Keterampilan Memahami Konteks

Dunia yang makin kompleks tentunya memerlukan keterampilan memahami sebuah permasalahan dengan konteks yang lebih luas dan dalam, mengapa jadi penting?

1.Biar ngga bingung dengan kompleksitas😚
Berpikir sistem membantu kita memahami bagaimana semua komponen saling terkait dalam suatu sistem dan bagaimana tindakan di satu bagian dapat berdampak pada bagian lainnya. Dengan memahami hubungan ini, kita dapat mengidentifikasi solusi yang efektif dan menghindari konsekuensi tak terduga.

2. Biar jadi paham atas informasi yang dilihat😎
Memungkinkan kita untuk mengevaluasi kebenaran dan kualitas informasi yang kita terima, serta mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda. Berpikir kritis membantu kita menghindari penipuan atau manipulasi, serta membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan pemahaman yang akurat.

3. Agar lebih paham melihat keterkaitannya 🥳
Inovasi dan kreativitas: Berpikir sistem memungkinkan kita untuk melihat pola dan hubungan yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama. Ini membuka pintu bagi inovasi dan kreativitas dalam memecahkan masalah yang kompleks. Dengan berpikir kritis, kita dapat mengidentifikasi peluang baru, menghasilkan gagasan yang orisinal, dan menciptakan solusi yang inovatif.

4. Agar lebih efektif😃
Logikanya ditarik lebih luas dan panjang, hal ini akan memungkinkan kita untuk menganalisis situasi secara menyeluruh, mengidentifikasi akar masalah, dan menghasilkan solusi yang terbaik berdasarkan pemikiran logis dan bukti yang ada. Dengan keterampilan ini, kita bisa menghindari kesalahan yang mungkin terjadi dan mencapai hasil yang lebih baik.

5. Jadi paham big picturenya🙄
Peningkatan pemahaman: Dengan berpikir sistem dan berpikir kritis, kita dapat memperdalam pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan ini membantu kita melihat gambaran yang lebih luas, menghubungkan informasi dari berbagai disiplin ilmu, dan memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang kompleksitas fenomena dan permasalahan yang dihadapi.

Dengan mengembangkan keterampilan ini, kita dapat menjadi pemikir yang lebih baik, pengambil keputusan yang lebih bijaksana, dan inovator yang lebih kreatif🤩

Konsep “Conscious Competence”

Sering merasa berat, kesal bahkan rasanya mau marah dalam sebuah lingkup pekerjaan bisa jadi adalah tanda memang kita perlu belajar lagi, tak cukup kompeten dengan tantangan yang dihadirkan, perlu ruang dan waktu memperbesar kapasitas.

Ada sebuah konsep bernama “Conscious Competence” yang sering digunakan dalam pembelajaran & pengembangan keterampilan seseorang. Ada 4 tingkat kesadaran & kemampuan yang dimiliki individu saat kita menguasai suatu keterampilan.

🤨Pertama, kondisi “Unconscious Incompetence” (Kita tak sadar kalau kita tak mampu ). Pada tahap ini, seseorang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang suatu hal, dan bisa jadi kita juga tidak menyadari kekurangan tersebut.

😩Kedua, “Conscious Incompetence” (Sadar jika Ia tak mampu). Pada tahap ini, seseorang sadar bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam suatu hal tertentu.

🤓Ketiga, “Conscious Competence” (Sadar akan Kemampuan) adalah tahap di mana seseorang telah belajar & mengembangkan keterampilan baru, tapi mereka harus tetap fokus dan sadar dalam menggunakannya. Pada tahap ini, individu punya kemampuan & pengetahuan yang cukup, tetapi masih memerlukan usaha & kesadaran untuk menerapkannya dengan benar.

😎Keempat “Unconscious Competence” (Tidak Sadar tentang Kemampuan) adalah tingkat puncak dalam pembelajaran keterampilan. Pada tahap ini, seseorang telah menguasai suatu keterampilan secara alami sehingga mereka dapat melakukannya dengan lancar dan tanpa perlu berpikir secara sadar.

Dengan memahami konsep ini “Conscious Competence,” kita bisa mengenali tahapan pembelajaran & pengembangan dirinya, serta paham apa yang diperlukan untuk mencapai tingkat kemahiran yang lebih tinggi.

Kamu ada di level mana?🥳

Belajar Mengelola Kompleksitas melalui Kerangka Cynefin

Melahirkan inovasi tentunya akan berhadapan dengan kemampuan mengelola kompleksitas. Jika tak dilatih sering kali kita jadi frustasi karena tak paham kompleksitasnya😥

Dalam kerangka Cynefin ini dinamakan Managing complexity. Kerangka kerja yang digunakan untuk memahami & mengkategorikan berbagai jenis masalah & situasi yang dihadapi🫣

Dalam kerangka ini, kompleksitas merujuk pada kondisi di mana hubungan antara penyebab & akibat tidak jelas dan atau dapatkah ia diprediksi dengan jelas atau tidak😬

Situasi kompleks sering kali melibatkan interaksi yang rumit, banyak pemangku kepentingan yang terlibat, beragam variabel yang saling terkait, dan solusi yang tidak jelas atau terbatas. Jika tak pandai mengelola berujung chaos dan frustasi!🥸

Untuk mengelola kompleksitas, tentu perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah dan situasi yang kompleks, serta mengakui bahwa solusi ngga selalu bisa direncanakan secara terperinci atau dijelaskan sebelumnya.

Beberapa situasi bisa digambarkan sebagai situasi yang “Simple” (Sederhana), “Complicated” (Rumit), atau “Chaotic” (Kacau)😴

Belajar mengelola kompleksitas complexity kerangka Cynefin akan melibatkan proses eksplorasi, percobaan, pembelajaran adaptif & kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan yang tak dapat diprediksi🤫

Hal ini menuntut kita untuk selalu meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan situasi yang kompleks dengan langkah-langkah yang secara konsisten kita lakukan seperti percobaan, prototyping, komunikasi & menguatkan kolaborasi, jangan lupa dipantau & disesuaikan & terjaga keberlanjutannya.

Penting untuk memahami bahwa dalam kerangka ini, ngga ada satu pun pendekatan manajemen yang cocok untuk semua jenis situasi atau masalah. Topa domain dalam Cynefin perlu pendekatan yang berbeda untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

Dalam domain kompleksitas, pendekatan yang tepat akan tetap melibatkan penerimaan ketidakpastian, pembelajaran eksperimental & fleksibilitas dalam merespons perubahan🤩

Jadi sangat penting untuk menguasai keterampilan ini, senantiasa jadi individu yang adaptif, bisa mengelola kompleksitas agar energi yang digunakan pun terukur, selamat hingga tercapai tujuan!🚀🚀

The Flow Model

Ada saatnya kita dilanda jenuh, apatis & bosan dalam keseharian, terutama jika dalam upayanya menggapai mimpi-mimpi yang sudah terucap & tertuliskan berupa tujuan yang jelas & terdefinisikan, memberikan arahan & fokus pada aktivitas yang perlu dilakukan, hingga bagaimana bisa mempertahankan keterlibatan & meningkatkan kepuasannya🤩

Ada imajinasi yang kerap kita ilustrasikan, hingga memacu degup kecang jantung saking gembira dan membuncahnya energi yang kita miliki saat itu, tapi dalam perjalanannya perjalanan mencapainya tak selalu baik-baik saja🥲Ada kalanya jadi apatis, apatis akan terjadi jika tantangan terlalu rendah dengan keterampilan yang rendah pada kenyataannya. Atau stress, kala mimpinya lebih tinggi ketimbang skillnya. Atau bahkan membosakan, kala keterampilan kita mumpuni tapi tantangan yang hadir tak cukup tinggi😵‍💫

Jika tantangan terlalu rendah, individu bisa merasa bosan, sedangkan jika tantangan terlalu tinggi, mereka dapat merasa cemas/kewalahan🫨

Kondisi ideal adalah ketika kondisi tantangan yang cukup tinggi dibarengi dengan keterampilan yang cukup mumpuni (Flow). Biasanya jika pada kondisi ini, individu akan merasakan kehilangan kesadaran diri dan waktu, mengalami pengalaman yang dalam dan memuaskan, Terlibat secara emosional dan kognitif, dan tidak terganggu oleh gangguan atau pemikiran yang mengganggu🤩🤩

Yang perlu disadari bahwa kondisi ke-empat dimensi ini dalam pekerjaan sehari-hari adalah dinamis, berganti-ganti keadaanya. Untuk tetap menjadikannya pada kuadran paling ideal yakni “Flow” adalah membuka diri untuk tetap belajar. Hanya kadang kita tak berkesadaran penuh untuk peduli bahwa kita perlu belajar terus, bahkan lebih parahnya, jangan-jangan kita lebih senang menggurui dari pada belajarnya🥹

Belajar biasanya dapat berupa mencari umpan balik yang membantu individu jadi paham apakah mereka sedang berhasil atau tidak, serta memungkinkannya untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Menyempatkan belajar dan berguru, akan membawa pengalaman manusia pada titik yang optimal, hingga Ia sepenuhnya akan terlibat dalam aktivitas yang memicu perasaan fokus, keterlibatan, dan kepuasan yang tinggi.

Jangan berhenti belajar🤝

Pengambilan Keputusan secara Inklusif

Pastikan setiap orang terlibat yaaa! Organisasi pembelajar buat tim makin kreatif, gimana melibatkannya?

Pengambilan keputusan secara inklusif adalah proses pengambilan keputusan yang melibatkan partisipasi dari beragam perspektif dan kelompok yang berbeda dalam suatu organisasi atau masyarakat.

Tujuannya tentunya adalah untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan kebutuhan dan kepentingan semua anggota masyarakat atau organisasi.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk melakukan pengambilan keputusan secara inklusif🥳

✔️Identifikasi stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputusan: Stakeholder adalah pihak-pihak yang akan terpengaruh oleh keputusan yang diambil. Identifikasi dan undanglah mereka untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan🥳

✔️Pilih metode yang sesuai: Pilih metode yang sesuai untuk memfasilitasi diskusi dan pengambilan keputusan yang inklusif, seperti focus group, workshop atau forum diskusi😁

✔️Buat ruang untuk partisipasi aktif: Buatlah ruang yang aman dan terbuka untuk semua stakeholder untuk berpartisipasi secara aktif dan memberikan masukan mereka🫡

✔️Berikan informasi yang lengkap: Berikan informasi yang lengkap dan transparan kepada semua stakeholder sehingga mereka dapat membuat keputusan yang didasarkan pada fakta dan data yang valid😎

✔️Beri waktu yang cukup: Berikan waktu yang cukup bagi stakeholder untuk mempertimbangkan opsi yang tersedia dan memberikan masukan mereka🧐

✔️Pertimbangkan semua opsi: Pertimbangkan semua opsi yang tersedia dengan cara yang objektif dan adil, tanpa memihak pada satu kelompok atau individu tertentu.

✔️Evaluasi keputusan: Setelah keputusan diambil, evaluasi hasilnya secara terbuka dan transparan dan berikan kesempatan bagi stakeholder untuk memberikan masukan dan umpan balik🤓

✔️Dengan mengikuti langkah-langkah ini, proses pengambilan keputusan secara inklusif dapat membantu organisasi atau masyarakat untuk mencapai keputusan yang lebih baik dan memperkuat hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi☺️

Ayo gas belajar lagi🚀🚀

Complicated Vs Complex

Sesuatu yang rumit dapat dibagi menjadi dua, kompleks dan complicated. Jika dianalogikan sesuatu yang kompleks bisa digambarkan dengan contoh

1. Bubur ngga diaduk – complex;
Bubur dengan condiment yang terpisah.

2. Bubur diaduk – complicated;
Sedangkan kondisi yang complicated bisa digambarkan dengan bubur diaduk, dimana segala sesuatunya sudah tercampur dan sulit menguraikannya kembali menjadi komponen-komponen dasarnya🥳

Menjadi kompleks itu baik, tidak ada yang salah. Apalagi di jaman digital ini dimana segala hal dapat terhubung segala sesuatu menjadi kompleks, termasuk permasalahannya. Dalam sesuatu yang kompleks, pendekatan penyelesaiannya bisa diurai.

Bubur yang tidak diaduk akan jauh lebih mudah dan cepat menguraikan bahan penyusunnya satu per satu. Namun, jika kita terburu-buru melakukan beragam hal dengan mencapur adukkan segala elemen-elemennya tanpa berpikir panjang, kemungkinan besar masalahnya menjadi complicated, akan menjadi sulit terurai, jikapun bisa akan memakan waktu yang sangat lama😫

Jangan terburu-buru melakukan proses pengambilan keputusan, pastikan unsur-unsur pendukungnya tetap menjadi hal yang kompleks, jangan juga dicampur adukkan hingga menjadi sesuatu yang complicated.

Memang kita sering merasa tak sabar menyelesaikan sebuah permasalahan, namun justru dengan ketergesaan, tidak bekesadaran (mindful) dalam proses mengurainya membuat segala sesuatu jadi tambah runyam, complicated😫

Sesuatu yang kompleks, akan sangat baik jika kita pandai mengelolanya, setidaknya kita belajar mengelolanya. Pengelolaan yang tepat akan menghadirkan sesuatu yang kompleks menjadi kemajuan yang eksponesial. Namun sebaliknya, ketergesaan dan mencampuradukkan beragam komponen dalam sesuatu yang kompleks akan berujung pada complicated, menjauh dari solusi 🤯

Apa yang kita lakukan jika sesuatu hal kadang beranjak jadi complecated? tarik garis waktu lebih panjang, urai satu persatu dengan telaten, selesaikan satu persatu dengan mindful, berkesadaran penuh hingga satu persatu menghasilkan wisdom yang membawa pada solusi yang utuh🚀🚀

Fail Forward

Pernah denger ngga istilah “Fail Forward” Istilah ini lekat dengan pendekatan dalam membangun kultur inovasi. Istilah ini sering ditemukan dalam dunia bisnis artinya, ngga semua harus nunggu sempurna, coba aja dulu! Fail fast biasanya diikut dengan “Fail Often”, namanya juga eksplorasi, pasti akan menemukan banyak kegagalan yang berbeda.

Kondisi ini akan banyak mendatangkan keuntungan karena jadi matang, banyak belajar & melompatkan prosesnya dalam proses akselerasi. Jangan ragu mengulang proses eksperimennya berulang dan berulang lagi.

Istilah ini merujuk pada kegagalan & penyesuaian. Fail Forward berarti dengan sengaja dan sengaja menggunakan kegagalan untuk menemukan kesuksesan. Ini adalah proses yang dibangun secara sadar dimana hal pertama-tama yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita bisa melepas rasa obsesif kita untuk selalu menjadi menjadi sempurna.

-When we try to be perfect, we limit our ability to grow, because we stay in our comfort zone and avoid even healthy risks. When we seek perfection, we limit the power of the divine- James Baraz.

Ini bukan berarti bahwa kita ngga boleh melakukan proses persiapan ya, atau mengantisipasi tantangan, atau menilai risiko. Sebaliknya – dasar dari “Fail Forward” adalah bagaimanan menjadi lebih baik dalam memitigasi risiko dan pada saat yang sama kita juga tidak menahan diri. Coba aja dulu kemudian lihat apa yang terjadi.

If we never try🎶🎶
🎶🎶How will we know
Baby, how far this thing could go?🎶
-Stacye Ryan–

Gimana memulai cara memberanikan “Fail Forward?”
1. Coba dulu dari hal kecil
2. Belajar mengubah perspektif jadi penting. Kita punya 100% kendali atas pikiran & perasaan. Jangan tersandera keraguan/ ketakutan. Kendalikan pikiran & fokus pada kebaikan yang akan datang.
3. Hadapi Setiap Ketakutan.Hadapi ketakutan, segera ambil kendali & bergerak maju dengan damai.

Pada kenyataanya, kegagalan akan selalu jadi bagian dari kehidupan. Jika tak gagal, kita tak banyak belajar. Redefinisikan ulang kegagalan, gunakanlah untuk menekuni Fail Forward.

Failing Forward is the art of failing forward that will ultimately drive sustainability, and teach collaboration, empowerment and resilience.- Stephen Childs-

Slow Thinking ; Mengurai Bingung

“Boleh ngga kata-kata “Bingung” 😩diganti dengan “Bagaimana caranya?” 🧐 Satu jawaban dalam sesi diskusi kemarin. Membuka peluang dengan mengutarakan kalimat “Bagaimana caranya” ketimbang “Saya Bingung” atau “Tapi” adalah salah satu cara membuka peluang, terbuka akan postensi solusi.

Iseng-iseng pagi ini membuat “Kompas Bingung” menggambarkan bagaimana caranya kita agar bisa fokus pada solusi dari pada fokus pada permasalahan. Kompas ini adalah tools dimana kita bisa meluangkan waktu untuk mempelajari masalah dengan lebih kontekstual, menghindari kebingungan apalagi kebuntuan🥳

Sebelum bingung, buka dulu 6 pintu tiga dimensi ini agar kita bisa lebih paham dalams sebuah proses penyelesaian masalah.

Sumbu X
1.Tarik Garis Ke Masa Depan
Tarik garis kedepan, panjangkan cakrawala waktunya ke masa depan. Agar kita bisa membagi waktu dan sumberdaya, tidak semua harus terselesaikan sekarang. Tapi konsisten menumbuhkannya hingga satu titik waktu dimasa datang.

2.Lihat Sejarah di Masa Lalu
Lihat masa lalu, bagaimana sejarahnya. Lihat lagi “Big Why”, filosofi ketika sesuatu bermula, bagaimana pembelajaran dimasa lalu. Apa yang bisa dipetik pembelajarannya. Apa yang baik yang bisa dilanjutkan, serta apa yang perlu diperbaiki.

Sumbu Y
3.Perspetktif yang Lebih Tinggi
Tinggikan cakrawala ke atas, lihat dari perspektif yang lebih luas. “Helicopter View” , perspektif sistem, hingg kita paham apa yang terjadi secara menyeluruh.

4.Perdalam Wisdom
Tinggikan cakrawala ke atas, lihat dari perspektif yang lebih luas. “Helicopter View” , perspektif sistem, hingg kita paham apa yang terjadi secara menyeluruh

Sumbu Z
5.Perluas Pengetahuan
Melihat beragam referensi pengetahuan sebagai asupan sumberdaya dalam menghasilkan solusi baru

6.Perkaya Sumberdaya
Mengembangkan kolaborasi, memahami pentingnya berbagi peran, menyamakan tujuan dan bersinergi dalam mencapainya

Memperluas cakrawala dari tiga sumbu ini memang perlu waktu, tak bisa tergesa-gesa dalam prosesnya. Setiap kita tarik sumbu ke X, Y dan Z akan sangat memungkinkan menemukan beragam insight baru. Menggiring kita untuk memiliki “Creative Confidence” yang lebih kuat dan melompat membawa perubahan.

Selamat berproses!🚀🚀

Solution Focused

Fokus pada solusi yaaa! Mengapa fokus ini sulit sekali dilakukan? Sering kita menghabiskan energi justru pada masalah, karena masalah itu nyata terlihat di depan mata, terasa langsung dan berdampak seketika Ia mengalaminya.

Menggeser perhatian kita dari masalah ke solusi memang sering lebih sulit dilakukan karena solusi sifatnya masih imajiner, berupa gambaran yang belum nyata serta perlu proses yang ditekuni untuk mewujudkannya.

Jadi, mengapa kita penting untuk kita bergeser dari Problem Focused (Problem-oriented Thinking) ke Solution Focused (Solution-oriented Thinking)? Jika fokus pada masalah, energi akan terfokus pada “mengapa” & “apa” yang sebenarnya terjadi. Dari proses berpikir kritis ini biasanya akan menghasilkan “Formulasi Masalah”

Sedangkan Solution Oriented memiliki fokus pada bagaimana membangun strategi kreatif dengan kata kunci yang ditekankan berupa “Bagaimana caranya?” Dari sini biasnya berupa hasil berupa “Solusi Bagi Masalahnya.

Keduanya penting, namun yang menarik adalah bagaimana energi keduanya ini bisa mencuat sangat berbeda. Perilaku untuk fokus pada solusi mendorong setiap individu dalam tim untuk menguatkan keterampilan kepemimpinannya yang lebih natural, punya keyakinan, tau apa yang ingin dilakukan, ekspresif, passionate, punya rasa ingin tau, prospektif, punya preferensi yang kuat.

Lebih lanjut mengapa Solution Focused punya energi positf karena dalam prosesnya lebih energik, antusias dan banyak mengundang spontanitas kreatif yang mencuat. Solution Focused merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada outcomes yang diinginkan dari pada perhatian pada masalahnya.

Dengan berorientasi pada outcomes, sebuah tim akan lebih baik diposisikan agar Ia menghasilkan solusi yang kreatif, inovatif & efektif innovative.Pendekatan yang solutions-oriented memberikan ruang kerja yang lebih fleksibiltas, mengarah pada visi masa depan. Biasanya proses justru akan menimbulkan banyak rasa keingintahuan & hal positif.

“Solution-focused practice concentrates on helping people move towards the future that they want & to learn what can be done differently by using their existing skills, strategies & ideas – rather than focusing on the problem”

Era digital dan Perubahan Proses Bisnis

“Bagaimana jika kita buat aplikasi saja pak!” Ucapan ini sering kali kita dengar diera digital ini, semua solusi berujung pada aplikasi, maklum era digital katanya. Ada satu tanda yang sering ekosistem kita rasakan ketika menggunakan perangkat digital adalah jauh harapan, mengapa beragam aplikasi ini justru membuat penghuni ekosistem jadi jenuh, kelelahan dan chaos.

Perubahan utama dari era digital yang perlu dipahami adalah proses bisnisnya, era VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity dan Ambigu) yang semakin BANI Brittle alias mudah pecah, Anxiety adalah keadaan yang mengkhawatirkan, N adalah Non-linear atau tidak lurus, dan I adalah Incomprehensible atau sulit dipahami.

Era dengan berbagai keterhubungannya ini mengakibatkan proses bisnisnya jauh berbeda. Disinilah setiap individu yang hidup dijaman ini perlu mendapatkan pemahaman untuk secara perlahan memahami proses bisnis barunya (transformasi). Digital jelas merubah berbagai pola kehidupan. Dunia bisnis banyak yang roboh akibat kesulitan memahami kondisi baru ini.

Kemudian, mengapa aplikasi tidak tepat dikatakan sebagai solusi? Solusi baru sejatinya adalah proses bisnis baru yang ditemukan, melibatkan keterlibatan pelaku sistem dan pelakunya untuk melakukan jalur dan cara-cara baru berinteraksi. Proses bisnis ini dibangun, dibangun dengan pertimbangan yang User Centric, berbasis kebahagiaan masing-masing pelaku dengan keunggulan dan perbedaaanya. Proses bisnis baru ini kemudian didigitalisasi salah satunya dengan perangkat bernama aplikasi.

Beragam hal menjadi chaos dan melelahkan karena di era digital ini sering kali kita merasa paling inovatif, lupa berempati ada pelaku ekosistem dan bagaimana mereka berinteraksi. Perilaku jump in to solution jadi pemandangan umum hingga niatan membangun solusi berujung chaos membuat stress pelakunya karena solusi justru dibuat nir-empathy.

Era digital dan perubahan proses bisnisnya, sesungguhnya bukan dimaknai tentang perangkat, tapi ini adalah bagaimana memanusiakan di era digital, membantu proses transfromasi di masyarakat untuk sukses diera digital dengan cara-cara yang arif, kolaboratif dan kreatif karena paham proses bisnis barunya.