Design Thinking, membingungkan?

Mengenal Design Thinking ga semata-mata berhenti disana, yang lebih menantang justru menerapkan keterampilan berpikir desain dalam kehidupan nyata, mengeksekusinya langkah berikutnya hingga bisnis berjalan baik & terjaga keberlanjutannya.⁣⁣
⁣⁣
Jangan sampai melompat-lompat dari proses yang sesungguhnya, nanti bingung! Nah begini alurnya;⁣⁣

⁣⁣1. Design Thinking⁣⁣
Mulai dari gagasan, ikuti dengan validasi masalah pada konsumen. Lakukan proses empati, definisikan masalah dengan baik dengan sudut pandang user, buat purwarupa & uji. Teruskan proses iterasinya hingga menghasilkan purwarupa. Solusi ini kemudian divalidasi & mulai digagas Model Bisnisnya & memulai langkahnya dengan Lean StatrUp⁣⁣
⁣⁣
2. Lean Startup⁣⁣
Tahap ini menyediakan pendekatan ilmiah untuk membuat & mengelola bisnis agar lebih cepat menyampaikan produk yang diinginkan ke tangan pelanggan.Juga mendorong cara mengarahkan, kapan berhenti & kapan harus bertahan & menumbuhkan bisnis dengan akselerasi maksimum. ⁣⁣
⁣⁣
Fase lean ini menguji coba, dengan harapan mendapatkan siklus Learn-Build-Measure, hingga menghadirkan Model Bisnis yang valid. Fase ini penting, jangan memulai dengan asumsi bahwa produknya diinginkan banyak orang. Kemudian menghabiskan waktu menyempurnakan produknya tanpa pernah menunjukkan pada calon pelanggan. ⁣⁣
⁣⁣
3. Design Sprint⁣⁣
Dalam fase Lean Startup baiknya melakukan pendekatan Design Sprint untuk menjawab pertanyaan krusial melalui proses perancangan, purwarupa & tes pada konsumen. Proses ini memotong proses panjang, cukup 5 hari untuk berkutat pada siklus yang lebih pendek yakni pada gagasan (Idea) – belajar (learn) tidak perlu Idea-Build-Launch-Learn yang memakan waktu-biaya
tinggi.⁣⁣
⁣⁣
4. Agile (Scrum)⁣⁣
Proses ini melahirkan produk tervalidasi, tapi belum sampai Model Bisnis tervalidasi. Memvalidasi proses bisnis gunakan pendekatan Agille (Scrum) agar tujuan bisnis dapat diperoleh dengan proses dinamis dengan proses perencanaan yang tepat, sprint, review & retrospektif hingga Model Bisnisnya inovatif.

Perhatikan juga sumbu X-nya, semakin tinggi maka gagasan yang dihasilkan akan makin kongkret! Makin kongkret bisnisnya pun makin jalan!

Jadi kapan kita belajar bareng?

Entrepreneur? Intrapreneur?

Tentu kamu sudah familiar dengan istilah Entrepreneur, sebuah pilihan untuk berperan mendirikan usaha secara mandiri. Biasanya kalangan ini mengagungkan kebebasan, tanggung jawab pribadi dan kemandirian serta ROI yang baik. ⁣

Tapi, kamu pernah dengan istilah Intrapreneur? Istilah bagi kalangan yang bekerja didalam sebuah instusi. Biasanya memiliki resiko yang lebih rendah, memiliki akses pada sumber daya dan keamanan / jaminan kerja. ⁣

Walaupun berbeda, keduanya memilik kesamaan loh! yakni, inovatif, ambisius dan melekatnya jiwa kepemimpinan didalam dirinya. Dalam Intrapreneur ada beberapa karakteristk penting, menurut Intuit Mintlife, 2020, mereka memiliki karakter:⁣
Mau belajar, Kompetitif, Kolaboratif, Terbuka terhadap resiko, Out of the box &⁣
Adaptif.⁣


Mengutip Philip Horvath, 2020; Salah satu elemen risiko utama yang sering dianggap remeh adalah “motivasi” intrapreneur individual. ⁣

Baik Entrepreneur maupun Intrapreneur membutuhkan kemampuan resiliensi yang yang luar biasa. Entrepreneur punya potensi imbalan finansial besar, sedangkan para intrapreneur perlu mengandalkan motivasi intrinsik yang ekstra kuat. Tanpanya akan terseok-seok, terlebih akan menemukan banyak oposisi & hambatan struktural dan budaya dalam institusinsya⁣

Ada pertanyaan-pertanyaan buat kamu para Intrapreneur;⁣

WHO are you as an individual and who are you becoming? ⁣
Memahami diri sebagai sumber budaya & transformasi, mempelajari elemen-elemen kunci seperti kemandirian, ekspresi, pengelolaan & pengorganisasian diri.⁣

WHY are you here? ⁣
Menghubungkan ke tujuan pribadi. Apa masalahnya? ⁣

HOW do you want to contribute? ⁣
Jenis legacy apa yang ingin kamu ciptakan? Kamu ingin dikenal karena apa? Ingin dikenal sebagai siapa?⁣

WHAT signals do you see that excite you?⁣
Apa yang kamu lihat di luar sana? Tren apa? Kebutuhan pelanggan apa yang dapat dipenuhi dengan lebih baik / yang bahkan mungkin belum ada?⁣

Nah coba lihat framework Kuadran Ken Wilber dalam feeds ini, tampak cocok buat kamu yang sedang berjuang menjadi Purpose-driven Intrapreneur menjelaskan bagaimana seorang individu dapat mengasah jiwa wirausahanya dalam konsep Intrapreneurship. ⁣

Selamat merenung😘

S.T.U.P.I.D

Menjadi bodoh dalam perspektif lain itu menjadi penting, artinya kita mau mendengar, mau mengerti dan banyak memahami setiap hal yang kita hadapi. ⁣⁣
⁣⁣
Menjadi pintar terkadang kita menjadi sosok sombong yang sama sekali menempatkan diri mengetahui segalanya. Sulit menurunkan egonya untuk mau bertanya latar belakang sebuah pendapat meluncur dari kepala orang lain. ⁣⁣
⁣⁣
Mau mengerti, menyimak dan memahami menjadi senjata paling penting dalam pergaulan sehari-hari. Mengeluarkan energi tanpa mau menyimak artinya sia-sia. Keluarkan energi untuk menempatkan diri pada posisi apa kita dapat berkontribusi dalam sebuah konteks akan lebih baik dan menghasilkan sebuah langkah baru. ⁣⁣
⁣⁣
Kita hadir bersolusi untuk menyatukan kepingan puzzle kita yang berbeda-beda. Puzzle milik kita sama-sama penting, tidak ada yang tidak penting. Tinggal mencari dimanakah posisi kita, terkait siapa menempatkan kepingan kita dengan tempat yang tepat terlebih dahulu itu adalah hal biasa, setiap orang punya waktunya.⁣⁣
⁣⁣
Hari ini tak sengaja membuka buku lama tahun 2015, “Stupid Marketing” tulusan Sandy Wahyudi dkk seakan-akan mengingatkan kita untuk tetap bodoh, sehingga kita tetap mau mencari dan belajar. Dalam buku ini terdapat kata-kata bahwa menjadi bodoh adalah penting. Stupid adalah sebuah proses menuju kemenangan menurutnya. ⁣⁣
⁣⁣
S; Searching Opportunity, ⁣
T; Theoretical Research,⁣
U; Utilize Idea, ⁣
P: Penetrate Market , ⁣
I; Implementation, ⁣
D; Do Review. ⁣
STUPID! ⁣⁣
⁣⁣
Bodoh dalam perspektif lain adalah sebuah proses pencarian dari sebuah peluang yang hadir, dikuatkan dengan berbagai temuan keilmuan dan teori yang sudah ada, menggunakan kemampuan ideasi yang gila, mencobanya dilapangan secara nyata, dan mengevaluasi dan restrospeksi atas prosesnya. Begitu seterusnya untuk merasa bodoh dan memperbaikinya secara berkelanjutan. ⁣⁣
⁣⁣
Merasa bodoh juga melatih kita untuk tetap berkeinginan tahu, menghargai pihak lain serta untuk tidak lelah berproses. Bodoh dan tetaplah belajar.⁣⁣ Mari berlatih bersama.
⁣⁣
#janganlelahberproses

Environment Shapes The Culture

Diskusi bersama pimpinan lembaga sebuah instusi siang tadi, bagaimana caranya mencapai target yang dibebankan pada instusinya, bagaimana pula mengawalnya agar berhasil.

Semakin maju jaman dengan keragaman variable teknologi yang makin masif tentunya akan hadir juga cara‑cara baru dalam mengatasi sebuah masalah, paradigma pun bergeser, hingga cara mencapai goalsnya pun berbeda. Tinggal keberanian bereskperimen tentunya, ekperimen juga ada ilmunya loh yaa ngga cuma asal eksekusi:)

Hal paling menantang adalah, bagaimana mengubah manusianya. Namun ternyata ada hal yang sering kali kita skip, bahwa mengubah manusia bisa dilakukan dengan cara lain selain hanya fokus pada dirinya.

Jason Baron, dalam catatan kuliahnya selama dua tahun dan menuliskannya dalam bukunya The Visual MBA, mengungkapkan salah satu sesi kuliahnya tentang bagaimana mengubah manusia dan kebiasaanya.

“Although it is hard to change people, nothing changes people faster than changing their environment. Their environment then shape the culture”

Cara ini cukup jitu, melahirkan cara lain dari sekedar training dan training, tapi menata ulang ekosistem, seperti ruang kerja, cara berkomunikasi, cara merespon, cara mendampingi, cara menyimak justru akan menumbuhkan berbagai kemampuan kepemimpinan dalam konteksnya masing‑masing.

Bagaimana mereka tumbuh menjadi personal yang kredibel, hubungan antarpersonal yang saling percaya, kenyamanan sebagai komunitas yang baik, lingkungan yang inspiratif‑suportif hingga membuka ruang‑ruang inisitif dan inspiratif, hingga akhirnya memiliki tanggungjawab pada organisasinya dengan sungguh‑sungguh.

Jangan hanya habiskan waktu mengubah seseorang, coba juga dengan merekayasa lingkungan kerjanya:) selamat mencoba!

Sustainability

Sustain! Bagi penggerak keiwiasuahaan sosial, prinsip Triple Bottom Line tentunya sudah tidak asing lagi. Sebuah prisip menyeimbangakan goals agar terjaga keberlanglanjutannya.⁣

Konsep ini sesungguhnya tidak saja cocok bagi Wirausaha Sosial, namun bagi siapapun yang mendamba sebuah mimpi dimasa datang dimana kebermanfaatan yang ditanam dapat berkembang luas dan tetap berlanjut lestari.⁣

Pertimbangan sesungguhnya bukan semata‑mata Profit, tapi dalam mencapai sebuah goals, belajar menyeimbangkan antara variabel lainnya seperti People dan Planet adalah seni tersendiri.⁣

Seperti bemain juggling, ⁣
1.Mengutamakan People⁣
Variable sosial yang terkait dengan komunitas, pendidikan, keadila, sumber daya sosial, kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup.⁣

2.Mempertimbangkan Profit⁣
Variable ekonomi yang terkait dengan kebutuhan finansial, keuangan dan tumbuhnya kekuatan ekonomi.⁣

3.Menjaga Planet⁣
Variabel lingkungan berhubungan dengan pentingnya kelestarian alam, air, udara, konservasi energi & penggunaan lahan.⁣

Menyeimbangkan ketiga hal di atas memang sebuah tantangan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak sekedar menekankan aspek efisiensi dengan menekan biaya produksi namun disisi lain mengorbankan aspek lain.⁣

Mengawinkan People + Profit akan menghasilkan keadialan dan kepatutan.⁣

Profit + Planet akan menghasilkan kepastian sebuah aksi terjaga dan berlajut (viable)⁣

Planet + People akan menghasilkan kemampuan bertahan (bearable)⁣

Ketiga ketiga aspek tersebut tumbuh berkeadilan, terjaga, berlanjut dan mampu bertahan maka hasilnya adalah mekanisme yang dapat dipastikan keberlanjutan manfaatnya dirasakan masyarakat.⁣

Tujuan utama dari sebuah pergerakan kewirausahaan sosial adalah dampak yang ditimbulkan dari terbangunnya kemandirian individu‑individu yang kemudian mengaktivasi ekosistem disekitarnya, dengan secara ikhlas mereplikasikan dirinya melahirkan individu‑individu yang lebih baik, adaptif dan kuat sehingga akan relevan pada setiap masa yang didiaminya.⁣ #janganlelahberproses

Organisasi Pembelajar

Rasa yang pas, tatanan meja yang mulai baik, cara menyapa yang makin hangat, catatan keuangan yang semakin rapih, peralatan yang higinis hingga tata organisasi yang makin kuat. Setiap detail perubahan yang baik adalah tanda sebuah organisasi yang belajar, tak begitu saja lahir dengan sempurna.

Begitu menikmati setiap detail aksi yang semakin baik, tidak melompat langsung pada titik ekspektasi teratas.

Mengurai rencana pada garis horizontal, membaginya jadi beberapa tahap dan menekuninya dengan kesungguhan selalu membuktikan bahwa keetekunan yang terukur menghasilkan progress yang baik. Bersaing bukan semata‑mata dengan kompetitor, tapi dengan goals yang kita tuliskan diawal dan mengawalnya hingga tuntas membuahkan keberhasilan sesungguhnya.

Learning organization, adalah organisasi yang memperkenankan kesalahan sebagai wadah belajar, karena salah biasanya mengakselerasi proses empatinya. Empati yang baik akan jadi energi untuk belajar lebih keras namun menyenangkan.

Kala organisasi dituntut kesempurnaan pada setiap detailnya justru mematikan kreatifitas, terkungkungnya eksplorasi dan awal dari kematian inisiatif kolektif. Tantanglah dengan kemajuan yang lebih baik setiap saatnya, walau setiap titiknya pun menghadirkan dinamika yang kadang menghadirkan rasa sakit, hanya akan lebih banyak menghadirkan kebahagiaan jika memandangnya sebagai proses belajar.

Makan siang di @cateringsedap_bununung banyak memberikan insight hari ini, bahwa manusia itu sungguh bertumbuh, dan sebuah kewajiban bagi kita memberikannya tempat tumbuh yang sehat, menuai banyak kebermanfaatkan bagi sesama.
#janganlelahberproses