Transactional Leader VS Transformative Leader

Oleh-oleh dari materi Pak Wamen BUMN dalam program BUMN Muda bersama kawan-kawan-kawan Binar!

Potongan slidesnya beliau mengungkapkan bahwa dunia yang terus berkembang, kepemimpinan membutuhkan lebih dari sekadar manajemen tugas dan pencapaian hasil.

Seorang pemimpin yang hebat mampu melangkah dari peran Transactional Leader, yang fokus pada tugas dan aturan, menuju Transformative Leader—pemimpin yang menginspirasi dan memotivasi tim untuk mencapai potensi terbaik mereka.

Transactional Leaders memang efektif dalam situasi yang membutuhkan keteraturan. Namun, menghadapi perubahan yang kompleks memerlukan lebih dari itu. Di sinilah Transformative Leaders berperan, dengan mendorong perubahan dari dalam diri dan dalam tim. Mereka peduli pada apa yang dikerjakan serta bagaimana dan mengapa itu dilakukan.

Menjadi Transformative Leader memerlukan pengembangan diri dan sikap strategis yang kuat. Pertama, memiliki ketahanan (resiliency) untuk bertahan di tengah tantangan. Kedua, keberanian (courage) untuk mengambil risiko demi inovasi. Ketiga, dorongan untuk kesempurnaan (strive for excellence), memastikan tim selalu memberikan yang terbaik. Mereka juga memiliki GRIT atau kegigihan, yang membuat mereka pantang menyerah dalam mencapai tujuan jangka panjang. Terakhir, kesadaran diri (personal awareness) penting untuk memahami kekuatan dan kelemahan pribadi, membantu mereka terus berkembang.
Pemimpin yang bertransformasi tidak berhenti belajar.

Mereka menerapkan Continuous Learning agar selalu siap beradaptasi dengan perubahan. Dengan Self-Awareness, mereka memahami kapan perlu berubah dan bagaimana melakukannya. Selain itu, Self Alertness membuat mereka peka terhadap situasi kompleks, siap mencari solusi yang tepat.

Transformasi menjadi Transformative Leader memungkinkan pemimpin menciptakan perubahan positif bukan hanya dalam pencapaian, tetapi juga dalam kualitas perjalanan bersama tim. Pemimpin seperti ini menginspirasi, mendorong tim untuk terlibat aktif, dan memastikan kesuksesan organisasi melalui kepemimpinan yang efektif dan inspiratif.

Terimakasih kesempatannya Binar & BUMN Muda!

Super Mario Bukan Super Jamur

Merumuskan kebutuhan pengguna dengan orientasi pada outcomes berarti fokus pada hasil akhir yang diinginkan pengguna setelah menggunakan produk, bukan hanya pada produk itu sendiri. Ini berarti memahami apa yang sebenarnya mereka harapkan—perubahan atau kemajuan yang ingin mereka capai dalam hidup. Jadi, daripada hanya memikirkan fitur atau fungsi, kita harus berfokus pada outcomes yang benar-benar penting bagi mereka🙌

Contohnya, dalam permainan Super Mario, ketika Mario memakan Bunga Jamur, ia berubah menjadi Super Mario yang lebih kuat. Di sini, Bunga Jamur hanyalah alat atau output untuk mencapai kondisi yang ia inginkan—menjadi Super Mario. Yang sebenarnya dibutuhkan Mario bukanlah Bunga Jamur itu sendiri, tetapi kondisi yang diinginkannya: menjadi lebih kuat dan siap menghadapi tantangan🤯

Rumus The Jobs To Be Done membantu kita memahami cara memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih tepat. Rumus ini adalah:

Jobs To Be Done = Fungsi + Emosi + Kemajuan Konteksual

Artinya, pengguna “memilih” produk untuk memenuhi tiga hal: fungsi dari produk, emosi yang dihasilkan, dan kemajuan yang diinginkan dalam hidup mereka. Dalam kasus Mario, fungsi dari Bunga Jamur adalah memberi kekuatan, emosi yang dirasakan adalah rasa percaya diri, dan kemajuan yang ia capai adalah kesiapan menghadapi tantangan permainan.
Dengan berfokus pada outcomes, kita melihat bahwa pengguna tidak hanya mencari produk, tetapi solusi untuk mencapai kondisi yang diinginkan🤩

Solusi yang ditawarkan bisa beragam, asalkan outcome-nya tercapai. Misalnya, untuk menjadi “Super Mario,” tidak harus menggunakan Bunga Jamur saja. Memberikan lebih banyak pilihan bisa justru meningkatkan kepuasan pengguna🥳

Pendekatan ini memperluas peluang inovasi dan memungkinkan kita merancang produk yang lebih relevan. Fokus pada outcomes yang benar-benar diinginkan pengguna berarti kita dapat menciptakan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga menciptakan pengalaman yang lebih bermakna dan berkesan. Output hanyalah alat bantu, sedangkan outcomes adalah tujuan utama yang membawa dampak nyata bagi hidup pelanggan🎉

Engineer

Mengakhiri pendidikan profesi insinyur dalam dua semester ini, sebuah pertanyaan menyeruak: “Mengapa Anda masih tertarik dengan pendidikan insinyur di zaman sekarang?” Menurut saya, profesi insinyur justru semakin relevan.

Seorang engineer bukan hanya sekadar memecahkan masalah teknis; ia adalah Problem Solver yang dilatih untuk berpikir kritis dan memberikan solusi yang tepat dan kontekstual. Di tengah perubahan yang begitu cepat, pendidikan insinyur memberikan landasan kokoh untuk mengenali tantangan dan meresponnya dengan solusi yang bermakna.

Dalam era digital yang sarat kemudahan namun juga kompleksitas, kita menghadapi tantangan besar seperti kemiskinan yang meluas dan masalah sosial lainnya. Di sinilah peran engineer sebagai problem solver justru sangat diperlukan. Kemampuan berpikir sistematisnya dapat membantu akselerasi dampak, engineer masa kini perlu mengasah cepat kemampuannya berkolaborasi dan membentuk pendekatan yang Ecosystem-centric, di mana hubungan dan interaksi yang saling menguntungkan dapat memberikan dampak luas serta keberlanjutan.

Lebih dari sekadar keterampilan teknis, menjadi engineer di era ini berarti memahami konteks sosial dan ekologis. Bidang Hayati, misalnya, bukan hanya melambangkan keberlanjutan tetapi juga wadah bagi transformative education. Pembelajaran di bidang ini bersifat transdisiplin, mendorong terciptanya pengetahuan baru yang bermanfaat bagi keberlanjutan lingkungan dan kehidupan.

Pada akhirnya, menjadi seorang engineer bukan hanya soal menguasai teknologi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa memberikan solusi yang relevan dan berkelanjutan di tengah tantangan zaman. Inilah yang membuat profesi ini tetap bermakna dan sangat diperlukan. Engineer yang kompeten memiliki kemampuan untuk melihat akar permasalahan, menciptakan solusi yang berkelanjutan, serta beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Dengan peran tersebut, engineer dapat berkontribusi secara signifikan untuk masa depan yang lebih baik.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Innovate

Ketika mendengar kata inovasi, kita sering membayangkan teknologi canggih atau ide-ide besar yang tampak jauh dari jangkauan. Padahal, inovasi sering kali hadir dari hal-hal sederhana yang dekat dengan kehidupan kita dan memberi dampak nyata. Inovasi bisa muncul dari perbaikan kecil atau penggabungan fungsi yang membuat hidup lebih praktis dan nyaman❤️

Misalnya, Inovasi Incremental, di mana perubahan kecil secara bertahap meningkatkan kualitas produk atau layanan. Contoh seperti smartphone yang setiap tahun mendapat fitur tambahan, atau nasi goreng dengan variasi topping baru. Meskipun tampak sederhana, inovasi ini membuat produk lebih relevan dan bermanfaat dengan penyesuaian kecil😂

Lalu ada Inovasi Modular, di mana berbagai elemen digabungkan untuk menciptakan solusi baru. Contoh sederhananya adalah kursi pijat yang menggabungkan tempat duduk dan pijatan, atau Nasi Magelangan yang memadukan nasi goreng dan mie. Inovasi ini memanfaatkan hal-hal yang sudah ada dan memberikan fleksibilitas dalam menciptakan produk baru yang fungsional🍛🍛🍛

Jangan lupakan juga Inovasi Fungsi Baru, di mana produk lama diberi kegunaan tak terduga. Contohnya, kursi besi di depan Indomaret, yang awalnya hanya tempat duduk, kini dipandang sebagai “terapi dadakan” dalam meme. Inovasi ini membuktikan bahwa produk sederhana bisa memiliki makna baru dari cara penggunaannya di masyarakat.

Inovasi tidak harus megah atau berteknologi tinggi. Justru, inovasi yang membumi—lahir dari perbaikan kecil, penggabungan fungsi, atau makna baru—sering memberi dampak terbesar. Inovasi sejati adalah yang kita rasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari, membuat hidup lebih baik dan lebih mudah🤩🤩🤩

Integrity

Integritas dalam inovasi adalah fondasi yang melekat pada setiap individu yang terlibat, meskipun sulit dicatat atau diukur secara langsung. Nilai ini dibentuk melalui komitmen terhadap prinsip etika, keputusan yang bertanggung jawab, dan dedikasi untuk melakukan hal yang benar dalam setiap langkah inovasi. Meski tak selalu terlihat secara eksplisit, integritas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan jangka panjang inovasi.

Individu yang menjunjung integritas akan menghargai proses inovasi dengan menjalani setiap tahapnya secara etis dan bertanggung jawab. Mereka tidak akan tergoda untuk mengambil jalan pintas atau merusak kualitas hanya demi hasil cepat. Setiap langkah dari ide hingga implementasi dijalani dengan kesadaran akan pentingnya kualitas dan keberlanjutan, yang akhirnya menciptakan produk atau layanan yang lebih kuat dan punya makna.

Orang dengan integritas tidak hanya melihat rekan kerja atau tim sebagai sumber daya, tetapi sebagai mitra yang berharga. Mereka memberikan ruang bagi kreativitas, mendukung kesejahteraan, dan memastikan setiap kontribusi dihargai secara adil. Dalam lingkungan seperti ini, inovasi tumbuh subur karena setiap individu merasa termotivasi dan didukung.

Mengelola jejaring dengan integritas juga merupakan aspek penting. Individu berintegritas memastikan hubungan dengan mitra eksternal, pelanggan, dan komunitas dibangun atas dasar kepercayaan, transparansi, dan keadilan. Mereka tidak hanya mencari keuntungan jangka pendek, tetapi berfokus pada kemitraan yang saling mendukung dan memberikan nilai tambah jangka panjang. Jejaring yang dikelola dengan baik akan memperkaya inovasi dan membuka peluang kolaborasi yang lebih luas.

Dengan integritas yang melekat pada individu, inovasi yang dihasilkan tidak hanya sukses secara teknis tetapi juga lebih berdampak positif secara sosial dan ekonomi. Organisasi yang dibangun atas nilai-nilai integritas menciptakan inovasi yang berkelanjutan dan relevan, serta membawa perubahan yang signifikan. Integritas menjadi landasan penting yang, meski tidak selalu terlihat, membentuk inovasi yang punya makna, tanggung jawab dan memastikan keberlanjutan jangka panjangnya🎉🎉

Superstar VS Rockstar

Dalam sebuah tim, setiap orang memiliki karakteristik dan peran unik yang membawa kekuatan tersendiri. Ada yang bergerak cepat, penuh ambisi, dan selalu mencari peluang untuk berkembang. Mereka adalah Superstar—individu yang haus akan tantangan, selalu mendorong batas kemampuan, dan berusaha meraih lebih tinggi. Mereka adalah inovator yang berani mengambil langkah besar, memecahkan masalah dengan cara baru, dan sering kali menjadi motor perubahan dalam tim. Energi mereka mengarahkan tim menuju terobosan-terobosan besar.

Namun, di sisi lain, ada juga Rockstar—mereka yang memberikan stabilitas dan konsistensi pada setiap tugasnya. Orang-orang ini mungkin tidak selalu mengejar promosi atau perubahan besar, tapi mereka sangat dapat diandalkan. Dengan kinerja yang konsisten dan andal, mereka memastikan roda organisasi tetap berjalan dengan baik. Rockstar adalah fondasi yang kokoh, memastikan tim tetap seimbang meskipun perubahan atau tantangan baru muncul. Kontribusi mereka mungkin tidak selalu terlihat mencolok, tetapi dampaknya sangat berharga bagi keberlangsungan dan kesuksesan jangka panjang tim.

Keberhasilan sebuah tim ngga cuma bergantung pada inovasi dan ambisi, tetapi juga pada stabilitas dan keandalan. Ini adalah harmoni sempurna antara Superstar dan Rockstar. Ketika keduanya bekerja bersama, mereka menciptakan lingkungan yang dinamis namun stabil, penuh energi namun terarah, serta berorientasi pada tujuan bersama.

Sebagai seorang pemimpin atau anggota tim, penting untuk menyadari bahwa ngga semua orang harus menjadi yang tercepat atau paling ambisius. Setiap individu memiliki kekuatan dan peran masing-masing, seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi. Dengan menghargai perbedaan ini, kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, produktif, dan harmonis.

Jadi, dalam tim kamu, apakah kamu seorang Superstar yang mendorong perubahan, atau seorang Rockstar yang bisa menjaga keseimbangan? Apapun peranmu, ketahuilah bahwa kontribusi unik setiap peranannya sangat penting buat kesuksesan tim. pastikan keduanya beriringan, kita bakal lebih kuat🎉

Backward Design Thinking VS Theory of Change (ToC)

Jaman berubah cepet banget! Jadi penting buat kita untuk menggeser cara berpikir dari sekadar memecahkan masalah jangka pendek menuju impact dan keberlanjutan jangka panjang. Inilah mengapa pendekatan seperti Backward Design Thinking dan Theory of Change (ToC) sangat relevan untuk menciptakan inovasi yang berdampak nyata🎉

Sudah pernah dengar tentang Backward Design Thinking? Pendekatan ini dimulai dengan menetapkan tujuan akhir secara jelas, lalu bekerja mundur untuk mengidentifikasi langkah-langkah kunci yang diperlukan. Dengan cara ini, setiap keputusan terfokus pada dampak yang diinginkan, bukan hanya solusi sementara.

Theory of Change (ToC), di sisi lain, menawarkan pendekatan sistematis untuk menciptakan perubahan sosial yang signifikan. Dengan memetakan tindakan dan dampak yang diharapkan, ToC membantu kita melihat bagaimana setiap langkah berkontribusi pada hasil akhir yang lebih besar. Solusi yang dirancang dengan ToC mampu menyelesaikan masalah mendasar dan menghasilkan dampak berkelanjutan.

Pendekatan ini memastikan kita tidak hanya memecahkan masalah jangka pendek, tetapi juga merancang solusi dengan nilai jangka panjang. Backward Design Thinking dan ToC memungkinkan kita menciptakan inovasi yang tidak hanya menyelesaikan masalah hari ini, tetapi juga membentuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Dengan kedua pendekatan ini, kita beralih dari sekadar problem-solving menjadi impact-driven innovation yang berorientasi pada keberlanjutan. Ini adalah langkah penting untuk masa depan yang lebih cerah bagi semua.

Di postingan selanjutnya, kita akan mempelajari keterampilan Problem Reframing dengan dua kerangka ini. Keterampilan ini membantu kita melihat masalah dari sudut pandang berbeda, menemukan solusi lebih inovatif, dan mengidentifikasi peluang tersembunyi. Stay tuned untuk tips dan langkah-langkah praktis dalam mengembangkan keterampilan penting ini!🙌

Effectual VS Casual

Kamu termasuk yang mana, yang gemar membangun momentum atau menunggu hingga momentum datang? Banyak orang sering menunggu waktu yang tepat atau menunggu semua sumber daya terkumpul sebelum bergerak. Namun, ada juga yang memilih untuk menciptakan momentum, memulai dari apa yang ada, dan terus maju.

Pola pikir ini disebut Entrepreneurial Thinking, yang tidak hanya tentang berbisnis, tapi juga cara kita berinovasi dan beradaptasi dalam setiap aspek kehidupan.

Entrepreneurial Thinking dimulai dengan mengenali peluang, mengambil risiko yang terukur, dan mencari solusi kreatif untuk tantangan. Di tengah ketidakpastian, pola pikir ini memungkinkan kita untuk lebih fleksibel dan siap beradaptasi. Ada dua pendekatan dalam Entrepreneurial Thinking: causal thinking & effectual thinking.

Causal thinking berfokus pada tujuan yang jelas dan langkah-langkah terstruktur untuk mencapainya, tetapi bisa menjadi terlalu kaku dalam situasi yang berubah cepat.

Sebaliknya, effectual thinking lebih fleksibel—memanfaatkan apa yang kita miliki sekarang untuk menciptakan peluang, tanpa menunggu semua hal sempurna.

Effectual thinking penting karena dalam dunia yang dinamis, kita sering tidak memiliki semua jawaban di awal. Dengan memanfaatkan apa yang ada, kita bisa bergerak maju dan beradaptasi seiring waktu.

Entrepreneurial Thinking mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, dan inovasi terjadi saat kita berani melangkah meski belum ada kepastian. Pola pikir ini membantu kita melihat ketidakpastian sebagai peluang dan terus berkembang.

Entrepreneurial Thinking bukan cuma soal menunggu peluang, tapi tentang menciptakannya dari apa yang sudah ada—sebuah pola pikir untuk terus tumbuh dan berinovasi di tengah ketidakpastian.

Jadi, apakah kamu akan menunggu momentum itu datang, atau mulai membangunnya sekarang? Entrepreneurial Thinking memberi kita kekuatan untuk menciptakan peluang dan tumbuh di tengah ketidakpastian🎉

Result Criteria

Kriteria RESULT yang Efektif untuk Meningkatkan Performa Tim Agile & OKRs 🚀

Optimalkan hasil kerja tim Anda dengan memastikan setiap RESULT yang ditetapkan memenuhi 6 kriteria penting ini:

🎯 Spesifik: Definisikan tujuan dengan jelas dan terukur.
⏳ Ada Batas Waktu: Tetapkan tenggat waktu yang realistis untuk menjaga momentum.
💪 Agresif: Tantang tim untuk mencapai hasil yang melebihi ekspektasi.
✅ Dapat Diverifikasi: Pastikan tujuan dapat diukur dan diverifikasi secara objektif.
📢 Transparan: Komunikasikan tujuan dan kemajuan secara terbuka untuk meningkatkan akuntabilitas.
⚖️ Realistis: Pastikan tujuan dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia.

Dengan menerapkan kriteria RESULT ini, Anda dapat mengoptimalkan metode Agile dan OKRs untuk mencapai hasil yang lebih baik dan berkelanjutan. 📈

CREATIVE LEADERS

CREATIVE LEADERS: Pemimpin Masa Depan yang Mengubah Dunia

Di era yang terus berubah, dunia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya mampu mengikuti arus, tetapi juga menciptakan ombak baru.

Pemimpin kreatif adalah kunci untuk membuka potensi inovasi dan mendorong perubahan positif di berbagai bidang.

Apa yang Membuat Pemimpin Kreatif Berbeda?

Fokus Eksternal dan Hasil Usaha:
Pemimpin kreatif memiliki visi yang jelas tentang dampak yang ingin mereka ciptakan di dunia. Mereka memberdayakan setiap individu untuk menemukan tujuan mereka dan berkontribusi secara maksimal.

Fokus Usaha dan Internal:
Mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam mengkomunikasikan ide-ide mereka dengan jelas dan efektif. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk bertindak.

Fokus Internal dan Sekitar:
Pengembangan diri dan orang lain adalah prioritas utama bagi mereka. Mereka adalah mentor dan pelatih yang ulung, membantu tim mereka tumbuh dan berkembang.

Fokus Sekitar dan Eksternal:
Mereka tidak takut akan perubahan, bahkan mereka memeluknya. Keahlian mereka dalam manajemen perubahan dan inovasi memungkinkan mereka untuk memimpin tim mereka melewati tantangan dan meraih kesuksesan.

Design Thinking Academy siap membantu Anda mengembangkan potensi kepemimpinan kreatif Anda!