Saatnya tarik garis waktunya kedepan & tantangan itu nyata!

Sehelai kertas buram saya corat-coret pagi tadi, bersama kawan-kawan belajar terkait zona nyaman & aman. Titik dimana sering kali kita merasa tanpa masalah, tantangan & merasa baik-baik saja. Apalagi jika kita berada pada sebuah titik dimana baru saja menerima rekognisi pencapaian tertentu yang kemudian membuat kita terjebak dengan keadaan yang tak memiliki urgensi masalah & tak ada yang perlu dilakukan. Tampaknya kita baik-baik saja.

Tantangan utama dalam menantang diri sendiri atau organisasi adalah mengamini kita punya masalah (baca; tantangan) karena sering kali memang kita kesulitan mendefinisikan apa masalah kita, apalagi jika berkaca bahwa organisasi kita selama ini baik-baik saja, aman-aman saja apalagi jika punya nama besar.

Mampu merumuskan Problem Statement kemudian memvalidasinya sesungguhnya adalah pintu masuk inovasi. Namun, bagaimana mungkin kita bisa melahirkan inovasi jika kita tak bisa mengenali tantangan, menganggap baik-baik saja tak bisa baca peluang?

Ada satu tips yang sering kali kami bahas, terkait bagaimana caranya kita tau tau bahwa ada tantangan dalam organisasi kita.
1. Buat titik yang menandakan keberadaan kita saat ini dan segala pencapaiannya. Anggap saja ini zona nyaman yang sering membuat kita bahagia.
2. Tarik garis lurus ke kanan, sepanjang waktu di masa depan. Misalkan 5 atau 10 tahun ke depan.
3. Imajinasikan, apa yang akan terjadi dimasa depan jika kita melakukan hal yang sama dari waktu ke waktu. Apakah kita akan pada kondisi yang sama. Ada di titik mana kita nanti, akankah garis ini tetap lurus, menurun atau melesat?

Menarik garis waktu ke masa depan dengan cara-cara yang kita lakukan saat ini akan membawa pada pemikiran ā€œapakah cara ini akan relevan di masa datang & mendatangkan kemajuan?ā€ Kondisi saat ini & menyandingkannya dengan waktu di masa datang akan menggambarkan kesenjangan sebagai “Problem Statement” yang kuat,

Kerap kali kita lupa menarik garis waktu, hingga lupa ada urgensi untuk melakukan intervensi agar bisa tetap relevan, membuat lompatan-lompatan baru & membawa dinamikanya tetap menjadi bagian eksplorasi yang membawa kebahagiaan.

Saatnya tarik garis waktunya kedepan & tantangan itu nyata!

Pemimpin dan Imajinasi

Bahan bakar seorang pemimpin sering kali diidentikkan dengan beragam kemampuannya atau bahkan dengan kekuatan sumberdayanya. Namun sesungguhnya bahan bakar utama pemimpin yang mengerakkannya pada kemajuan adalah kekuatan imajinasinya.

Berkaca dari pengalaman di negeri ini, disaat semakin dominannya pemimpin-pemimpin tanpa imajinasi, tak paham arah dan tujuan. Apalagi jika ditanya apakah mereka memahami bagaimana dan untuk apa sesungguhnya cita-cita pergerakannya dilakukan malah dijawab dengan menutup ruang dialog. Maka sesungguhnya kehadiran pemimpin-pemimpin muda menjadi harapan baru, tantantangannya adalah bagaimana merawatnya tak kemudian di satu titik mereka berbelok karena kepentingan, lupa cita-cita.

Pemimpin dengan imajinasi akan menujukan visinya pada sebuah kemajuan yang Ia kalibrasi cara mencapainya pada setiap waktunya. Proses ini akan membawanya pada kematangan penguasaan cara-cara inovatif yang Ia bisa ditempuhnya.

Menuangkan mimpi adalah tantangan berikutnya, karena Ia perlu terampil menyajikannya dalam rencana & aksi pergerakannya. Ia juga perlu belajar bagaimana merancang dan mengeksekusi tahapan-tahapan yang terukur. Dilanjutkan dengan mempersenjatainya dengan cara-cara lateral, menumbuhkan kesabaran membangun timnya dengan asupan-asupan gizi organisasi yang sehat dan mejadi sponsor bagi setiap perubahan yang punya value kuat.

Imajinasi seorang pemimpin tumbuh bukan karena given atau turunan keluarganya, namun dalam kesehariannya Ia berkesadaran penuh untuk belajar menumbuhkan kekuatannya dengan 1) mendekatkannya pada beragam literasi yang Ia baca, 2) terhubung dengan beragam panutan yang Ia contoh & menginspirasinya, 3) menguatkan nilai-nilai luhur yang Ia yakini, 4) melatih keterampilan professionalnya, 5) mematangkan kerendahan hatinya serta, 6) ekosistem yang tepat yang Ia pilih dalam proses akselerasinya.

Dikelilingi anak muda yang punya imajinasi kuat saat ini adalah sebuah kebahagiaan, walau diluar sana masih menantang bagaimana menebar imajinasi kemajuan ini tersebar secara luas. Memimpikan masa depan kita akan banyak ditumbuhi contoh-contoh pemimpin yang energinya terpancar kuat karena mimpi besarnya.

Ada lima tipe seru menurut Cheryl Strauss Einhorn. founder & CEO of Decisive

Setiap orang punya karakter dalam pengambilan keputusan, berdasarkan kemampuan, pengalaman serta kapabilitasnya. Jika kita pernah bahas tentang enam topi berpikir, sekarang ada 5 persona pengambil keputusan coba, kira-kira kamu yang mana? Ada lima tipe seru menurut Cheryl Strauss Einhorn. founder & CEO of Decisive;

1. Petualang. si paling cepat & percaya atas keberaniannya. Jika dihadapkan pada tantangan besar atau kecil maka Ia akan memutuskan yang dirasakan benar daripada menghabiskan banyak waktu memikirkan banyak pilihan. Tipe ini juga dibilang sebagai si pantang takut! Cuma ada hal yang bias dengan tipe ini, sering kali Ia punya Optimism Bias & jika keterusan bisa membuatnya berbahaya!

2. Detektif. Kamu adalah tipe yang menghargai informasi, selalu meminta data & fakta, tak memutuskan basis perasaan. selalu merujuk pada kenyataan. Pecaya bahwa semakin Ia belajar makin semakin baiklah dia. Kurangnya tipe ini adalah Frame Blindness, yakni kurang punya pemahaman Big Picture, atau bahkan berlebih informasi. Kurangnya tipe ini adalah authority bias, suka bertentangan dengan inner voice dirinya.

3. Pendengar. Tipe ini paling dicintai penduduk bumi šŸ™‚ Kala dihadapkan pada situasi kompleks, kita akan menyandarkan diri pada orang tipe ini & meminta pendapat & opini. Akan merasa nyaman bahwa kita tak perlu memutuskannya sendirian. Tapi tipe ini biasanya loss aversion, memilih jalan aman!

4. Pemikir. Banyak pertimbangan, menolak memutuskan cepat. Menimbang opsi, mempertimbangkan positif & negatifnya. Tak perlu banyak data, tapi perlu waktu &ruang berpikir & rasionalisasi mengapa ini perlu dilakukan. Cepat bukanlah tujuannya, tapi proseslah yang utama.

5. Visioner; Ia tak ingin yang biasa-biasa, lebih suka dengan caranya sendiri. Jika dihadapkan pada opsi yang jelas, Ia lebih suka memilih yang beda, yang belum pernah terjadi. Going Extra Miles! sering mengagetkan sekeliling dengan keputusannya! Tipe ini kekurangannya saliency bias, tendensi untuk fokus pada faktor paling mudah dikenalinya.

Ngga ada yang ā€œsempurnaā€ sih, tapi perlu keterampilan untuk menggabung-gabungkannya & membawa pada pemahaman yang lebih holistik & meramu kelima karakter diatas.

Kemampuan Critical Thinking

Terburu-buru menilai, memutuskan & menyimpulkan. Proses ini biasanya disebut sebagai fast thinking, menyebabkan seseorang kehilangan objektifitasnya & kemampuan berpikir kritisnya seketika jadi lenyap. Hal ini juga terjadi ketika ternyata mayoritas berkata sama hingga jadi ukuran kebenaran. Apalagi orang-orang ternama juga yang juga tergesa menyimpulkan menjadi rujukan pembenaran.

Kasus Baim mendaftarkan Haki Citayam Fasion Week menjadi menarik dari kacamata critical thinking apalagi dari kacamata proses bisnis, ketika sebagian besar tokoh justru terburu-buru menghakimi seperti ā€œCreated by the poor, stolen by the richā€, ā€œserakah!ā€ dan atau ā€œtak beretikaā€. Komen-komen ini memenuhi jagad dunia maya ketika sebuah media membawa berita berita dengan judul ā€œ Perusahaan Baim-Paula mendaftarkan Brand Citayam Fashion Weekā€ .

Kemampuan critical thinking kita memang diuji, ketika media-media kita sering memberitakan hal-hal yang konteksnya hilang dari judul. Menghilangkan konteks dari judul tentunya akan membawa polemik besar karena memancing keributan karena menuai perdebatan, ya mereka berhasil sih karena tujuan media tsb ya itu. Dibaca banyak orang!

Sebagai pegiat kreatif tentunya kemampuan kita membaca konteks menjadi krusial. Apalagi manganalisis kejadian, keterhubungan simpul-simpul pelaku, meninggikan cakrawala jadi penting dalam menarik kesimpulan. Sesungguhnya trending topic Baim & CFW ini menarik dibahas dari sisi kolaborasinya, terlepas dari etika ya krn CFW sudah jadi milik umum.

Baim X Bonge adalah kasus menarik, kolaborasi jika boleh dibilang, bagaimana Baim berkomunikasi dengan Bonge CS, bagaimana Baim memvaluasinya dengan membayar 500juta pada inisiatornya, bagaimana mereka menangkap momentum dan bagaimana menjadikan Hak Kekayaan Intelektual menjadi nilai ekonomi serta mendistribusikan keuntungannya secara adil dalam model bisnisnya adalah tema menarik ketimbang tergesa menyimpulkan.

Bentuk-bentuk kolaborasi yang makin gila ini tentu makin banyak orang tak paham. Selalu ada 6 topi berpikir jika menurut Edward de Bono, jangan menyimpulkan dari sisi topi hitam, karena ada 5 topi lain untuk menyimpulkan lebih luas. Kapan nih kita bahas?

Pengambilan Keputusan

Satu hal yang kerap dilupakan dari target yang sekedar ā€œgagalā€ & ā€œberhasilā€, ada satu kata yang sering kali dilupakan bahwa sebuah keputusan juga bisa menghasilkan hal-hal yang ā€œbeyondā€!šŸ¤©

Melahirkan hal-hal ā€œbeyondā€ seusai keputusan ini jarang terjadi pada organisasi yang senang mematok definisi suksesnya hanya pada sekedar ā€œberhasil, titik!ā€ Padahal tak apa-apa juga kita menaburinya mimpi optimis. Cuma sering kali bermimpi saja kita takutšŸ™‡

Beberapa pengalaman terkait keputusan, anggota organisasi kerap kali menumpahkan pada satu variabel jika kemudian gagal, pada umumnya menunjuk leader-nya, tentu ini tak tepat. Karena ada beberapa insights agar keputusan bermuara pada hal-hal yang beyond.

Setidaknya ada 3 faktor yakni Individual, sosial & kontekstual.

šŸ“Œ Individu
Pengambilan keputusan bergantung pada kapasitas kognitif individu-individunya, apakah mereka termasuk slow atau fast thinkers? apakah teridentifikasi bias kognitif diantaranya? apakah konsisten?
šŸŽÆUntuk ink, pastikan anggota organisasi kita punya akses untuk upgrade kapasitas kognitifnya.

šŸ“Œ Sosial
Hal ini bergantung pada norma yang berlaku, pada bukti nyata, resiprositas, otoritas, kepercayaan dan rada suam dan tak suka.
šŸŽÆUntuk ini, pastika organisasi belajar membiasakan keterusterangan dan menghadirkan tantangan yang positif.

šŸ“Œ Kontekstual.
Membahas masalah, penting untuk tetap memasangkan konteksnya pada tiap masalahnya, jangan dilepskan! Faktor ini juga mengenai arsitektur pilihan, bias, umpan balik, pengingat, framing dan ketepatan waktu.
šŸŽÆUntuk ini pastikan setiap individu belajar bagaimana cara berpikir kontekstual, agar tetap relevan dan produktif.

Semakin baik menyeimbangkan ketiga faktor tersebut, semakin baik juga organisasi kita menggagas dan mengambil keputusan dan memilih hasil yang beyond dari pada sekedar berhasilšŸŽ‰

Belajar lagišŸš€

Trust & Agility

Mendapatkan hasil yang baik adalah hasil dari terbangunnya kolaborasi dan rasa saling percaya satu sama lainnya. Hal yang cukup menantang dalam kolaborasi memang terletak pada isu trust. Belum semua individu dan organisasi memiliki kemampuan untuk membangun trust pada level kematangan yang baik.

Apalagi hidup di era digital saat ini, dimana Agile Leadership sangat dibutuhkan. Era lalu adalah era dimana kita perlu tumbuh dengan cepat dan pasti, namun berbeda hal saat ini, kala dinamika perubahan sangat cepat, kita perlu tetap Agile. Dalam agile yang dinamikanya tinggi, maka melatih trust menjadi sangat penting.

Menumbuhkan trust, kepercayaan akan banyak melahirkan inspirasi, dari saling inspirasi akan lahir banyak aksi terwujud. Kemudian keduanya menjadi sebuah hal bernama ā€œinspired actionā€. Biasnya aksiā€‘aksi yang menginspirasi ini menghasilkan banyak halā€‘hal yang beyond!

Basis trust menjadi fundamental untuk kita membuka cara berpikir yang tumbuh dan mencoba opsiā€‘opsi baru yang perlu dieksplorasi.

ā€œTrust opens up new and unimagined possibilitiesā€ Pada kenyataannya kita tidak bisa membuat ekosistemnya 100% memiliki kecepercayaan yang baik satu sama lainnya, menghadirkannya perlu proses menbangunnya, bertahap dengan bekal strategi dan ilmunya.

Selaras dengan era disruptif, ada satu kalimat yang menarik dikaitkan dengan ā€œtrustā€ dengan Agility apalagi dengan era bonus demografi Indonesia yang baru saja kita mulai hingga 2038 nanti, yakni ā€œ If you donā€™t let them be their best selves, you donā€™t get to hire the best peopleā€

Era sekarang dimana muncul kreatifitas yang berbedaā€‘beda, tak ada yang sama dan memang tak bisa disamakan, maka trust adalah fundamental penting untuk menghadirkan lebih banyak ā€œInspired Actionā€

Selamat berproses!

Kritis Vs Kreatif

Menjadi kritis atau kreatif,ā£
Keduanya menjadi penting, apalagi saat ini adalah saat dimana beragam cara menjadi baru, kala halā€‘hal lama menjadi tak relevan. ā£
ā£
Memiliki kemampuan memecahkan masalah dan solutif adalah hal paling penting untuk tak terjebak menjadi ekosistem yang merengekā€‘rengek lagi dengan ketergantungan. Membangun kemandirian yang hakiki.ā£ Bonus demografi akan berakhir pada tahun 2038, satuā€‘satunya pintu peluang agar Indonesia menjadi negara maju kelak. 17 tahun adalah waktu tak lama, cepat sekali berlalu, apalagi dalam konteks pembangunan manusia.ā£ Sudah waraā€‘wiri berita televisi mengungkapkan bahwa potensi Indonesia gagal memanfaatkan Bonus Demografi sangatlah besar, hingga kelak menempatkan Indonesia pada deretan negara yang terjebak pada golongan midle income.ā£ Tak mau itu terjadi, saatnya kita sungguhā€‘sungguh melahirkan generasi kritis sekaligus kreatif. Berkemapuan untuk memiliki daya ungkit, melompatkan bangsa ini pada kemajuan. ā£


ā£
Kemampuan kritis biasanya berada pada kemampuan menganalisa, menurunkan, mensintesa, membandingkan, mengkategorikan, merunutkan hingga mengurutkan.ā£
ā£
Kemampuan kedua adalah Kemampuan kreatif biasanya pada kemampuan untuk berimajinasi, menemukan, merubah, merancang dan mencipta.ā£
ā£
Irisan keduanya adalah kemampuan memecahkan masalah, biasanya akan mampu melakukan perbaikan, merancang, memperbaiki, menemukan, mencipta kriteria hingga menghasilkan temuanā€‘temuan baru.ā£
ā£
Kemampuanā€‘kemampuan yang lagi bisa atas dasar saya memilih untuk lebih kritis atau lebih kreatif. Tapi memadukannya hingga menghasilkan banyak solusi berdampak.ā£
ā£
Ayo para generasi solutif, Saatnya bergegas!ā£

Gagasan Terbaik

Bagi yang percaya proses & hakikat kaborasi untuk saling memperkaya ide, memperkuat mimpi masa depan, halā€‘hal yang semula tak mungkin, menjadi sangat nyata mungkin untuk dibumikan sedikit demi menjadi kenyataan.ā£ Ada kalanya kita melupakan bahwa ada garis waktu yang tak kasatmata, tak terlihat namun menjadi variabel terpenting dalam membangunnya. ā£


ā£Bekal ketekunan menelusuri waktu adalah variabel terpenting dalam merajut satu persatu mata rantai menjadi untaian proses yang berkait satu sama lain, hingga menjadi jembatan yang menghubungkan mimpi dengan perwujudan nyatanya.ā£ Bertemu kawanā€‘kawan inpiratif untuk saling melengkapi kepingan puzzlenya pada gambar besarnya masingā€‘masing.ā£ Jika dulu dinamakan Gotong Royong, sesungguhnya sungguh kata tsb masih sangat relevan saat ini dengan sebutan kolaborasi. ā£
ā£
Jika sempat satu masa kita berlomba saling berkompetisi untuk menang, saatnya kita meluruskan kembali makna kolaborasi untuk saling berlomba mencari letak yang pas, menempatkan kepingan puzzle kita masingā€‘masing yakni berupa peranan dan kompetensi yang dimiliki, untuk saling mengisi gambar besar, lukisan yang dinamakan ā€œkebermanfaatanā€ā£. Dari sebuah riset yang dalam prosesnya bergulir menjadi pergerakan kolaborasi multidisipliner, membentuk ekosistem yang saling melengkapi, bersepakat untuk memperluas dampak, kamu mau bergabung?

Baurkan & Ramu

Menyamakan frekwensi yaa, beda dengan menyamakan pendapat, atau harus benarā€‘benar menjadi satu pandangan yang biasanya dilakukan dengan memilih.

Menyamakan frekwensi justru sebuah ritual dalam organisasi yang menjadi penting untuk melahirkan gagasanā€‘gagasan baru, tidak terjebak dengan halā€‘hal lama atau gagasan dari orangā€‘orang HiPPO (Highest Paid Person in the Office) yang biasanya memiliki kedudukan tertinggi dan terbiasa membiasakan diri dan organisasinya untuk tergantung padanya.

Ketergantungan menentukan sesuatu pada satu titik di organisasi, justru akan menumpulkan inovasi dalam jangka panjang, mematikan banyak inisiatif dan terpuruk pada beban berat ketergantungan.

Menyamakan frekwensi adalah titik nol berpikir bersama, memberikan kesempatan untuk bersamaā€‘sama berpikir bahwa kita perlu menyamakan konteks. Bukan berarti setiap gagasan pada proses selanjutnya akan dieliminir. Justru dalam menyamakan frekwensi kita didorong membuka wawasan lebih luas, memahami perspektif berbeda dan mendudukan masalah pada konteks yang benar. Menyamakan frekwensi biasanya menyamakan kerangka berpikir yang disepakati.

Aneka latar belakang dari gagasanā€‘gagasan yang berbeda, dalam ekseskusinya akan dipahami apakah artinya 1) gagasanā€‘gagasan berbeda itu saling melengkapi, 2) akankah menjadi salah satu bagian dari bagian yang lain, 3) apakah jika ditelusuri merupakan akibat dari sesuatu yang lebih besar, 4) apakah berakibat pada hal lain, apakah ada irisannya, 5) apakah saling berhubungan, 6) apakah berada pada kelompok yang sama, 7) apakah gagasanā€‘gagasa tsb dalam proses yang sequential, 8) apakah dapat dibagi menjadi dua bagian atau 9) bahkan apakah dapat ditempatkan diatas salah satunya?

Menyamakan frekwensi bisa juga dikatakan sebagai pondasi untuk meletupkan gagasan kreatif dan meroketkan inisiatif dari setiap anggota tim kita. Selamat menyamakan frekwensi!

4 Cara Berdamai dengan Situasi Problematik

Sejak Pandemik Covid-19, keadaan memang sangat menguras pemikiran, memacu banyak dinamika, akhirnya banyak juga meluncur kreatifitas yang dulu tak ditemukan dengan cara-cara yang biasa. Tekanan keadaan justru membuat orang berupaya semaksimal mungkin berdamai dengan situasi yang problematis.

Banyak hal menggaungkan mulailah beradaptasi, namun bagaimana jika kondisinya tak sesuai dengan harapan? Apa yang perlu dilakukan, berkolaborasikah? beradaptasikah? atau bahkan menyerahkah? Kemudian bagaimana caranya menemukan jalan-jalan kreatif untuk melompat bereksplorasi, atau perlukah kita tetap berjalan sendiri?

Lebih dari satu tahun pandemik bergejolak, Saat ini justru banyak pihak yang menggunakan strategi keduanya, memantapkan oragnisasinya untuk melangkah lebih jauh dalam berdamai dengan situasi problematiknya. Jika Ia bisa melakukannya sendiri dalam organisasinya, maka Ia akan melakukannya secara unilateral, melakukan perbaikan-perbaikan mandiri secara mandatory. Namun, jika Ia tak bisa maka ia perlu mengambil opsi kolaborasi, menyegerakan aksi-aksi bersama dengan pihak-pihak lain.

Jika kondisinya, sebuah organisasi tak mampu berubah, namun diperkirakan mampu bertahan dengan situasinya, maka pilihan organisasi untuk beradaptasi adalah opsinya. Namun jika tak juga mampu bertahan maka pilihan untuk Exit memang pilihan pahit namun dapat dilakukan.

Seperti banyak dilakukan banyak usaha di era Pandemik ini. Exit merupakan strategi yang pahit namun tak menutup kemungkinan Ia akan hadir lagi dengan sesuatu yang benar-benar baru, melompat dengan fundametal baru yang sesuai dengan kondisi saat ini. Menyerah bukan hal buruk kok, asal kita berani memulai hal baru lagi, bangun lagi & belajar lagi. Fail fast, learn fast!

Setiap langkah selalu membawa hal baru, apapun itu biasanya membawa banyak insight baru. Yang sering kali dialami adalah ragu-ragu mengambil keputusan, hingga tak jua melangkah. Jangan lupa juga bahwa pilihan itu banyak, tinggal berani mencobanya, tidak berhenti pada satu titik. Terlebih jika punya rujukan pengetahuan, banyak hal yang dapat kita perhitungkan resikonya, perbesar kemungkinan suksesnya bahkan melompat jauh lebih tinggišŸš€šŸš€šŸš€

Gambar; PWC