Business Ethics

Beberapa dekade terakhir Business Leaders banyak fokus pada hal finansial. Tapi ini adalah jaman dimana etika bisnis benar-benar diuji proses revolusinya. Era digital mendorong banyak pihak berkolaborasi bersinergi, bersinggungan dijaga untuk tidak menimbulkan ketersinggungan. #tleecosociopreneur

Akan banyak pertemuan, kesepakatan & proses panjang elaborasi, mengadopsi pendekatan multi-pemangku kepentingan yang berjalan bersama mencapai tujuan bersama baik tujuan sosial, investor / lainnya.

Individu memang tidak memasuki lapangan pekerjaan dengan nilai & karakter yang sama, tapi tiap individu & tim bisa menumbuhkan, bahkan mengabaikannya disepanjang waktu. Business ethic memang kerap dirasa sulit menghantarkannya untuk dipahami seluruh tim. Tapi perlu diingat bahwa hal ini perlu disampaikan dengan cara yang menyenangkan, repetitif dalam jangka panjang.

Pengembangan nilai & karakter memang jadi perjalanan panjang, terutama dari sudut pandang individunya. Melelahkan karena nilai-nilainya kerap bertentangan dengan pengalaman masa lalunya. Reward & punisment juga tak serta merta membuat perubahan seketika.

Organisasi pembelajar menampilkan pemimpinnya sebagai contoh rujukan, ā€œLead by Exampleā€ perlu tegas ditunjukkan. para CEO perlu kompak menunjukkan kemampuan leadership & integritasnya. Tumbuhkan dialog berkualitas, ketimbang sekedar menyelesaikan kewajiban pekerjaannya. Tunjukkan konsekwensinya & cara bagaimana melaporkannya jika terjadi pelanggarannya.

Setiap usaha memiliki nilai-niilai sendiri, kembangkan kode etik sesuai DNA-nya, turunkan dari visi & nilai yang diinginkan, institusionalisasikan dalam ritual-ritual bermakna setiap harinya, bukan hanya ditempelkan di dinding / berkas-berkas kesepakatan.

Integritas bisa jadi pisau bermata dua. Bisa menimbulkan pergolakan tim, komplain atau pemeriksaan berwajib.Tapi jika menanganinya dengan baik integritas bisa jadi superpower yang menginspirasi pekerjanya & berhubungan dengan era values-minded consumers hari ini.

ā€œIntegrity is contagious. Create an environment in which it is openly embraced by leadership and woven into the fabric of your culture, and it will be a powerful asset.ā€ -Robert Chesnut-

Menyeimbangkan Triple Bottom Line (People, Planet, Profit)

Menyeimbangkan Triple Bottom Line (People Planet Profit) adalah bentuk lazim yang diterapkan Social Enterprise. Kerangka ini penting, karena tidak hanya memasukkan aspek tangibel, tapi juga aspek fundamental yang sering kali berupa asset tak terlihat (intangible). Hal yang kerap dilupakan bahkan diremehkan karena memang tak tampak meski fundamental.

Dalam konteks lain, kerangka pikir ini tertuang dalam kosep ESG EnvironmentalĀ (Lingkungan),Ā SocialĀ (Sosial), &Ā GovernanceĀ (Tata Kelola Perusahaan) kemudian banyak perusahaan menginvestasikan sumber dayanya pada ESG.

Tren ini mengungkap bahwa usaha yang menerapkan prinsip ESG akan ikut mengintegrasikan & mengimplementasikannya hingga selaras dengan keberlangsungan tiga elemen tersebut.

1.Lingkungan
Biasanya usahanya yang berinvestasi dalam ESG akan menjadikan isu lingkungan sebagai konsiderasi utama perusahaan untuk melakukan kinerja finansial & operasi yang tinggi, tapi bersifat lestari & tidak merusak alam. Kriteria ini digunakan untuk mengevaluasi beroperasi.

2.Sosial
Kriteria sosial berusaha mendalami hubungan baik antara masyarakat luar dengan usahanya. Kriteria ini melihat hubungan sebuah perusahaan secara eksternal. Komunitas, masyarakat, pemasok, pembeli, media, dan entitas lain yang memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung adalah hal yang harus dikonsiderasikan melalui kriteria sosial ESG.

3.Tata Kelola
Hal ini membahas mengenai kapasitas dan legitimasi sebuah usaha, bagaimana membangun hubungan internal, kontrol internal, hak investor dsb. Fokus pada pada bagaimana usaha memiliki proses pengelolaan yang baik & berkelanjutan pada bagian internalnya. Kriteria governance melihat manajemen atau tata kelola sebuah perusahaan.

ESG dapat menjadi nilai plus usaha, yang kemudian dapat dikonversikan untuk memberikan kepercayaan diri calon investor untuk berinvestasi pada perusahaannya! Ketiga kategori ini digunakan untuk mendefinisikan ā€œinvestor yang bertanggung jawab secara sosialā€, yaitu investor yang menganggap penting untuk memasukkan nilai-nilai & perhatiannya daripada membentuk keputusan investasi daripada hanya keuntungan potensial terhadap keuntungan saja.

Digital Social Innovation

Bisnis Sosial, selalu menarik diperbincangkan, organisasi yang menggunakan praktik bisnis untuk mencapai misi sosialnya. Aspek sosial didahulukan, menghasilkan keuntungan yang menjadi alat untuk menjadi efektif mencapai tujuannya.

Tujuan Bisnis Sosial adalah membuat dirinya usang secepat mungkin (yaitu memecahkan masalah), sedangkan tujuan dari organisasi misi-laba harus ada selamanya dan terus meningkatkan produksi, pendapatan & laba sebanyak mungkin.

Saat ini, bisnis sosial banyak bertrasnformasi di era digital, hingga sangat penting bagi organisasi tipe ini untuk menunggangi dunia digital. Apalagi perkembangan Metaverse yang kini dimulai dengan karya-karya kreatif, kelak tak pelak juga akan menyentuh kontelasi dunia bisnis sosial hingga dampaknya pun makin luas dengan cara-cara baru mengakselerasi tujuan yang diharapkan datang lebih cepat.

Konsep paling pas terkait ini salah satunya adalah ā€œDigital Social Innovationā€ pendekatan yang memadukan inovasi yang bersifat sosial dalam tujuannya dan dituju dengan cara digital dalam solusinya. Tak lupa fundamentalnya dibangun dengan pemikiran digital yang menembus dimensi pemikiran-pemikiran tradisional.

Menerangkan Inovasi Sosial pada khalayak sudah cukup menantang, aspek ā€œSosialā€ adalah yang paling samar kala pasar / pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Inovasi sosial ini juga adalah kegiatan dengan cara yang tak biasa, yakni lateral, beda dengan pendekatan formal vertikal.

Menyandingkan Sosial dengan Digital membuat dimensinya bukan hanya sekedar lateral dan vertikal tapi melompat menjadi 4 dimensi atau bahkan lebih. Tak pelak saat ini, Inovasi Sosial Digital tak bisa dipisahkan lagi tiga pilar penting nya menjadi satu kesatuan utuh

Dengan pendekatan digital bahkan Metaverse kelak, inovasi dapat berlangsung secara radikal, incremental dan dampaknya luas dicapai dengan segera. Membuka luas cara-cara baru memberikan solusi berdampak luas.

ā€œThe digital world has power because it has dynamic information, but it’s important that we stay human instead of being another machine sitting in front of a machineā€ -Pranav Mistry-

Social Enterprise

Menuju Lombok, bersua dengan 17 StartUp matang dari beragam penjuru ASEAN.

Kali ini kami bersama UNDP bersama-sama berkompetisi menjawab tantangan bagaimana menghadirkan usaha-usaha berbasis inovasi yang ditujukan pada kelestarian lingkungan. Lebih spesifik lagi menggagas usaha-usaha inovatif memerangi limbah plastik.

Kehadiran 17 usaha-usaha anak muda yang model-model bisnisnya ini sudah proven adalah bukti bahwa tak dipungkiri lagi bahwa saat ini produk-produk inovatif tak bisa lagi hanya mempertimbangkan profit, tapi juga memastikan keberlanjutannya dengan memadukan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Teknologi jadi media katalisator terjadinya inovasi dan dampak sosial yang luas.

Tidak banyak, tapi mulai banyak tumbuh social entreprises yang menjadikan teknologi sebagai mesin utama perubahannya. Menyandingkan teknologi bersama visi sosial menjadi penting, apalagi membuncahkannya bersama kreatifitas.

Mengapa bisnis sosial menjadi tren walau pada kenyataanya sebagian besar perusahaan sosial merasakan kesulitan untuk menciptakan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan, hingga proses menemukan model bisnis yang paling pas adalah hal yang paling menantang, sangat unik untuk setiap usahanya.

Cara paling layak bagi wirausahawan sosial untuk memberikan kembali paradigma ekonomi baru menyeimbangkan people, planet dan proseperity sebagai kesatuan mekanisme yang utuh untuk memenuhi tujuan yakni memberi dampak dengan cara yang lebih positif yakni model binis sosial.

Kita eksplor bisnis-bisnis sosial ini di Lombok!šŸŽ‰

Model Bisnis Inovatif Masa Depan

Di era Pandemik sebagian besar perusahaan tentunya saat ini mulai memiliki model bisnis baru, sudah mulai paham dan melesat. Ke depan memang menjadi penting membangkitkan model bisnis inovatif. Coba dengan kerangka bisnis ini, bagaimana menemukan lagi bisnis kita yang sempat turun & bounce back, melesat lebih kencang!

Harus menjadi apakah kita?

Dalam hal menghasilkan produk inovatif
1.Market Explorers
Membuka potensi pasar baru, erilaku pasar yang berubah, begitu banyak pasar dan peluang.

2.Gravity Creator
Mengunci kesetiaan konsumen. Jangan ragu temui konsumen, komunikasi dengan baik dan bangun hubungan yang erat, kunci kesetiaannya dan bangun trustnya.

3.Channel Kings
Bagaimana membangun secara inovatif & hubungan pelanggan yang kuat. Menjadi raja pada saluran-saluran yang ada untuk membangun konektivitas yang kuat. Jangan ragu belajar dan memahami beraham karakteristik pelanggan kita menggunakan saluran-saluran yang menjadi preferensi mereka.

Dalam membentuk tim & aktivitasnya
1.Resources Castles
bagaimana organisasi kita menjadi gudangnya sumberdaya, terhubung dnegan banyak pihak saling mengisi hingga sulit ditiru

2.Activity Differentiators
Bagaimana menjadi berbeda dengan konfigurasi aktifitas yang inovatif. Ngga cuma produk, tapi konfiggurasi dari organisasi dan aktifitasnya yang inovatif.

3.Scalers
Menjadi usaha, menjadi tumbuh adalah hal penting. Maka sebagai organisasi inovatif mencari jalan untuk tumbuh dengan cara-cara baru adalah poin penting. Era digital menyediakan begitu banyak cara-cara tumbuh dan melesat.

Finansial
1.Cost Differentiators
ini biasa juga dikatakan sebagai Backstage Disruption, dimana perubahan radikal diperlukan dengan bagaimana nilai diciptakan.

2.Profit Formula Disruption
Bagaimana menaikkan keuntungan dalam cara yang kreatif. Bisnis inovatif justru hadir dengan cara & menghasilkan keuntungan, beragam jalan dan sistem perlu

3.Revenue Differentiators
Bagaimana menangkap nilai yang lebih baik dengan eksplorasi cara-cara barunya. Jadi profit tidak lagi hadir dengan cara-cara tradisional.

Coba ke sembilan dalam The Invicible Business, urai satu persatu dan coba aksi-nyatakan & melompat ke level selanjutnya!

Model Bisnis Sosial yang Mutakhir

Menyeimbangkan antara bisnis dengan visi sosial jika dituliskan memang mudah, dalam pelaksanaannya memang perlu ketekunan dalam menyeimbangkan berbagai aspeknya.

Bisnis sosial memang kerap kali dipertanyakan terkait bentuknya, karena masih banyak juga yang masih terkotak-kotakkan bagaimana seharusnya bisnis berjalan.

Di era penuh disrupsi dimana yang hadir bukan saja produk-produk inovatif tapi justru model bisnisnya yang kerap kali lebih jenius & keterhubungan antar aspeknya kompleks. Terutama bagaimana bisa melahirkan beragam cara monetisasi atau menghasilkan profit yang sering kali jadi tabu dalam perspektif kegiatan sosial tradisional.

1. Kegiatan sosial tradisonal berada pada sisi paling kiri, Murni kegiatan sosial, pendanaan hibah, donasi atau dana abadi, jika sedikit bergeser ke kanan mulai menambahkannya sedikit pendapatan dari beragam penjualan charity.

2. Bisnis Sosial atau Social Entreprise, secara potensial dapat berjalan secara mandiri dimana >75% pendapatannya dari penjualan produk dan jasa yang melibatkan penerima manfaatnya menjadi faktor produksi atau salah satu rantai pasoknya.

Secara sempurna kondisi sebuah Bisnis Sosial akan dicapai jika keuntungannya kemudian diinvestasikan kembali. Bisnis sosial juga dapat menjadi usaha yang Mission-driven untuk menjadi bisnis yang menguntungkan.

Konsep profit dalam bisnis sosial adalah salah satu pilar dari 3 pilar utamanya yang tidak dapat dipisahkan yakni Triple Bottom Line People, Planet dan Profit.

3. Sisi paling kanan, Bisnis Tradisional. Jika lebih dekat pada zona hijau di tengah maka akan banyak berupa CSR atau upaya filantropis. Namun masih di zona bisnis tradisional karena pembiayaannya kerap kali berasal dari usaha-usaha yang murni berorientasi keuntungan.

Dari mana baiknyanya memulai Bisnis Sosial, bisa dari ketiganya, jika lebih mudah dari Charity mulailah dari sana & bergerser pelan-pelan ke tengah.

JIka mulai dari usaha yang murni karena keuntungan, maka secara bertahap pulalah bergeser ke tengah dengan sedikit demi sedikit menjadi usaha yang Mission-driven bisnis namun menguntungkan.

Jika dari tengah? Bisa juga! Mulai saja dulu, yang penting eksekusi šŸ˜€

Selamat berproses!

Inovasi dan Usaha di Sektor Sosial

Perjalanan jaman jelas mengubah banyak cara berpikir. Askes pada pengetahuan juga semakin tak terbatas. Makin banyak pihak yang terpanggil hidupnya untuk tampil berdampak sebagai ā€œpurpose-driven individualsā€šŸš€

Social entrepreneurs, saat ini tampil dimanapun untuk memberikan solusi nyata dengan isunya masing-masing, menggunakan kekuatan lokal & jejaringnya membangun bisnis-bisnis sosial atau lebih banyak disebut sebagai ā€œsocial enterprisesā€

Beragam usaha juga mulai merekognisi betapa signifikannya inovasi sosial untuk menangkap objek konsumennya sebagai ā€œsocially-conscious customersā€

Bagaimana seorang social entreprenuer membangun Social Enterprise untuk menghasilkan inovasi sosial & membangkitkan dampak sosial.

Pada awalnya biasanya seorang Social Entrepreneur, memiliki visi & gagasan dari masa depan yang ideal. Dituangkan dalam niatan untuk berfokus pada kelompok sosial hingga melahirkan peninglatan kapasitas individunya. Untuk itu Ia merancang dan tampil dengan beragam solusinya, hingga Ia membuatdampak, dimana usahanya memberikan sumbangsih keadaan masyarakat yang lebih baik.

Customer Journey

Mengamati perjalanan konsumen selalu menyenangkan, cuma kalo cari contoh kasus belum begitu banyak yang pas & bisa dirasakan banyak orang. Nah kebetulan nemu ini, Starbucks! Sebagian besar tentu bisa membayangkannya.ā£
ā£
Memetakan perjalanan konsumen menjadi menarik, jadi tau dititik mana saja perlu perbaikan pain points secara berkelanjutan.ā£
ā£
Ada dua kategori touchpoints secara vertikal yakni ā£
1) Semakin menggembirakan ā£
2) Semakin menyedihkan ā£
ā£
Sedangkan secara horizontal sumbu Y menggambarkan perjalanan seorang konsumen selama Ia akan, menikmati, & setelah Ia menikmati serta mendapatkannya.ā£

Ilustrasi ini cukup memberikan gambaran jelas bagaimana seseorang mengalami berbagai macam perasaan sepanjang pengalamannya sebagai konsumen atau yang dinamakan sebagai Touchpoints. Touchpoints dari contoh Starbucks dibagi menjadi lima tahapan journey yakni; ā£
ā£

  1. Antisipasiā£
  • Lokasi Kantorā£
  • Di kendaraanā£
  1. Masuk Ruanganā£
  • Berjalan masukā£
  1. Keterikatan (Engagement)ā£
  • Antriā£
  • Pesanā£
  • Bayarā£
  • Dudukā£
  • Minumā£
  • Bekerjaā£
  1. Keluarā£
  • Bebenahā£
  • Pulangā£
  1. Refleksiā£
  • Didalam Mobilā£
    ā£
    Gambaran ini membantu pemiilik usaha untuk memperbaiki pain points yang ditemukan, juga meningkatkan Gain Points. Titik-titik yang kerap mengganggu & bisa jadi membuat konsumen tak lagi mau kembali, atau bahkan menebar Pain Points ini sebagai berita buruk bagi calon-calon konsumen baru.ā£
    ā£
    Salah satu contoh, coba lihat titik ketika konsumen mulai melakukan proses ke-3 yakni Engagment! Ternyata konsumen mengenali juga bahwa beberapa kali kita bertemu pelayannya, senyum terasa sebagai ā€œFake Greetingā€ atau ketika bekerja Ia merasa bising, digambarkan dituliskan sebagai ā€œLoudā€ā£
    ā£
    Sedangkan pada aspek positif beberapa perlu ditingkatkan adalah ambience, kenyamanan & ketika pulang. Untungnya hasil refleksi akhir pelanggannya ā€œGood Drink!ā€ yang membuat Ia berkemungkinan besar kembali lagi.ā£
    ā£
    Peta perjalanan konsumen ini adalah tools paling mudah bagaimana secara gradual melakukan perbaikan. Jadi tak usah buru-buru ya, ketika tau titik-titik ketidaknyamanan, maka satu persatu kita bereskan & tingkatkan. ā£
    ā£
    Selamat Mencoba!

Channeling

Ngulik lagi model binis. Model bisnis itu semestinya unik yaa, artinya tidak sama dengan model-model bisnis yang lain. Memliki kaitan logika satu dengan yang lainnya. Salah satunya kerap kali di Blok Channel menemukan kita menulisakan offline atau online, atau lebih detail kita menulisakan nama media sosialnya.

Startegi ini kerap kali dalam teknisnya membingungkan karena terlalu general, umum dan sulit menerjemahkannya karena terlalu luas.ā£
ā£
Diingat dan dipahami lagi deskripsinya ā€œChannel adalah saluran, elemen penting dari model bisnis. cara perusahaan berkomunikasi dan menjangkau segmen pelanggannyaā€ ā£

Channel dibagi jadi dua,
1) langsung
2) tak langsung

Sedangkan fasenya dibagi menjad lima tahapan, 1) Kesadaran, 2) Evaluasi, 3) Pembelian, 4) Penghantaran dan 5) Setelah Pembelian, mirip-mirip Marketing Funnel yaa!ā£
ā£
Jangan lupa juga fungsinya,ā£ yaitu

  1. Meningkatkan kesadaran di antara pelanggan tentang produk & layanan ā£
  2. Membantu pelanggan mengevaluasi Proposisi Nilai
  3. Mengizinkan pelanggan membeli produk & layanan
  4. Menyampaikan Proposisi Nilai kepada pelangganā£
  5. Memberikan dukungan pelanggan pasca-pembelianā£
    ā£
    Nah untuk memulai memetakan startegi Channeling ini, beberapa hal yang perlu dhijawab antara lain;ā£
  6. Lewat saluran mana segmen ingin dijangkau?ā£
  7. Bagaimana menjangkau mereka sekarang?ā£
  8. Bagaimana saluran dibuat terintegrasi?ā£
  9. Mana yang paling berhasil?ā£
  10. Mana yang paling hemat?ā£
  11. Bagaimana mengintegrasikannya dengan rutinitas pelanggan?ā£
    ā£
    Jika diilustrasikan dengan gunung es, bisa diceritakan seperti ini. Bagi dua blok Channel, bagian terlihat & tak terlihat. Bagian atas atas bisa saja kita menuliskan yang biasa ditulis, Instagram, Facebook, Tiktok untuk yang online, dan atau Tiki, JNE, Kedai untuk offline.

Namun, bagian dalamnya sebenarnya ada saluran-saluran lain diluar media tsb, yakni simpul mana saja yang berupa individu / organisasi yang bisa menjadi simpul hubungan mereferalkan value proposition pada pelanggan.

Jika tau siapa yang akan jadi simpul, maka kita akan tau melalui media apa kita menggerakkannya, bagaimana konten & strategi approach yang tepat!ā£ yuk belajar lagi!

Superteam

Pertanyaan terkait membangun tim yang pas hingga cocok sering kali mendominasi pertanyaan jika diskusi tentang organisasi. Pertanyaan ini juga dihiasi dengan berbagai keluhan bahwa anggota timnya ngga beres atau sesuai.ā£
ā£
Tidak serta merta kita memiliki tim yang kuat dan langsung cocok. Ada proses membangunnya. Tingkatan terbaik dari sebuah tim yang kompak adalah pada level ā€œCreative Excellenceā€ tingkat tertiggi ini biasanya tumbuh dari sebuah proses membangun kultur organisasi yang persisten. ā£
ā£
Pada tingkatan tertinggi ini biasanya akan terlihat bahwa anggotaā€‘anggotanya memiliki karakter kuat, istilahnya ā€œDedicated Warriorā€ Biasanya Ia akan menghasilkan berbagai program dalam atmosfer yang positif, berdedikasi untuk selalu tumbuh berkembang, tak pernah melewatkan belajar dan berlatih, paham purpose tim dan konsepnya serta merasa bangga pada setiap penampilannya.ā£
ā£

Sebelum sampai pada tahap ā€œCreative Excellenceā€ , sesungguhnya tahapannya berawal dari;ā£
ā£
1.Rebelā£
Biasanya anggota tim mengeluh kemudian berhenti atau diberhentikan.ā£
ā£
2.Malicious Obedienceā£
Tandaā€‘tandanya biasanya mengutamakan ego pribadi ketimbang tim, mengentengkan, atau perfromanya rendah.ā£
ā£
3.Willing Complianceā£
masih rendahnya usaha yang konsisten, masih mencari caraā€‘cara yang mudah, kehadiran dan performa yang masih peer.ā£
ā£
4.Cheerful Cooperationā£
ā€œSudah mulai berusahaā€ Anggota tim biasanya sudah mulai memiliki perilaku positif, dan mulai mengembangkan kapasitas dirinya berkontribusi bagi timnya.ā£
ā£
5.Heartfelt Commitmentā£
Tim mulai mengembangkan usahanya dengan tulus dan sungguhā€‘sungguh.ā£
ā£
6.Creative Excellentā£
Nah ditingkat ini kita sudah memiliki budaya yang paling canggih! tugas berikutnya adalah memastikan keberlanjutannya.ā£
ā£
Nah dimana posisikah kamu dalam tim?ā£
ā£ #agilitytransformation