Main Ke Ruko

Lantai 2 dibawah AC yang dingin, duduk sejenak memperhatikan anak‑anak muda ini berdiskusi, diselingi tawa juga sesekali merengutkan dahinya. Lagu Korea terdengar dari salah satu laptop mereka menemaninya bersenandung. Dipojok ruang, dua orang berdiskusi tentang anggaran, tampak runyam raut wajahnya. Di meja besar di sana, tatap mata lima orang anak menuju layar yang berbeda namun dokumen yang sama, ah teknologi!⁣

Di teras, sekelompok anak muda berkumpul merancang startegi toko onlinenya, lengkap dengan masker‑masker dan hand sanitizernya tersedia. Di ruang dapur ibu‑ibu menyiapkan kantin makan siang yang lezat. Sementara, di lantai bawah anak‑anak muda memandu jalannya pelatihan online pada ibu‑ibu rumah tangga di 30 kecamatan dengan total 100 orang Ibu rumah tangga mereka bimbing melalui ponselnya masing‑masing! ah lagi‑lagi teknologi! ⁣

Hingga sore hari, sebuah dapur bertransformasi menjadi studio mengumpulkan 40 orang sekaligus secara Daring setiap Kamis dan Selasa sore, kali ini kami membahas “Jangan Berkarir Di Industri Kreatif, Kenapa?” bersama tokoh radio dan konten kreator kondang dikota kami, Begitu ramai ruang ini tak hentinya menuangkan dampak.⁣

Suasana bersahabat, dinamika usaha dan teknologi menjadi bagian tak terpisahkan pada pemberdaya muda ini. Ditengah masa sulit, dinamika yang tajam menjadi bagian keseharian. Sebuah suasana yang sukar didapat ditempat lain, sebuah kekayaan yang patut disyukuri. Kadang‑kadang rindu suasana ini di kampus.

Kekayaan akan Human Capital, ekosistem belajar yang saling mendukung, tantangan yang jadi wadah berlatih, ilmu‑ilmu yang bermanfaat, serta begitu banyaknya masyarakat terlibat menjadi bagian‑bagian yang saling menularkan energi positifnya.⁣

Lelah? tentu ada, tapi ada hal yang membuat energinya lebih mencuat, ada mimpi diujung sana, memberikan manfaat layaknya air mengalir yang tak henti. Tetap semangat memberi dampak yaa!⁣

Ilustrasi nyata kegiatan pagi tadi, sembari menunggu waktu webinar tiba :)⁣
#mainkeruko

Scrum

Sejak memperkenalkan Scrum beberapa waktu lalu & secara resmi memasukkanya pada perkuliahan mulai tahun kemarin. Rencana membuat perubahan budaya yang inovatif dan menjadi tim yang lebih baik tampak mendekati kenyataan. ⁣

Keinginan memberikan gambaran sistematika kerja yang baik, proses yang inovatif dan budaya tim yang hangat dan keren juga tampaknya membuahkan hasil yang diluar dugaan.⁣

Scrum yang diajarkan di sebuah mata kuliah tak disangka menyebar luas pelaksanaannya di kelas‑kelas project based learning lain, lebih bahagia ketika beberapa himpunan dan startup pun menggunakannya. Setahun berlalu pergerakan proses pembelajaran ini mulai menampakkan hasil. ⁣


Dalam prosesnya ini memang membuahkan outcomes berupa peningkatan kapasistas kolaborasi. Berbagai pertemuan seperti temu rencana sprint, temu ulasan sprint & rapat perbaikan backlog sdan melibatkan tim berpartisipasi di dalamnya. Proses ini meningkatkan kerjasama tim dan seiring sejalan melakukan berbagai penyelarasan dari racangan arsitektur solusi. Setiap tim yang berpartisipasi memastikan keseragaman dalam pelaksanaan & fokus bersama. ⁣

Sebuah ungkapan penting “A team is only a team if it shares a common goal, and this applies to a team‑of‑teams as well”⁣ kita ini bukan sekedar tim kan? Kita ini Superteam!

Sesi‑sesi retrospektif di penghujung tiap tahapan & project juga selalu jadi media paling meledak yang ditunggu. Saling belajar, mengapresiasi & mengoreksi. Retrospektif adalah pertemuan yang bertujuan membahas masalah lintas tim, organisasi & sistemik dalam organisasi dalam mencapai goalsnya.⁣

Sesi‑sesi ini memang ternyata obat mujarab memperbaiki tim. Pertanyaan‑pertanyaan seperti⁣

1. Seberapa baik tim bekerja bersama?⁣
2. Apakah setiap individu bekerja?⁣
3. Adakah sesuatu yang harus dibagikan oleh tim?⁣
4. Tim belajar bersama?⁣
5. Apakah tim dekat dengan pada pelanggannya?⁣
6. Apakah ada masalah organisasi sistemik yang menyebabkan masalah dalam cara tim beroperasi?⁣
7. Apakah Product Owners baik‑baik saja?⁣
8. Apakah Product Owners mempertahankan hubungannya?⁣

Memperbaiki budaya organisasi ternyata mudah! tantangannya cuma menekuninya! Cobain pake Scrum deh!

Learning in The Era of Change

Aktivitas kolaborasi tak mungkin lagi dipungkiri, karena dari sinilah banyak muncul beragam kemungkinan baru menerobos batas kebiasaan.

Bangka Belitung, hari ini menjadi saksi baru betapa kuatnya peran kolaborasi. Melihat kaum muda berbaur dengan masyarakat selalu menjadi energi baru penyemangat bahwa masa depan penuh kemajuan itu memang nyata ada dan bisa hadir.

Belajar dimasa modern tentu berbeda cara dengan masa lalu, beragam sumber bisa diakses dimana saja, hanya kita perlu tau pasti bahwa menjadi pembelajar sepanjang hayat adalah sebuah cita‑cita yang memang layak diperjuangkan.

Semakin banyak bersua kawan‑kawan baru, artinya makin besar pula kemampuan mengasah kemandirian belajar. Makin tinggi nilai pula penguasaan proses pembelajaran yang ternyata bukan hanya bisa didapat diruang‑ruang kelas, atau kelas maya sekalipun, tapi justru diruang‑ruang sosial, berbaur dan saling belajar. Belajar dari keseharian, bekerja dalam tim, berbagi ilmu dan pengalaman adalah ruang‑ruang terbaik belajar.


Apalagi jika kita memadukannya dengan kesungguhan melakukan pengembangan diri baik secara profesional, mengembangkan jejaring & senantiasa update dengan zaman.

Minggu ini belajar banyak dari Kepulauan Bangka Belitung. Jangan lupa kolaborasi! Terimakasih Bapak Gubernur @erzaldi.rosmandjohan dan Ibu @melatierzaldi atas kesempatannya, banyak bahan untuk belajar 🤩 #janganlelahberproses

courtesy:img-src