Disruptive Innovation dan Sustaining Innovation

Tiba di Surabaya, lihat taksi Bluebird yang selalu dirindukan oleh hal-hal baru yang selalu mereka hadirkan dalam pelayanannya. Ibaratnya memasak. Ada yang memperbaiki resep lama, sementara yang lain ciptakan menu baru yang bikin lidah kaget. Dua ‘gaya masak’ bisnis yang heboh: disruptive innovation dan sustaining innovation. Coba kita buka resepnya, resep Bluebird dan Gojek!🚙🚗

Bluebird udah lama jadi primadona di kota-kota besar Indonesia. Dengan armada birunya dan layanan top, mereka jadi pilihan banyak orang. Mereka nggak mau kalah zaman, jadi mulai ada fitur pesan lewat aplikasi dan bayar elektronik.

Tapi, Gojek datang ngebut! Lewat aplikasi, kita bisa pesan ojek cepat dan murah. Gojek nggak cuma itu, layanan makin beragam, dari antar makanan sampai keuangan.

Disruptive Innovation itu kayak Gojek. Teknologi atau bisnis baru yang bikin heboh pasar. Seringkali lebih murah, sederhana, atau lebih mudah diakses.

Sustaining Innovation kayak Bluebird. Inovasi yang buat produk jadi lebih baik tapi tanpa ganti struktur pasarnya. Biasanya dilakukan pemain besar buat tetap eksis.

Saat Bluebird asyik perbaiki layanan taksi mereka, pada tahun 2016 Gojek datang dengan ide segar yang ubah cara kita lihat transportasi. Beda banget pendekatannya! Tapi, mereka akhirnya bersatu dalam satu ekosistem bisnis saat ini, sama-sama mengarungi samudra digital kompak bareng, berubah bareng co-evolution!

Jadi, Bluebird dan Gojek ini ibarat dua chef di dapur bisnis. Yang penting selalu berinovasi, selalu siap saji yang terbaik!

Selamat belajar🚀

Problem Tree & Solution Tree

Bukan sembarang pohon nih!

Problem Tree & Solution Tree digunakan dalam Design Thinking untuk mengidentifikasi akar masalah dan solusi. Kedua metode ini penting dalam Double Diamond.

🌴Problem Tree meliputi:
1. Akar Masalah: Faktor penyebab masalah.
2. Masalah Inti: Isu kunci yang dihadapi.
3. Dampak: Konsekuensi dari masalah inti.

🌴Solution Tree meliputi:
1. Akar Solusi: Intervensi untuk akar masalah.
2. Intervensi Utama: Tindakan untuk masalah inti.
3. Hasil: Ekspektasi dari intervensi.

Empat fase Double Diamond:
✅ Discover: Menggunakan Problem Tree untuk pemahaman pengguna, identifikasi akar masalah, dan dampaknya.
✅ Define: Menentukan masalah inti setelah mengidentifikasi akarnya.
✅ Develop: Menggunakan Solution Tree untuk menciptakan solusi yang efektif.
✅ Deliver: Melaksanakan solusi.

Problem Tree & Solution Tree memastikan pendekatan yang sistematis untuk inovasi dalam konteks Double Diamond. Mereka mempromosikan empati dan solusi yang berfokus pada pengguna. Ini membantu organisasi berinovasi dengan struktur dan makna, menyoroti akar masalah dan menciptakan solusi tepat. Inovasi yang dihasilkan memenuhi kebutuhan nyata pengguna atau stakeholder, bukan hanya inovasi biasa.

Mengaplikasikan keduanya memungkinkan organisasi menjadi lebih adaptif, membangun budaya inovatif, dan memimpin pasar dengan inovasi yang berkelanjutan🚀.

Jadi kalo diminta bikin pohon, udah paham ini mana akar mana buahnya🤣

The Long Road to Trush

Membangun kepercayaan bisa diibaratkan seperti merintis jalan panjang menuju puncak gunung: penuh tantangan namun penuh pesona bila kita menilik prosesnya. Pada awalnya, The Long Road to Trust dimulai dari setiap individu😙

Dari satu pikiran (individual mind) yang berawal dari rasa ingin tahu dan bersedia belajar, perlahan membentuk sebuah pengetahuan individu (individual knowledge).

Di sini, kepercayaan pada diri sendiri dan keyakinan terhadap apa yang kita ketahui mulai terbentuk.

Namun, di manakah kita bisa menciptakan dampak yang lebih besar? Jawabannya: ketika pengetahuan dan pikiran ini terkumpul dan berkolaborasi, menciptakan apa yang kita sebut sebagai pikiran kolektif (collective mind) dan pengetahuan kolektif (collective knowledge).

Perjalanan dari individual ke kolektif bukan sebuah proses instan loh! Ini adalah serangkaian interaksi, dialog, dan kolaborasi yang terjalin secara konsisten🥳

Trust dalam konteks ini berperan sebagai ‘jembatan’ yang menghubungkan berbagai pemikiran dan kompetensi bersama-sama dalam sebuah wadah yang harmonis😎

Saat Trust terbangun, ruang untuk berbagi pengetahuan terbuka lebar. Individu merasa aman untuk berbagi ide, mencoba gagasan baru, dan tak takut gagal. Semua ini karena mereka tahu bahwa di balik mereka, ada tim yang siap mendukung dan memahami🥳

Trust ini, yang terbangun dalam perjalanan, memungkinkan suatu organisasi untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama, membentuk fondasi yang kuat dalam menciptakan solusi dan inovasi yang berdampak✅

Ingatlah, tiap langkah dalam perjalanan ini penting. Perjalanan dari individual ke kolektif, dari pikiran dan pengetahuan individu menuju pikiran dan pengetahuan kolektif, adalah bagaimana kita bersama-sama merintis jalan panjang menuju kepercayaan🤩

Di sinilah kita bersama membangun, belajar, beradaptasi, dan menciptakan masa depan yang punya meaning dan terjaminberkelanjutannya bagi kita semua🚀

Divide and Conquer

Pekerjaan yang berat seringkali bikin kita terasa ‘ngehang’, seperti menghadapi komputer yang lamban di saat kita membutuhkannya.

Katakanlah Bona, seorang manajer proyek yang terbebani oleh tanggung jawabnya yang luar biasa. Tiap hari tenggelam dalam laporan, rapat & tenggat waktu yang tampak tak pernah berakhir.

Pada suatu malam, sambil menatap layar komputernya yang sebenarnya juga ‘ngehang’, Bona merenung. Ia menyadari bahwa permasalahan kompleks yang ia hadapi perlu diurai agar tidak menumpuk dan menambah stres.

Konsep “Divide and Conquer”, bisa membantu membagi-bagi tugas & proyeknya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terkelola, lalu memberi batas waktu untuk masing-masing bagian tersebut.

Ia mulai mendekomposisi pekerjaannya, memilah prioritas & membagi tugas-tugas kecilnya kepada timnya, sesuai dengan keahlian masing-masing anggota.

Dengan melakukan ini, bukan hanya memudahkan manajemen proyek, tetapi juga memberi ruang bagi timnya untuk berkontribusi dan merasa lebih terlibat.

Selanjutnya, dengan menerapkan metoda “Agile”, ia bikin timnya lebih siap menghadapi perubahan & tantangan yang mungkin muncul di tengah jalan, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil selalu sejalan dengan tujuan utama proyek tanpa mengorbankan kesejahteraan tim.

Sementara dengan “Critical Path Method” (CPM), ia mampu mengidentifikasi langkah-langkah kritis dalam proyek yang membutuhkan perhatian khusus untuk memastikan semuanya tetap di jalur yang benar. Kini, Bona dan timnya bergerak maju dengan lebih terstruktur dan efisien, mengurangi rasa ‘ngehang’ yang sebelumnya menghantui mereka.

Lewat pengurangan kompleksitas, bukan tak cuma mengoptimalkan waktu dan sumber daya, namun juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Sebuah pengingat bagi kita semua bahwa pemecahan masalah dapat dimulai dengan membaginya menjadi potongan-potongan yang lebih mudah dicerna dan dikelola.

Bona kini tak lagi melihat pekerjaan sebagai beban yang berat, tapi tantangan yang bisa ditaklukkan satu per satu dengan strategi yang tepat. Karena tiap masalah, jika dipecah, akan jadi lebih ringan & bisa diatasi dengan lebih baik🚀

Selamat belajar!

Understanding Business Chemistry

Dibalik kemajuan organisasi tersembunyi kekuatan yang tak terlihat yang menjaga integritas & kemajuan bersamanya: semangat kolektif yang menempatkan organisasi di atas segalanya.

Di sini, berkecambah nilai dasar & menunjukkan jalan dalam proses eksplorasi ketidakpastiannya. Business Acumen & Ethics bukan cuma jadi pengantar dalam panduan, tapi jadi nadi yang mengalir dalam setiap pembuluh kerja anggotanya.

Business Acumen diartikulasikan bukan cuma kemampuan memahami & menavigasi kekompleksan bisnis, tapi juga sebagai penunjuk arah yang membimbing tiap individu untuk menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi organisasi. Mengidentifikasi peluang, menangkap & mengubahnya jadi nilai tambah, selalu dilakukan dengan pandangan jauh ke depan & pertimbangan dampaknya pada organisasi secara menyeluruh.

Sedangkan Business Ethics, jadi kanvas moral dimana tiap keputusan & tindakan dilakukan. Dengan dedikasi untuk melampaui dari sekadar patuh pada regulasi, etika akan mengantarkan tim pada tindakan yang transparan, bertanggung jawab & menghormati semua pihak.

Nilai etika ini, lebih dari sekadar aturan, menjadi ruh yang mendorong tim untuk selalu melakukan yang terbaik.

Jadi penting menempatkan kepentingan organisasi di atas individual jadi prinsip utama. Tiap anggota dengan sepenuh hati mau paham bahwa keberhasilan & keberlanjutan organisasi adalah refleksi dari pengorbanan & komitmen bersama.

Keputusan & langkah yang diambil tidak lagi didasarkan pada ‘Aku’ atau ‘Saya’, tapi ‘Kita’ & ‘Kami’. Setiap tindakan & pengorbanan dibuat & diambil dengan penuh kesadaran bahwa tujuan bersama lebih berharga dibandingkan keuntungan pribadi.

Meski tak selalu terucap, tapi ada kesepakatan sunyi, kode tak tertulis yang jadi petunjuk. Tidak ada ruang untuk kepentingan pribadi, sadar bahwa ketika organisasi berkembang, tiap anggota tim merasakan dampaknya.

Business acumen & etika bisnisnya bersatu, membentuk sebuah entitas yang ngga cuma fokus pada pertumbuhan finansial, tetapi juga pada penciptaan lingkungan kerja kondusif, adil & beretika, serta berkontribusi positif terhadap masyarakat. Nilai-nilai ini ditanamkan jadi pengingat mendorong anggotanya untuk menjaga keberlanjutan.

Parkinson’s Law

Pernah dengar Hukum Parkinson ga? Bukan soal ilmu fisika, tapi sebuah prinsip tentang waktu dan pekerjaan yang cukup menarik.

Coba simak cerita sederhana ini: ada seorang anak kecil bernama Budi. Suatu hari, gurunya memberikan pekerjaan rumah dengan batas waktu satu minggu untuk menyelesaikannya.

Dengan waktu yang cukup lama, Budi memilih untuk bermain, menonton TV, dan melakukan berbagai kegiatan lain, seraya melupakan tugasnya. Sampai di hari terakhir, dia panik dan berusaha menyelesaikan semua pekerjaannya, dan tentu saja hasilnya tidaklah maksimal dan Budi merasa sangat stres😫.

Nah, Hukum Parkinson berbunyi: “Pekerjaan akan membesar sesuai dengan waktu yang tersedia untuk menyelesaikannya.” Meskipun Budi punya banyak waktu, dia tetap menghabiskannya dan hasil pekerjaannya menjadi tidak optimal😖

Bagaimana jika konsep ini kita terapkan dalam sebuah tim atau organisasi? Misalkan, ada proyek A yang harus selesai dalam satu bulan, jika kita ngga bijak dalam mengelola waktu, bisa-bisa kita akan seperti Budi, panik di waktu-waktu akhir dan menghasilkan pekerjaan yang kurang memuaskan.

Lantas, bagaimana cara agar kita dan tim kita tidak seperti Budi? Beberapa langkah bisa diambil!

Pertama, buatlah rencana yang jelas, seperti bagian X dari proyek A harus selesai dalam minggu ini. Kedua, fokuslah dan hindari gangguan. Ketiga, beri waktu untuk istirahat agar tak lelah. Keempat, jaga komunikasi dalam tim agar semua orang mengerti perannya dan progress pekerjaan.

Memang, menerapkan semua ini ngga gampang dan membutuhkan kedisiplinan serta komitmen dari semua anggota tim. Tapi, dengan praktik dan kesadaran yang tinggi, kita bisa banget menciptakan hasil kerja yang berkualitas tanpa harus merasa terburu-buru dan stres!🤯🤯

Unpretentiousness

“Pernah mendengar istilah ‘Unpretentiousness’? Sebuah kata yang mungkin terdengar asing, tapi sebenarnya merangkum esensi sebuah tim atau organisasi yang seru dan menyenangkan untuk dijadiin tempat berkarya.

Bayangin deh sebuah ruangan di mana tiap orang bisa menjadi diri sendiri sepenuhnya, ngga ada tuntutan untuk selalu tampil sempurna, dan setiap usaha dihargai.

Dalam dunia kerja yang serba digital dan cepat ini, membangun sebuah tim yang menerapkan prinsip unpretentiousness kayaknya jadi hal yang segar dan dibutuhkan. Mengapa?

Karena di sini, komunikasi terjadi tanpa rasa takut atau khawatir akan dihakimi. Setiap suara, ide, dan pendapat bisa terdengar dan dihargai dengan seutuhnya.

Unpretentiousness bukan berarti tanpa ambisi atau kompetisi, tetapi bagaimana menghargai dan mengakui setiap kerja keras yang dilakukan oleh setiap individu.

Dalam sebuah tim yang penuh dengan autentisitas dan penghargaan mutual, kolaborasi dan kreativitas bisa berlangsung dengan sangat alami dan menghasilkan inovasi yang tak terduga.

Jika ingin mengeksplor lebih dalam tentang bagaimana membangun dan memimpin sebuah tim dengan prinsip-prinsip ini coba tengok dan baca deh ‘Dare to Lead’ karyanya Brené Brown bisa jadi bacaan yang recommended. Tentang konsep memimpin dengan keberanian untuk menjadi autentik dan menunjukkan kerentanan.

Membangun sebuah organisasi atau tim yang kuat dan inklusif, dimana setiap orang bisa merasa menjadi diri mereka sendiri, tentu menjadi sebuah petualangan yang seru dan bermakna. Setiap langkah, kesalahan, dan keberhasilan yang dihargai, akan memperkaya perjalanan dan membawa pada transformasi positif yang berkelanjutan.

Selamat belajar!

Humility

Salah satu sikap yang paling penting dimiliki para penghuni era perubahan ini adalah Humility.

Humility adalah sikap di mana seseorang tidak merasa lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain. Ini tentang menerima dan mengakui bahwa kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan, serta selalu terbuka untuk belajar dan mendengarkan orang lain🤩

Orang yang memiliki sikap rendah hati biasanya tidak sombong dan selalu menghargai bantuan serta kontribusi dari orang lain. Mereka paham bahwa mereka tidak selalu benar dan bahwa setiap orang bisa memberikan sesuatu yang berharga😙

Sikap ini jadi penting karena membuat kita lebih mudah berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain dalam cara yang positif dan konstruktif🧐

Sebuah konsep atau keterampilan interpersonal penting yang mencakup pengakuan dan penerimaan terhadap keterbatasan dan kekurangan diri tanpa merasa rendah atau inferior🥸

Seseorang yang memiliki sikap rendah hati cenderung menghargai kontribusi dan nilai orang lain, serta terbuka terhadap belajar dan menerima kritik.

Humility bukan berarti mengecilkan diri, tetapi lebih kepada mengakui realitas dengan jujur dan tidak merasa lebih superior dibandingkan orang lain.

Orang yang punya sikap humility biasanya tidak sombong atau berlagak tahu semuanya, dan mereka mampu melihat serta menghargai kelebihan yang dimiliki orang lain.

Di dalam konteks tim atau kolaborasi, sikap ini sangay membantu dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berbagi ide dan pengetahuan serta membentuk hubungan yang positif antar anggota🚀🚀

Culture Vs Employee Engagement

Mana Fuck*d Moment yang pernah kamu alamin bareng tim kamu? Fuck*d-up moments dalam perjalanan bisnis bisa aja berupa kejadian-kejadian ini, coba mana yang pernah kamu alami?

1. 😵‍💫Kehilangan Pelanggan Utama:
Kepergian klien utama yang telah lama bermitra dengan perusahaan.

2. 🤯Krisis Keuangan Mendalam:
Kesulitan finansial serius seperti utang yang tidak terbayar.

3. 😔Kegagalan Produk atau Layanan:
Ketidakberhasilan produk atau layanan yang telah diusahakan.

4.🥵Konflik Tim yang Merajalela:
Konflik dalam tim yang tidak terselesaikan dengan baik.

5. 😖Perubahan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah:
Perubahan regulasi atau kebijakan pemerintah yang tak terduga.

6. 🥶Kehilangan Pemimpin Kunci:
Perginya pemimpin atau eksekutif kunci perusahaan.

7. 🫠Gagal dalam Investasi Besar:
Investasi besar yang tidak berhasil.

8. ☹️Kejadian Krisis Tidak Terduga:
Kejadian darurat seperti bencana alam atau pandemi.

9. 🤯Pengalaman Burnout:
Kelelahan fisik dan mental individu atau tim.

10.😳Kehilangan Data Penting: Kehilangan data penting atau pelanggaran keamanan.

Dalam fuck*d-up moments, leadership justru jadi hal sangat penting. Pemimpin memberikan arah yang jelas, ketenangan dalam ketidakpastian, dan visi yang dibutuhkan oleh tim, hati-hati jika kerap menyerah dalam keadaan sulit, tapi senang dalam keadaan baik-baik saja. Perlu berfokus pada tujuan dan mengambil langkah-langkah yang tepat.

Dalam prosesnya, hubungan tim terbentuk lebih dalam, dan peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran muncul dari kekacauan-kekacauannya itu. Jadi, penting diingat bahwa leadership yang kuat adalah cahaya dalam kegelapan kala semuanya terasa berantakan. Tarik napas dulu, beresin satu-satu 🚀🚀

Asset Allocation

Diskusi menarik, dengan kawan-kawan @thelocalenablers memahamkan apa bedanya Saham dengan Asset Perusahaan, apakah saham sama dengan pemilikan asset? Yok belajar lagi yook!

Ketika kamu mulai menyelami dunia bisnis, apalagi memantapkannya dengan legalitas, pasti akan bergumul dengan istilah: saham dan asset perusahaan. Jangan sampai tak paham apa bedanya.

✅Saham;
sepotong kecil kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Kamu bisa membeli dan menjualnya di pasar saham. Ketika memiliki saham, kamu punya hak mendapatkan dividen jika perusahaan menghasilkan keuntungan. Pemilik saham juga punya hak ikut memilih direksi perusahaan dalam pemilihan umum.

✅Asset perusahaan
di sisi lain, adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Ini termasuk uang tunai, properti, peralatan, bahkan persediaan barang dagangan. Semua ini adalah alat yang perusahaan gunakan untuk menghasilkan pendapatan.

Namun, yang perlu diingat adalah asset perusahaan tidak langsung “dimiliki” oleh pemegang saham. Mereka hanya memiliki hak atas potensi pendapatan perusahaan.

Asset perusahaan biasanya tidak dibagi-bagikan kepada pemegang saham, kecuali jika terjadi likuidasi perusahaan. Likuidasi adalah ketika perusahaan menghentikan operasinya dan menjual semua asetnya untuk membayar utang. Kemudian, pemegang saham akan mendapatkan bagian dari hasil penjualan setelah semua utang terbayar.

Jadi, jika kamu berinvestasi dalam saham, kamu berinvestasi dalam potensi pertumbuhan dan laba perusahaan, sementara asset perusahaan adalah apa yang menjadi landasan bisnis itu.

Memahami perbedaan ini sangat penting saat kamu terlibat dalam dunia investasi dan bisnis, selamat belajar🚀