Pengambilan Keputusan

Satu hal yang kerap dilupakan dari target yang sekedar “gagal” & “berhasil”, ada satu kata yang sering kali dilupakan bahwa sebuah keputusan juga bisa menghasilkan hal-hal yang “beyond”!🤩

Melahirkan hal-hal “beyond” seusai keputusan ini jarang terjadi pada organisasi yang senang mematok definisi suksesnya hanya pada sekedar “berhasil, titik!” Padahal tak apa-apa juga kita menaburinya mimpi optimis. Cuma sering kali bermimpi saja kita takut🙇

Beberapa pengalaman terkait keputusan, anggota organisasi kerap kali menumpahkan pada satu variabel jika kemudian gagal, pada umumnya menunjuk leader-nya, tentu ini tak tepat. Karena ada beberapa insights agar keputusan bermuara pada hal-hal yang beyond.

Setidaknya ada 3 faktor yakni Individual, sosial & kontekstual.

📌 Individu
Pengambilan keputusan bergantung pada kapasitas kognitif individu-individunya, apakah mereka termasuk slow atau fast thinkers? apakah teridentifikasi bias kognitif diantaranya? apakah konsisten?
🎯Untuk ink, pastikan anggota organisasi kita punya akses untuk upgrade kapasitas kognitifnya.

📌 Sosial
Hal ini bergantung pada norma yang berlaku, pada bukti nyata, resiprositas, otoritas, kepercayaan dan rada suam dan tak suka.
🎯Untuk ini, pastika organisasi belajar membiasakan keterusterangan dan menghadirkan tantangan yang positif.

📌 Kontekstual.
Membahas masalah, penting untuk tetap memasangkan konteksnya pada tiap masalahnya, jangan dilepskan! Faktor ini juga mengenai arsitektur pilihan, bias, umpan balik, pengingat, framing dan ketepatan waktu.
🎯Untuk ini pastikan setiap individu belajar bagaimana cara berpikir kontekstual, agar tetap relevan dan produktif.

Semakin baik menyeimbangkan ketiga faktor tersebut, semakin baik juga organisasi kita menggagas dan mengambil keputusan dan memilih hasil yang beyond dari pada sekedar berhasil🎉

Belajar lagi🚀