Beda Mimpinya, Beda juga Energinya

“Beda Mimpinya, Beda juga Energinya” Sekelumit simpulan dari pembicaraan kami dengan salah satu startup baru. Energi yang dihasilkan dari sebuah gambaran mimpi akan sangat berbeda dari energi disepanjang perjalanannya. Maka pastikan setiap mimpi terlihat jelas dan cukup membuat bergetar ingin segera menggapainya.

Hanya saja, sering kali orang lupa bahwa diluar sana banyak juga sekelompok orang yang punya mimpi besar, atau banyak juga yang bahkan takut bermimpi. Berkumpulah dan saling bertukarlah energinya terutama jika bertemu dengan seseorang dengan keberanian untuk bermimpi besar, ambil energinya juga tanyakan apa strateginya untuk membumikannya, mengapa Ia begitu yakin mimpinya terwujud kelak!

Seoarang kawan mengungkapkan bahwa tahun ini Ia akan resmi mundur dari jabatan tingginya disebuah perusahaan yang sedang bersinar, Ia katakan Ia berani lakukan ini karena mimpinya lebih besar dibandingkan yang Ia lakukan saat ini. Keberanian ini Ia lakukan bilang “Karena mimpi saya sudah lebih besar dari yang perusahaan tawarkan, saya punya big why lebih besar”

Awal tahun selalu menjadi awal yang pas untuk memeta-ulang, mimpi diturunkan menjadi tahapan dan kesepakatan bagaimana kita merawat mimpinya. Jangan lupa, banyak juga orang bermpimpi tapi kemudian mimpinya menguap, lupa membumikannya dan atau karena tak berstrategi Ia meyerah karena dinamikanya ekstrim menguras energinya.

Memetakan, membagi tahap dan merawat! Ini adalah tugas selanjutnya pagi para pemimpi. Hal yang sangat penting mengelola mimpi.

Dalam manajemem modern ini ada ilmunya! Goals Management! Keberhasilan tak begitu saja datang layaknya keberuntungan. Keberhasilan itu penting untuk menjadi sesuatu yang by-design. Yakni, mimpi yang keberhasilannya dirancang dan dikelola, bukan muncul sebagai keberuntungan.

Keberuntungan dalam sebuah keberhasilan seringkali tak memiliki kekuatan keberlanjutan. Tapi sesuatu yang by-design Ia akan mendatangkan keberhasilan yang kemungkinan keberhasilannya lebih besar karena Ia dirancang.

Jadi kapan tim kamu #mainkeruko ? Yok belajar Goal Setting mumpung tahun baru, agar akhir tahun kamu esok semua resolusinya perlahan terwujud!

Retrospective Sailing

Akhir Tahun.
Desember menutup buku, melihat lagi pembelajaran yang dilalui selama satu tahu kemarin. Milestones apa yang sudah dilalui, sudah sejauh mana melangkah dan sedekat apalagi kita pada goals kita.

Tahun ke dua menggunakan OKRs dengan sungguh-sungguh menggunakannya, setidaknya ritual-ritual ceremoni dari sesi-sesi agile memang mengubah landscape culture ekosistem hingga cara bekerja, belajar dan berkolaborasi.

Menetapkan goals yang transformatif adalah cara kami membuat milestones baru, apakah goals yang dibuat cukup membuat “takut” & menantang untuk membuat nyala semangat cukup kuat untuk melejitkannya tahun depan.

Merawat goals sepanjang waktu memang hal yang paling berat, karena justu disitulah pertemuan-pertemuan yang konsisten menjadi wadah penyelarasan kembali apakah perjalanan ini sesuai dengan goals atau bahkan justru beyond!

Menjalankan proses agile sungguh-sungguh memang jadi jarang menemukan hal-hal yang sesuai goals, tapi justu jadi beyond the goals! Hanya perlu diingat, dibayar mahal dengan konsistensi dan komunikasi yang intens.

Dipenghujung tahun, saatnya
1. Melacak proses pembelajaran yang sudah dilalui
2. Rayakan pencapaian
3. Bangun kemitraan
4. Rancang langkah selanjutnya
5. Eratkan hubungan
6. Kuatkan pondasi
7. Ingatkan tim dan orang lain apa yang berubah
8. Bangun jejaring

Melompat lagi!

Purpose beyond Profit

Pernyataan yang sedang banyak bermunculan, terlebih dunia memasuki era dimana permasalahan sosial memuncak. PwC menunjukkan 79% pemimpin bisnis percaya bahwa purpose adalah pusat dari kesuksesan, tapi 68%nya menyatakan bahwa dalam perjalanannya tak digunakan jadi panduan pengambilan keputusan organisasinya. Era ini juga punya koneksi kuat dengan purpose, kemungkinannya 5,3 kali lebih besar untuk bertahan. Tapi sebagian besar karyawan tidak memahaminya, hanya 33% yang benar-benar paham purposenya. Dari sisi konsumen, justru dipandang bahwa mereka yang didorong purpose akan lebih loyal pada produk & usaha mereka.

Dari tulisannya C. Bulgarella, 2018 Ia mencontohkan 2 perusahaan jam tangan dengan 2 jenis purpose: Linear Vs.Transformatif

A; Membantu untuk tepat waktu.
B; Membantu mencapai kehidupan yang lebih seimbang

Purpose ke-1 mendorong mengembangkan aset teknis & membantu mencapai pertumbuhan linier, sedangkan kasus ke-2 tidak hanya memperdalam makna perusahaannya, tapi juga memperluas struktur hubungan, cakupan produk & dampak yang dapat ditimbulkannya pada kehidupan pelanggannya. Purpose adalah cerminan asli bagaimana perusahaan bermaksud untuk berkembang & mendorongnya mengatasi inkonsistensi & kesenjangan dalam budayanya sendiri.

Purpose diperlukan bukan lagi ditujukan bagi kemajuan linier/horizontal (bagaimana bisa maju & lebih baik daripada apa yang dilakukan hari ini?) Tapi, hal ini jadi satu transformasi evolusioner (pertumbuhan evolusioner/ke atas), yakni “Bagaimana apa yang dilakukan hari ini membantu kita memanfaatkan potensi transformatif & memberikan lompatan perubahan dari hari ini”

Purpose otentik perlu kedewasaan lebih tinggi. Frederic Laloux dalam bukunya “Reinventing Organizations”, menulis pertanyaan kunci ketika organisasi/individu naik skala kesadarannya Ia bertanya “Apakah saya jujur pada diri sendiri & sejalan dengan panggilan yang dirasakan?” Ini bukan hanya tentang kebenaran lahiriah, tapi kebenaran batiniah.

Bukan pertanyaan mudah memang, itulah sebabnya kesadaran adalah batu loncatan utama bagi organisasi yang ingin memanfaatkan kualitas Purpose yang transformatif.

Goals Manajemen OKRs

Kumpul lagi bareng tim yang lama tak bersua, menata lagi mimpi yang dulu pernah terselubung pandemik. Belajar juga langsung dari @chocodot.official @akanggumelar


Ngga semudah membaca buku Goals Manajemen OKRs, dalam praktekknya banyak liku-liku menularkan kemampuan yang konsisten dalam mencapai sebuah tujuan organisasi. Sharing hari ini bersama tim bukan hanya menurunkan aspek pertama dalam OKRs yakni tapi belajar banyak tentang tahapannya, nilai, prinsip dan elemen dasarnya. Jadi tadi kami membahas apa aja? ⁣


1)To -dos. ⁣
To-dos meliputi tahapan yang dimulai dengan merancang Key Result, Objectives & Interim Goals dalam mencapai Visi. Merumuskannya saja perlu waktu, karena dalam proses “internalisasinya” justru jadi tantangan.⁣

2)Motivasi intrinsik. ⁣
Tantangan berikutnya, membangkitkan motivasi intrinsik. Nilai dasar yang ditumbuhkan dalam tim. Kami biasa menyebutnya dengan menegaskan kembali tujuan dengan langkah yang jelas “Clarity” , terdiri dari 1) Penyelarasan, dimulai dengan kalimat “bentar dulu!, kayaknya kita menjauh dari goals nih!” atau dengan pernyataan lain yang terukur dari progres pencapaian 2) Transparansi, ini jadi penting mengingat keterbukaan jadi unsur penting memastikan kita berjalan selaras. 3) Engagement, ini juga jadi tantangan! biasanya kita jawab sambil makan-makan :)⁣

3)Self-organized Teams⁣
Membangun fokus menjadi tantangan tersendiri. Mau tidak mau individu & timnya dilatih untuk menjadi Agile!, lebih dari itu budaya Continuous Improvement dibumikan sungguh-sungguh jadi tantangan karena kerap lupa mengevaluasi apa yang sudah terjadi. Pertemuan-pertemuan kecil untuk iterasi juga penting, karena banyak individu kerap silo dalam kerjanya. Prinsip-prinsip ini menjadi pilar penting untuk juga ditumbuhkan.⁣

4)Pertemuan Mingguan⁣
Elemen penting ini dilakukan untuk mereview, perencanaan, retrospektif & list selanjutnya hingga kita paham kita berada di jalur yang benar menuju tujuan kita. ⁣

Jadi gimana? Bukan cuma tools terkait mengukur progresnya saja ya, tapi juga belajar bersamaan bagaimaman menginternalisasi nilai dasarnya, prinsip serta elemen-elemennya. Perjalanan panjang sebuah organisasi inovatif!

Goals & OKR

Akhir Tahun.
Desember menutup buku, melihat lagi pembelajaran yang dilalui selama satu tahu kemarin. Milestones apa yang sudah dilalui, sudah sejauh mana melangkah dan sedekat apalagi kita pada goals kita. Tahun ke dua menggunakan OKRs dengan sungguh-sungguh menggunakannya, setidaknya ritual-ritual ceremoni dari sesi-sesi agile memang mengubah landscape culture ekosistem hingga cara bekerja, belajar dan berkolaborasi.

Menetapkan goals yang transformatif adalah cara kami membuat milestones baru, apakah goals yang dibuat cukup membuat “takut” & menantang untuk membuat nyala semangat cukup kuat untuk melejitkannya tahun depan.

Merawat goals sepanjang waktu memang hal yang paling berat, karena justu disitulah pertemuan-pertemuan yang konsisten menjadi wadah penyelarasan kembali apakah perjalanan ini sesuai dengan goals atau bahkan justru beyond!

Menjalankan proses agile sungguh-sungguh memang jadi jarang menemukan hal-hal yang sesuai goals, tapi justu jadi beyond the goals! Hanya perlu diingat, dibayar mahal dengan konsistensi dan komunikasi yang intens.

Dipenghujung tahun, saatnya
1. Melacak proses pembelajaran yang sudah dilalui
2. Rayakan pencapaian
3. Bangun kemitraan
4. Rancang langkah selanjutnya
5. Eratkan hubungan
6. Kuatkan pondasi
7. Ingatkan tim dan orang lain apa yang berubah
8. Bangun jejaring

Melompat lagi!

Kreatif dan Manipulatif Itu Beda Tipis

Seharian duduk rapat bersama kolega, membahas kinerja, kinerja, kinerja. Kata ini begitu menghantui lima tahun terakhir ini karena begitu kencang dorongan untuk berkinerja. ⁣⁣⁣Hingga rasanya ada bagian‑bagian humanis menjadi hilang terjebak deretan angka yang ditekankan untuk dicapai.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Kehilangan makna ketika pekerjaan didorong hanya pada hasil kuantitatif, dalam prosesnya justru menjadi sistem yang memancing manusia‑manusia secara tak sadar dibimbing untuk mahir dengan hal‑hal manipulatif walau tampak kreatif dipermukaan.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Tak semata‑mata iming‑iming bonus besar yang perlu dibangun, cara pandang membangun hasil juga harus benar‑benar ditanamkan. Ada budaya yang memang perlu dibangun sungguh‑sungguh jika memang keberlanjutannya jadi harapan. Namun memang keberlanjutan itu adalah sesuatu hal yang mahal tapi layak diperjuangkan.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Merujuk pada model Triaxia, 2010, sebuah hasil yang dituju memang penting memiliki koridor budaya yang transformatif, didalamnya ditumbuhkan siklus dari perencanaan, implementasi, feedback, akuntabilitas, dukungan hingga afirmasi yang berputar terus menerus sebagai perbaikan yang berkelanjutan, iteratif lebih baik dan baik lagi. Dalam tiap irisannya selalu ada komunikasi yang bising, meminta feedback yang membangun.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Menguatkan sistem dengan budaya, dalam implementasinya dituangkan dengan mengembangkan beragam mekanisme inovatif yang mencakup mekanisme relasi kolaborasi, startegi, struktur, sistem dan proses, rekognisi, hingga manajemen talent menghasilkan aneka inovasi! Banyak dan kompleks ya?Tentu! ⁣

Disinilah kita mulai berproses dan berprogres, karena tak ada sesuatu keberhasilan yang diberkahi jika didalamnya banyak memotong proses belajarnya, apalagi terjebak manipulatif.⁣

Kreatif dan manipulatif itu bisa jadi tampak sama, perjalanan kedewasaan nanti akan menampakkan mana usaha yang membuahkan manfaat dalam jangka panjang menjadi amal‑amal terwariskan yang tak lekang ditelan waktu.⁣

Jangan ragu berprogres, eratkan lagi kekuatan tim, melompat lagi lebih jauh!⁣

Transformasi

Komunikasi yang baik memang selalu menghasilkan ide yang bagus, menjaga komunikasi yang aktif adalah syarat dimana kita mampu membangun berbagai kebaruan. Komunikasi ini berarti bukan semata‑mata berbicara ya, tapi juga kemampuan menyimak dan memahami satu sama lainnya.⁣⁣
⁣⁣
Mengamati berbagai startup yang jungkir balik mempertahankan usahanya ada benang merah yang tampak jelas. Tim yang bertahan dan mampu menghasilkan ide‑ide terbaik yang dieksekusi bertahap & semakin baik hasilnya hingga mendatangkan lompatan momentum yang tak terduga sebelumnya adalah tim‑tim yang berhasil memperbaiki kualitas komunikasinya.⁣⁣
⁣⁣
Menghasilkan sesuatu yang transformatif pada masa sulit adalah hal yang sering kali didapatkan sebuah tim kreatif untuk keluar dari sebuah jurang, melompat dengan kebaruan‑kebaruan luar biasa.⁣⁣
⁣⁣


Golongan Transformasional⁣⁣
Biasanya mereka bisa menemukan target‑target dan kebutuhan baru. Mengembangkan terobosan‑terobosan pasar yang belum ada sebelumnya. Mereka tau tempat bermain yang baru serta mengembangkan produk dan aset baru. Memang golongan ini adalah golongan‑golongan pemenang yang mampu merespon sangat baik dengan resiliensi serta adaptibilitasnya. ⁣⁣
⁣⁣
Golongan Adjacent⁣⁣
Beberapa golongan usaha dalam kelompok ini adalah usaha yang masih dalam proses mengembangkan usahanya dengan megejar jenis pasar yang mirip‑mirip dari kondisi eksisting dan penambahan beberapa produk baru atau asset tambahan.⁣⁣
⁣⁣
Golongan Inti⁣⁣
Kelompok usaha yang fokus untuk memenangkan usahanya masih pada optimisasi produk esksisting, dalam pasar yang ada saat ini dan bertahan dengan produk yang sama.⁣⁣
⁣⁣
Tidak ada yang salah dengan menjadi salah satu kelompok usaha ini, yang perlu dicermati adalah bagaimana kita dapat tumbuh semakin baik dengan bertransformasi yang konsisten. Salah satunya adalah dengan menumbuhkan tim yang inovatif, bisa dimulai dengan belajar berkomunikasi efektif, pandai menyimak dan mau memahami.⁣⁣
⁣⁣
#janganlelahberproses yaaa #agilitytransformation

OKRs & Model Bisnis


Diskusi malam kemarin dengan sebuah tim kami tentang sebuah buku yang akan kami terbitkan berikutnya. Pada satu titik ada pertanyaan tentang bagaimana sebuah bisnis dapat beradapatasi. Seru!🤸‍♂️🤸‍♂️

Jika melihat sebuah model bisnis, sebuah bisnis akan mudah beradaptasi jika Ia dibangun sungguh‑sungguh dengan tetap mengedepankan inovasi, dimana inovasi itu lahir dari beberapa komponen, Desirability + Feasibility + Viability , jika ketiga komponen ini tetap dipelihara dengan baik bisnis akan melahirkan kemampuan Adaptibility🏆

Desirability, dalam Model Bisnis ini berada di sisi kanan, dari Value Proposition hingga Customer Segmentation. Pada bagian inilah kita bermula, menciptakan sesuatu yang benar‑benar diinginkan, menghadirkan solusi dan berguna! Bagian ini penting mengeliminir asumsi yang sering kali kita over pede menyatakan produk kita bagus tanpa validasi😭

Berikutnya, sisi kiri, Feasible! Apakah secara teknis dan organisasi dapat dilalukan, apakah tim juga dibangun dengan baik dan berprogres menjadi sebuah super‑team yang mampu mengelola sumberdaya & jejaring mitra kuncinya? Bagian ini kerap terlupakan karena terlalu fokus dengan bagaimana menghasilkan produk yang laku. Padahal setiap produk yang inovatif dihasilkan dari sisi kiri model bisnis ini. Disisi ini adalah sisi dimana kesabaran kamu dites, apakah kamu sanggup membangun superteam yang keren?⁣👬👭

Terakhir, sisi bawah! Viablitas! Secara bisnis memang kita perlu memiliki kemampuan merancang pendapatan yang bersumber dari beragam saluran, selain itu mampu menghitung benar cost yang diperlukan. Nah disisi inilah kamu ditantang benar‑benar teliti, kreatif dan mau berhitung cermat, nah loh🤒

Yang menarik dari ketiga aspek ini, jika dibangun Ia akan melahirkan tiga macam inovasi yang menarik, yakni ⁣
1. Inovasi Fungsional⁣
2. Inovasi Emosional⁣
3. Inovasi Proses⁣

Jika saja ketiga ini dari hasil sebuah learning organization yang konsisten dijalankan Ia akan terus dapat berdaptasi, karena menghasilkan beragam kebaruan yang adaptif dengan kebutuhan jamannya.⁣

Selamat belajar!🚀🚀🚀 #agilitytransformation

Kemana Arah Kita?

Sebenarnya kemana arah kita? ⁣

Pertanyaan ini bisa jadi tidak muncul karena mungkin sering kali terdistraksi masalah‑masalah jangka pendek. Punya aktivitas jangka pendek itu penting, hanya jangan lupa startegi jangka menengah & goals jangka panjangnya.⁣

Mendefinisikan goals bisa dimulai dengan mendefinisikan Purpose, diikuti dengan merumuskan Visi & Misinya dimana goalsnya dibangun dengan prinsip;⁣
1) Dirumuskan dengan sungguh‑sungguh, ⁣
2) Dikawal prosesnya. ⁣
3) Turunkan Visi & Misi, ke tujuan‑tujuan strategis, quarter hingga hasil‑hasil kunci yang diharapkan.⁣

Sepanjang membangun goals, ada beberapa pengalaman yang bisa menjadi tips penting untuk diselami agar punya tim yang berprogres;⁣

1. Fokus dan komit pada prioritas. ⁣Buat goals yang jelas kemudian menurunkannya dengan membaginya pada empat tahap. Dampingi prosesnya, ⁣Tentukan 3 hingga 5 aktivitas terpenting, Tententukan maksimal 5 hasil kunci dari tiap tujuan yang diinginkan. Jangan lupa kuatkan kepemimpinan organisasinya sepanjang perjalanannya.

2. Selaraskan & sambungkan kerjasama tim. Bagian ini cukup menantang, hingga jika perlu lakukanlah beragam
insentif untuk tim, runtuhkan ego anggota tim yang silo, ⁣perkenankan sebagian inisiatif untuk tumbuh secara bottom up & selaraskan tim yang terlibat dalam pencapaian goalsnya.

3. Menurunkan goals menjadi taktik & hal‑hal teknis, yang perlu diperhatikan adalah;⁣ Bagaimana tiap kemajuannya diukur dan di re‑assest. Penting juga menumbuhkan keterbukaan & kepemilikan atas tujuan, melakukan aktivitas secara sinergi, terbuka dan terukur.⁣

4. Terakhir! Stretch for Amazing, ini artinya membuat peluang‑peluang untuk melakukan lompatan di masa datang, kita bisa memulainya dengan;⁣ memisahkan goals yang dapat dicapai dengan hal‑hal yang aspiratif, menciptakan lingkungan yang bisa mendorong semangat eksperimenal, Set goals yang ambisius tapi tetap realistis, dan yang paling penting adalah Arahkan pada hal‑hal yang eksponensial ketimbang incremental.⁣

Belajar berorganisasi, menyelaraskan tujuan dalam prosesnya selalu ada ongkos yang perlu dibayar, yang paling mahal ongkosnya adalah waktu dan konsistensi. Yuk lompat!⁣🚀🚀🚀 #agilitytransformation

Goals Management

Kumpul lagi bareng‑bareng tim tentang sejauh mana sudah bergerak dari masa sulit Covid‑19, kondisi masih sulit sih hanya semangat masih perlu dipelihara 🙂 ⁣

Ngga semudah membaca buku Goals Manajemen OKRs, dalam praktekknya banyak liku‑liku menularkan kemampuan yang konsisten dalam mencapai sebuah tujuan organisasi. Sharing hari ini bersama tim bukan hanya menurunkan aspek pertama dalam OKRs yakni tapi belajar banyak tentang tahapannya, nilai, prinsip dan elemen dasarnya. Jadi tadi kami membahas apa aja? ⁣

1)To ‑dos. ⁣
To‑dos meliputi tahapan yang dimulai dengan merancang Key Result, Objectives & Interim Goals dalam mencapai Visi. Merumuskannya saja perlu waktu, karena dalam proses “internalisasinya” justru jadi tantangan.⁣

2)Motivasi intrinsik. ⁣
Tantangan berikutnya, membangkitkan motivasi intrinsik. Nilai dasar yang ditumbuhkan dalam tim. Kami biasa menyebutnya dengan menegaskan kembali tujuan dengan langkah yang jelas “Clarity” , terdiri dari 1) Penyelarasan, dimulai dengan kalimat “bentar dulu!, kayaknya kita menjauh dari goals nih!” atau dengan pernyataan lain yang terukur dari progres pencapaian . 2) Transparansi, ini jadi penting mengingat keterbukaan jadi unsur penting memastikan kita berjalan selaras. 3) Engagement, ini juga jadi tantangan! biasanya kita jawab sambil makan‑makan :)⁣

3)Self‑organized Teams⁣
Membangun fokus menjadi tantangan tersendiri. Mau tidak mau individu & timnya dilatih untuk menjadi Agile!, lebih dari itu budaya Continuous Improvement dibumikan sungguh‑sungguh jadi tantangan karena kerap lupa mengevaluasi apa yang sudah terjadi. Pertemuan‑pertemuan kecil untuk iterasi juga penting, karena banyak individu kerap silo dalam kerjanya. Prinsip‑prinsip ini menjadi pilar penting untuk juga ditumbuhkan.⁣

4)Pertemuan Mingguan⁣
Elemen penting ini dilakukan untuk mereview, perencanaan, retrospektif & list selanjutnya hingga kita paham kita berada di jalur yang benar menuju tujuan kita. ⁣

Jadi gimana? Bukan cuma tools terkait mengukur progresnya saja ya, tapi juga belajar bersamaan bagaimaman menginternalisasi nilai dasarnya, prinsip serta elemen‑elemennya. Perjalanan panjang sebuah organisasi inovatif! #agilitytransformation