineered sekalipun bisa jadi tak cukup & tak relevan.

Manusia adalah sosok pengoptimal bawaan, terbiasa mencari cara untuk memecah sistem menjadi komponen yang lebih kecil, memahami input mana yang menghasilkan output tertinggi. Proses ini bekerja sangat baik dengan sistem yang kompleks, tetapi jika makin mengoptimalkan komponennya, membuatnya makin rigid & kurang fleksibel maka akan lebih mudah terganggu & gagal.Jauh dari adaptif.