The Sustainability

Memastikan keberlanjutan menjadi penting dalam sebuah inisiasi pergerakan, apalagi sebuah organisasi bisnis. Variable keberhasilannya bukan hanya pada besaran keuntungan semata, tapi seberapa besar peluang sebuah visi dituangkan dalam pergerakan & dimungkinkan berhasil berkembang berkelanjutan🫰

Dalam jangka pendek pemenuhan “Sustainability” ini akan terlihat sebagai cost, jadi musuh berat sebuah organisasi. Sering dijadikan pertimbangan beban pembiayaan ketimbang melakukan pertimbangan apakah cost ini akan memberikan manfaat dalam jangka pendek atau panjang kelak✍️

Sustainability sering kali terlihat tidak menguntungkan karena terlihat membebani organisasi dengan biaya yang besar. Keberlanjutan mempertimbangkan tiga hal sbb;
1. Economic growth,
2. Environmental protection,
3. Social justice 

3 hal diatas dilakukan secara bersamaan, sama-sama penting & sama-sama berjalan beriringan. Variable keberhasilannya bukan hanya para terletak besaran hasil / keuntungan semata, namun seberapa besar sebuah visi yang dituangkan dalam pergerakan dapat dimungkinkan berhasil berkembang & berkelanjutan🙌

Sustainability memang beyond dari sekedar “financial outperformance” dan dianggap sebagai cost dibandingkan sebagai value bahkan kerap “undervalued” atau sekedar kepentingan tambahan sebagai faktor additif bagi efisiensi operasional, marketing/PR bukan sebagai penciptaan nilai strategis. Coba pilih dari kedua tipe bisnis ini, mana yang kamu banget;

1. COST-CENTRE RATIONALE🧐
📌Fokus pada compliance, value protection, cost saving
📌Investasi pada staff & initiatif terbatas
📌Kecil kemungkinan mengintegrasikannya dgn strategi inti
📌Cenderung meninggalkan Value
📌Belum baik mengelola resiko
📌Kurang fokus pada “Opportunity Cost” memilih “business as usual”

2. VALUE-CENTRE RATIONALE🤩
🍭Fokus pada value & opportunity
🍭Menggunakan sustainability bagi value creation, menyediakan solusi saat ini & masa datang bagi konsumen.
🍭Sadar akan konteks sustainability, jadi pendorong & nilai untuk dituangkan dalam pengembangan & perencanaan bisnisnya.
🍭Lebih besar berinvestasi pada staff & inisiatif
🍭Pendekatan jangka panjang
🍭Pengelolaan resiko yang matang

Kamu yang mana?😜

Bagaimana Melatih Kesabaran Leadernya?

Pertanyaan menarik saya dapatkan dari beberapa sesi diskusi dan konten IG kemarin. “Bagaimana melatih kesabaran leadernya “

Seorang leader, founders atau inisiator biasanya memiliki imajinasi yang muncul dikepalanya. Mau kemana dan ditambatkan dimana kelak kapal ini? Bagaimana caranya dan harus seperti apa mengelolanya? Bagaimana kesabaran itu dibangun apalagi melihat tim tak sesuai dengan kehendak hati.

Pertanyaan-pertanyaan ini banyak muncul, apalagi terkait kesabaran. Pertanyaan ini muncul bisa jadi karena kita tak punya gambaran besar dari purpose, visi dan misi kita yang diturunkan menjadi ukuran-ukurannya. Menurunkan ukuran-ukurannya menjadi ukuran kuantitatif dan kualitatif yang dalam tahapan-tahapan waktunya.

Dalam manajemen modern ini diturunkan dalam pertemuan-pertemuan efektif rutin yang dapat dilakukan harian, mingguan, bulanan, tiga bulanan hingga tahunan. Pertemuan ini berisi sesi evaluasi dan retrospetif bukan saja tentang seberapa besar kita menghasilkan tapi disandingkan dengan seberapa dekat dengan deskripsi visi kita.

Kesabaran juga kadang terkuras karena kita memaksakan cara yang sama yang perlu dilakukan anggota tim, padahal bisa saja tim memiliki cara yang lebih baik dan relevan yang tinggal kita perlu orkestrasi. Kesabaran juga terkuras jika kita tak memberikan ruang dan waktu bagi anggota untuk belajar bertahap, menemaninya belajar dan kemudian melompat sebagai tim.

Biar lebih sabar coba 10 tips ala DIP ini;
1)Frekwentifkan untuk menyampaikan gambaran imajinasi tujuannya, 2) Tetapkan ukurannya, 3)Jelaskan tahapan langkahnya, 4) Berikan ruang dan warktu belajar, 5) orkestrasi inisitifnya, 6) Fokus pada hasil yang penting, 7)Akselerasi hasil penyerlasarannya, 8) Sepanjang jalan pastikan Claritynya 9) Ingat lagi BIG WHYnya , dan 10) rayakan keberhasilan sekaligus kegagalannya

Salah satu kerangka kerja penting yang bisa bikin tim kita melangkah menuju tujuan, terukur keberhasilannya, terbuka akan inovasi dan menajdi wadah belajar adalah Objective Key Results (OKRs). Nah kebetulan hari ini akun IG @thelocalenablers ngebahas lagi tentang OKR. merapat kesana yaa!

Enthusiast atau Inovator Penggerak Perubahan?

Dalam roda organisasi, visi adalah imajinasi yang tertanam kemana Ia menggerakkan ke masa depan. Lalu bagaimana implementasinya? Bagaimana juga secara konsisten melahirkan perubahan? Pastikan terkait 6 pilar penting Tim yang Agile.

1.Tujuan; Inovasi & efisiensi.
Tujuan organisasi yang adaptif adalah inovasi. Dalam proses bisnisnya dilakukan pula beragam tindakan efisiensi untuk memastikan keberlanjutan & kemampuan adaptasi. Melakukan hal-hal baru atau jadi lebih efisien dalam melakukan hal-hal yang sama dengan sumberdaya yang menipis.

2. Kunci: Communication & Knowledge
Era VUCA dengan ketidakpastiannya, menjadikan komunikasi jadi kunci.Interaksi dalam membangun realita yang baru. Pengetahuan dibangun melalui pengalaman pribadi & interaksinya.

3. Energi: Entrepreneurship & Proactivity
Di era ketidakpastian, memang lebih beresiko jika tak melakukan apa-apa, lebih baik melangkah walau salah arah. Proaktif, inisiatif & eskperimen akan menjaga pergerakan terus beradaptasi. Jadi bagian penting untuk menghasilkan beragam proses kebaruan & terobosan, memastikan setiap pelaku dalam ekosistem untuk belajar proaktif.

4.Magnet: Teamwork & Commitment
Apa yang membuat kita tetap betah & passionate? Tim yang bahagia diberikan kesempatan yang terbuka dengan eksplorasi. Memastikannya ikut dalam bereksplorasi, mengikutkannya pada setiap tahapnya diselaraskan hingga mencapai tujuan bisnis. Bersama-sama memastikan keterlibatan dan menjaga untuk tetap fokus pada prioritas utama.

5. Pendekatan: 
Distributed Leadership & Coordination
Pemimpin yang terbuka membuka jalan pada kepemimpinan kolektif. Kepemimpinan terdistribusikan untuk menciptakan kondisi yang tepat untuk munculnya desentralisasi, ruang-ruang inisiatif, tim yang self-coordinated & inisiatif yang spontan.

6. Kerangka Kerja: Complexity & Uncertainty
Era digital membuat cara kerja jadi seperti makin rumit & tak jelas. Maka memahami kerangka kerja dalam kondisi Complex & Uncertain. Kerangka yang jelas membuat ruang-ruang inisiatif lebih leluasa bergerak mencipta inovasi dapat meletup melompatkan perubahan.

Gimana, kamu siap jadi Enthusiast atau Inovator penggerak perubahan?

“Creating the Best Workplace on Earth”

Baca lagi artikelnya Rob Gofee & Gareth Jones, tentang “Creating the Best Workplace on Earth” ada satu ungkapan menarik bahwa ruang karya adalah ruang dimana individu-individunya diakmodasi oleh perusahaanya dengan beragam keanekaragamannya, mereka sering terjebak pada membatasi diri pada kategori keragaman tradisional seperti gender, ras, usia, etnis & sejenisnya.


Namun saat ini justu yang paling didamba adalah bagaimana ruang karya bisa mengakomodir perbedaan perspektif, kebiasaan berpikir & asumsi. Organisasinya jadi wadah dinamis menghasilkan banyak inovasi baru karena kaya gagasan.


“Let People Be Themselves”
Organisasi yang kaya gagasan berbeda & membiasakan diri menyatukannya akan berlari lebih kencang, dan ini lazim pada organisasi yang inovatif. Ruang karyanya memperkenankan beragam inisiatif berbeda namun dipastikan mereka mengarah pada hasil.

Organisasi bisa kita bentuk menjadi tempat dimana setiap orang menjadi dirinya sendiri & berbaur -Let People Be Themselves- , kegembiraan itu akan hadir, pemimpinnya pun akan membawa timnya untuk fokus pada kekuatan individunya, bergerak karena melihat aset yang dimiliki, bukan “deficit focused”.

Magnify People’s Strengths
Keleluasaan berkarya bisa jadi karena prinsip organisasi yang dianut adalah bagaimana melakukan upaya “Magnify People’s Strengths”, membuat karyawan terbaiknya menjadi lebih baik, paling tidak lebih baik dari yang pernah mereka bayangkan. Tiap orang tumbuh bersama.

Stand for More Than Shareholder Value.
Memberikan ruang agar individu didalamnya ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri, mendekati pada sesuatu yang dapat mereka percayai adalah perjalanan proses yang bermakna.

Sudah menjadi hal yang biasa untuk menegaskan bahwa organisasi membutuhkan makna bersama “shared meaning”, Tapi shared meaning ini lebih dari sekadar memenuhi keinginan individu/organisasinya, ini tentang bagaimana menempa & memelihara hubungan yang kuat antara nilai-nilai pribadi & organisasinya bersamaan.

Shared meaning is about more than fulfilling your mission statement—it’s about forging powerful connections between personal and organizational values – Gofee

merangcang produk-produk sukses dipasar dan dilakukan secara by-design.

Diskusi semalam bersama banyak kawan-kawan alumni bagaimana merangcang produk-produk sukses dipasar dan dilakukan secara by-design. Kebetulan pagi ini juga menyiapkan sebuah konsep pembelajaran atas permintaan sebuah perusahaan untuk mengajarkannya berbagai macam tools yang bisa membantu timnya berakselerasi.

Tools, idealnya adalah teknologi yang dapat membuat kita bekerja lebih baik, lebih cepat dan melahirkan lebih banyak hasil. Hanya memang kerap kali kita terjebak dengan tools tanpa memastikan apakah ini akan membantu kita menuju goals yang sebenarnya dan menjamin keberlanjutannya?

Mengenalkan tools kerap justru melelahkan, apalagi bagi usaha-usaha yang rajin berlanggan aneka tools baru hanya untuk memuaskan hasrat owners atas produktivitas yang dinginkan misalnya, tapi ternyata timnya justru kelelahan menggunakannya. Secara visual, memang teknologi, apalagi terkait aplikasi digital yang kini deras hadir justru ditangan organisasi yang menitikberatkan pada peningkatan produktifitas dibanding keberlanjutan akan menyebabkan kelelahan pada organisasinya.
Bukan hanya organisasi, ini juga terjadi pada individu-individu yang mengutamankan output ketimbang outcomes yang menggunakan tools yang berorientasi asal beres.

Tools menjadi penting memang untuk memastikan seberapa cepat kita bekerja dan seberapa dekat lagi dengan visi kita. Secara teknis juga mampu membantu kita mengatur tim yang dibuat dengan multi peran, mengartur penjadwalan dan perencanaan, manajemen sumberdaya, pengangaran & dokumentasi. Namun lebih dalam, memahami tools lebih dalam akan membawa pada kondisi organisasi atau individu yang lebih kuat secara kuktur, ketangkasan, ketajaman pola pikir, kemampuan inovasi dan menjadikan tim perlahan mejadi ekosistem canggih berupa collective genius.

Coba cek lagi tools yang digunakan, apa benar meningkatkan pada produktifitas, atau perlahan-lahan justru menjadi silent killers dibaliknya? Memangkas proses bisa menjadi lebih cepat namun disaat yang sama juga menumpulan kreatifitas. Jika dengan tools ini ternyata juga tumbuh tools fatique & berkurangnya interaksi antar tim hingga memudarnya kebahagiaan dalam tim maka segerakan mengevaluasinya❤️

“Jangan lupa dirawat ya!”

“Jangan lupa dirawat ya!” Satu pesan saya pada salah satu tim yang setelah seharian bersua, menguatkan komitmennya untuk menjadi tim yang lebih baik.

Setiap organisasi bisa saja sewa konsultan / membeli program-program pelatihan yang mahal. Tapi jangan lupa! bahwa usaha perbaikan harus tetap dilakukan dari dalam dan dijaga semangatnya yang terus menerus dalam ritual-ritual yang membahagiakan.

Sebuah buku dari William E. Schneide berjudul “The Reingineering Alternative” menjelaskan organisasi bisa mengembangkan rencana perbaikan bagi timnya dengan kombinasi beragam karakteristik yang membuatnya menjadi unik, kemudian menyelaraskannya dengan tujuannya. Bagaimana mencari tahu formula paling jitu agar anggota tim tetap adaptif-inovatif, apalagi saat ini kala setiap hal menjadi ambigu saking cepatnya perubahan. Didalamnya dijelaskan sebuah matriks bagus dimana kamu dan tim bisa memetakan berada pada kuadran manakah sebenarnya kita? kemudian bagaimana menyeimbangkan kepentingan pribadi & visi organisasi?

Coba petakan dimanakan setiap individu menempatkan dirinya, & atau merasa seperti apakah organisasi ini menurutnya? Basis fakta ini bisa membantu menentukan penyebab konflik & sumber kekuatan kompetitif tim kita, dan kemudian merencanakan perbaikannya.

“Great groups don’t happen by chance” kata Daniel Coyle dalam bukunya “The Culture Code” bahwa ada tiga hal universal yang perlu dibangun dalam membangun budaya yang baik;

1) Start With Safety; Mulailah dengan mengirimkan sinyal yang jelas & terus-menerus tentang masa depan yang ingin diraih dan inisiatif yang dapat dibuncahkan bersama dalam kreatifitas.

2) Get Vulnerable & Stay Vulnerable; Biasakan juga untuk berbagi kegagalan & kebodohan hingga bisa bersama-sama memperbaikinya. dan

3) Roadmap Your Story; Bagaimana kita membangun narasi yang jelas memberikan arah yang clear hingga sampai tujuannya.

Membangun tim adalah proses yang menyenangkan (Seharusnya:D ) stamina yang diperlukan adalah stamina untuk perjalanan panjang yang diraih dengan konsistensinya, rayakan setiap keberhasilan termasuk kebodohan-kebodohannya, belajar lagi dan lagi!

Membangun Tim yang Adaptif

Membangun tim yang adaptif menjadi prasyarat usaha yang baik, apalagi diera digital saat ini menuntut tim bergerak cepat dan melakukan beragam trial & error untuk menemukan momentum disruptifnya kelak.

Tim yang layak, minimum memenuhi kriteria sebagai Minimum Viable Team, berikut :
1. Tujuan bersama (Common purpose )
Founders Fit & Shared Vision yang kuat. Visi bersama adalah perekat tim. Disinilah semuanya dimulai. Perlu sadar penuh Big Why, mengapa tim ini dibentuk sejak awal? Mau kemana bertujuan apa?
Tujuan-tujuan ini tidak selalu harus mudah. Bahkan lebih baik untuk membuat tujuan yang menantang, jauh & mengundang imajinasi. Tim perlu mendapatkan energi dari visi & purposenya yang BHAG! (Big Hairy Audacious Goal)

2. Peran yang Jelas (Clear roles)
Siapa yang memainkan peran apa dalam tim? Tim perlu memikirkan semua hal yang diperlukan untuk membuatnya sukses menjadi outcomes bersama. Kita bisa membagi peran menjadi Hacker (substansi teknologi), Hustler (Pemasaran) & Hipster (Kreatif) misalnya. Tetapkan tanggung jawab setiap peran sejelas mungkin.

3. Jumlah minimum karyawan
memang sebaiknya tidak kurang dari 3 anggota. Pastikan perannya terbagi dan saling mengisi. Masing-masing individu memastikan berkomunikasi dan bekerja dengan selaras bahwa setiap inisiatifnya menuju pada goals yang disepakati.

4. Kepribadian yang seimbang (Balanced personalities)
Ngga cuma tentang peranan, tapi ternyata personality individu didalamnya pun perlu keseimbangan kepribadian yang tepat. Ini juga penting untuk saling mengisi & saling melengkapi tim. Dari perbedaan ini kemudian diikat dengan Chemistry Team-nya, maka dalam timnya akan dibutuhkan personality sebagai 1) Pioneers, 2) Drivers, 3) Integrators dan 4) Guardians. ini ‘dijelaskan dalam konsep Beblin Team agar memiliki tim yang seimbang.

5. Tujuan Terukur (Measurable Objectives)
Kita memiliki tujuan dan/atau tujuan bersama. Tim perlu lengkap dan dijaga untuk mencapai tujuannya dengan cara terbaik. Jangan lupa mengukurnya, jika tak mengukurnya, satu saat akan bergerak justru menjauhi tujuan. Cara paling terkenal mengukur kesuksesan adalah menggunakan metode OKR (Objective Key Result).

Nah bagaimana tim kamu?

Setelah Menuliskan Mimpi, Kemudian Apa?

Setelah Mimpi Apa?

Berdiskusi penuh substansi hari ini dengan simpul-simpul kreativitas Banjarmasin. Menggagas mimpi dan menurunkannya menjadi jelas agar mimpi diujung bisa tergambarkan jelas gambaran utuhnya, membangkitkan energi pergerakan yang lebih membara.

Persoalan kemudian adalah bagaimana menurunkannya, menjadikannya tangga yang memperbesar probabilitas keberhasilannya. Pertama yang selalu kami ingatkan bahwa segala sesuatu pergerakan harus berawal dari kesepakatan dan kesepahaman atas tujuan. Tujuannya apa?

Visi.
Tujuan secara jelas disusun bersama secara inklusif, menerangkan tujuan bisnis dan juga finansial. Jangan malu-malu menentukan tujuan finansial, karena ini adalah salah satu pilar penting keberlanjutan. Selanjutnya adalah turun gunung memvalidasi kebutuhan konsumen, buka telinga dan sungguh-sungguh menyimak kebutuhan mereka apa? Jika sudah tervalidasi, kuatkan dengan pernyataan misi. Ciptakan nilai dan pembedanya dari pemetaan konsumen tadi.

Design.
Berkumpulah dan mulai proses divergennya, kemudian konvergenkan. Susun bagaimana organisasi akan berbentuk. Bagi peranan, tanggung jawab, ukuran dan strukturnya. Kemudian cobalah sistem baru, sepakati prosesnya, alur informasi dan penggunaan teknologinya. Kemudian turunkan ukuran kinerjanya, Harapan, ukuran dak keberhasilannya terukur baik.

Manage.
Merawat mimpi adalah hal yang paling menantang. Bagaimana kita melakukan penyelaransan sumber daya, usaha dan peluang. Memberdayakan dengan mengedukasi agar terjadi akuisisi keterampilan dan pengetahuan baru. Jangan lupa merancang proses rewardnya!

Develop.
Menjadi penting menentukan nilai, budaya dan menginternalisasinya. Kapabilitas diperkuat, diakselerasi dengan bentuk-bentuk kolaborasi. Jangan sedikit-sedikit kita bilang persaingan, merawat dan petakanlah puzzlenya!

Lakukan siklus ini dan melompat bersama! Tuangkan mimpunya, rawat perjalannya dengan konsisten, di ujung sana ada kejutan bagi insan-insan yang selalu setia dengan prosesnya!

Setia pada Cita-cita

Setia pada cita-cita. Kalimat ini sering kali saya ungkapkan pada tim. Ungkapan yang kerap kali kita lupakan bahwa kesetiaan tidak selalu identik untuk dilekatkan seorang individu. Kesetiaan pada individu besar kemungkinannya untuk bergeser menjauh dari cita-cita, atau akan sangat mungkin memudar jika sesuatu hal terjadi.

Dalam organisasi, hal ini dikenal sebagai kesetiaan kepada tujuan, pada goals yang dicanangkan. Setiap konflik & dinamika yang timbul antar individunya idealnya diselesaikan untuk kembali pada cita-cita semula.

Banyak organisasi dalam perjalanannya menjauh dari visi & tujuan semula. Sering kali visi dibuat hanya sebatas penghias halaman depan website resmi atau dinding ruang tamunya. Hingga dalam perjalanannya individu-individu yang bernaung didalamnya perlahan lupa untuk dilibatkan dalam merawatnya, hingga akhirnya perlahan organisasi yang ditumpanginya menjadi sebatas tempat bekerja, mencari penghasilan.

Dalam merawat cita-cita, perlu dan sangat penting, membakar visi dan menginternalisasikannya pada setiap individu yang terlibat didalamnya. Lupa merawat sering kali diakibatkan oleh asumsi bahwa hal-hal esensial seperti tujuan organisasi tadi sudah “disampaikan” atau sekedar “Kami sudah webinarkan!” atau “Ada kok di website!”.

Hal ini menjadi penyebab utama mengapa individu-individunya menjadi lupa tujuan, hingga perlahan dinamikanya membawa perpecahan karena politik membawanya pada kesetiaan pada individu tertentu yang lebih kuat posisinya.

Merawat tujuan, adalah hal yang paling esensial dilakukan. Apalagi di era ini dimana beragam distraksi muncul, atau dengan alasan beradaptasi dan menjadi agile. Padahal beradaptasi / menjadi agile adalah terkait cara, bagaimana mencapai tujuannya.

Menjadi adaptif adalah dengan memahamkan bagaimana seluruh awak bisa mengadaptasi cara berpikir, cara kerja & cara implementasinya sesuai jamannya. Bukan mengganti tujuannya dan atau lebih suka dengan kepentingan-kepentingan jangka pendek saja.

Setia pada cita-cita adalah sebuah hal penting, maka untuk menjadi konsisten merawatnya adalah hal yang tak bisa dipungkiri lagi agar setiap pergerakan selalu selaras dengan cita-cita. #OKRs

Beda Mimpinya, Beda juga Energinya

“Beda Mimpinya, Beda juga Energinya” Sekelumit simpulan dari pembicaraan kami dengan salah satu startup baru. Energi yang dihasilkan dari sebuah gambaran mimpi akan sangat berbeda dari energi disepanjang perjalanannya. Maka pastikan setiap mimpi terlihat jelas dan cukup membuat bergetar ingin segera menggapainya.

Hanya saja, sering kali orang lupa bahwa diluar sana banyak juga sekelompok orang yang punya mimpi besar, atau banyak juga yang bahkan takut bermimpi. Berkumpulah dan saling bertukarlah energinya terutama jika bertemu dengan seseorang dengan keberanian untuk bermimpi besar, ambil energinya juga tanyakan apa strateginya untuk membumikannya, mengapa Ia begitu yakin mimpinya terwujud kelak!

Seoarang kawan mengungkapkan bahwa tahun ini Ia akan resmi mundur dari jabatan tingginya disebuah perusahaan yang sedang bersinar, Ia katakan Ia berani lakukan ini karena mimpinya lebih besar dibandingkan yang Ia lakukan saat ini. Keberanian ini Ia lakukan bilang “Karena mimpi saya sudah lebih besar dari yang perusahaan tawarkan, saya punya big why lebih besar”

Awal tahun selalu menjadi awal yang pas untuk memeta-ulang, mimpi diturunkan menjadi tahapan dan kesepakatan bagaimana kita merawat mimpinya. Jangan lupa, banyak juga orang bermpimpi tapi kemudian mimpinya menguap, lupa membumikannya dan atau karena tak berstrategi Ia meyerah karena dinamikanya ekstrim menguras energinya.

Memetakan, membagi tahap dan merawat! Ini adalah tugas selanjutnya pagi para pemimpi. Hal yang sangat penting mengelola mimpi.

Dalam manajemem modern ini ada ilmunya! Goals Management! Keberhasilan tak begitu saja datang layaknya keberuntungan. Keberhasilan itu penting untuk menjadi sesuatu yang by-design. Yakni, mimpi yang keberhasilannya dirancang dan dikelola, bukan muncul sebagai keberuntungan.

Keberuntungan dalam sebuah keberhasilan seringkali tak memiliki kekuatan keberlanjutan. Tapi sesuatu yang by-design Ia akan mendatangkan keberhasilan yang kemungkinan keberhasilannya lebih besar karena Ia dirancang.

Jadi kapan tim kamu #mainkeruko ? Yok belajar Goal Setting mumpung tahun baru, agar akhir tahun kamu esok semua resolusinya perlahan terwujud!