Model Bisnis Sosial yang Mutakhir

Menyeimbangkan antara bisnis dengan visi sosial jika dituliskan memang mudah, dalam pelaksanaannya memang perlu ketekunan dalam menyeimbangkan berbagai aspeknya.

Bisnis sosial memang kerap kali dipertanyakan terkait bentuknya, karena masih banyak juga yang masih terkotak-kotakkan bagaimana seharusnya bisnis berjalan.

Di era penuh disrupsi dimana yang hadir bukan saja produk-produk inovatif tapi justru model bisnisnya yang kerap kali lebih jenius & keterhubungan antar aspeknya kompleks. Terutama bagaimana bisa melahirkan beragam cara monetisasi atau menghasilkan profit yang sering kali jadi tabu dalam perspektif kegiatan sosial tradisional.

1. Kegiatan sosial tradisonal berada pada sisi paling kiri, Murni kegiatan sosial, pendanaan hibah, donasi atau dana abadi, jika sedikit bergeser ke kanan mulai menambahkannya sedikit pendapatan dari beragam penjualan charity.

2. Bisnis Sosial atau Social Entreprise, secara potensial dapat berjalan secara mandiri dimana >75% pendapatannya dari penjualan produk dan jasa yang melibatkan penerima manfaatnya menjadi faktor produksi atau salah satu rantai pasoknya.

Secara sempurna kondisi sebuah Bisnis Sosial akan dicapai jika keuntungannya kemudian diinvestasikan kembali. Bisnis sosial juga dapat menjadi usaha yang Mission-driven untuk menjadi bisnis yang menguntungkan.

Konsep profit dalam bisnis sosial adalah salah satu pilar dari 3 pilar utamanya yang tidak dapat dipisahkan yakni Triple Bottom Line People, Planet dan Profit.

3. Sisi paling kanan, Bisnis Tradisional. Jika lebih dekat pada zona hijau di tengah maka akan banyak berupa CSR atau upaya filantropis. Namun masih di zona bisnis tradisional karena pembiayaannya kerap kali berasal dari usaha-usaha yang murni berorientasi keuntungan.

Dari mana baiknyanya memulai Bisnis Sosial, bisa dari ketiganya, jika lebih mudah dari Charity mulailah dari sana & bergerser pelan-pelan ke tengah.

JIka mulai dari usaha yang murni karena keuntungan, maka secara bertahap pulalah bergeser ke tengah dengan sedikit demi sedikit menjadi usaha yang Mission-driven bisnis namun menguntungkan.

Jika dari tengah? Bisa juga! Mulai saja dulu, yang penting eksekusi 😀

Selamat berproses!

Literasi Aksi Monetisasi

Diskusi pagi ini membuka insight baru, tema berat, tapi sungguh nyata terjadi dilapangan. “Pasca PHK, Saya harus apa?” Materi ini dibuat dengan tergesa karena lupa jadwal tayang! Tapi bukan dibuat asal‑asalan ya, dibuat dengan pendalaman & empati menilik pengalaman beberapa waktu terakhir mangawal kawan‑kawan yang terumahkan & menemaninya prosesnya menemukan momentum baru untuk melompat.⁣⁣
⁣⁣
Pasca PHK tentu berat, sudut pandang lain adalah proses kreatif & kesempatan baru. Saya memilih sudut pandang ke‑2. Karena dengan growth mindset semua kemungkinan baik akan tumbuh & menghampiri, meski pasti ada hal menyedihkan nyatanya melekat pada kawan terumahkan. Pasca PHK, prosesnya mirip dengan kurva proses kreatif “The Valley of Death” dimana di penghujung selalu ada hikmah untuk yang serius melakoni prosesnya. ⁣⁣
⁣⁣
Untuk para komunitas pemberdaya, disinilah peran kita memberikan wadah menjadi teman di zona kritis agar tidak terjun terlalu dalam. Sedangkan untuk kawan terumahkan jangan lupa mencari wadah seperti ini yang banyak tersedia.⁣⁣
⁣⁣

Teoritis memang, ketika menyarankan baiknya menumbuhkan Growth Mindset, tapi secara praktis ini sangat mungkin dilakukan jika memilih ditemani ekosistem, mereka akan menghadirkan sumber daya, kawan & paradigma baru. Saatnya mengatur energi dengan membuat tangga berproses agar hidup tak terlalu ekstrim seperti Roller Coaster. Menerapkan Goals baru, membaginya menjadi 4 tahapan seperti layaknya kita gunakan #OKRs pada setiap project kita, bedanya sekarang diterapkan pada hidup kita.⁣⁣
⁣⁣
Memperbaiki hidup baru pasca PHK memang berat, hanya ini sesungguhnya media baru belajar. Jika berhasil melaluinya, ada lompatan yang dijanjikanNya jika bersungguh‑sungguh menekuni prosesnya. Tiga hal yang saya pelajari dari kawan2 pasca PHK ini, mereka berlatih “3‑Si” sepajang kurva prosese kreatifnya, 1 Literasi, 2)Aksi & 3)Monetisasi.⁣⁣
⁣⁣
Menekuni proses meski naik turun untuk mendatangkan kapabilitas aksi dengan membuka pintu‑pintu silaturahmi, menguatkan wawasan dengan membaca & berkaca, penguatan literasi & wawasan, terakhir merancang kemampuan monetisasi yang terukur hingga energinya dapat diatur.⁣⁣
⁣⁣
Siap membuka diskusi yaa! 🚀🚀