Kolabs!

Duduk di sudut kebun lebah, memandangi bunga warna warni hasil semai sejak awal tahun. Sebuah topik menguat ketika kami merasa WFH juga begitu banyak membawa kebaikan, namun tak terasa dinamika organisasi yang tak saling sapa sejak lama juga berujung pada mulai longgarnya ikatan sebagai keluargašŸ˜•
ā£
Sore ini juga kami mencoba merancang kemenangan, mendiskusikan bagaimana caranya? Kemudian timbul pertanyaan lain, ā€œMengapa perlu menjadi pemenang?, ā€œMenang untuk apa?ā€, ā€œDefinisi kemenangan itu apa?ā€ Diskusi yang menarikšŸ¤© tak terasa 2,5 jam berlalu. Kami mulai memetaā€‘metakan kembali siapa berperan apa, bagaimana kita bisa melihat sekeliling. Menaklukan egosentris kelompok agar mau bertanya ā€œSiapa yang dapat memperkaya pergerakan kala kita merasa bisa melakukannya sendiri? Jika sudah bisa dilakukan sendiri, mengapa perlu mengajak pihak lain?ā€, mengapa harus tetap berkolaborasi?ā£ šŸ§
ā£
Mungkin sebagian mulai lupa atas apa mimpi yang sempat tertuliskan atau pada semangat kolaborasi yang sempat dibangun. Menjadi biasa bekerja sendiri, mulai lupa melihat sekeliling, mulai terasa terbiasa mandiri ternyata juga menumbuhkan bibitā€‘bibit ketidakpekaan untuk melihat sekeliling bahwa ada yang tercecer. Padahal era ini adalah era kolaborasi, bukan lagi kompetisi yang lazim meninggalkan keterceceranšŸ˜°
ā£
Mengkontekstualkan tulisan John Duval ; ā€œCollaboration brings people with different backgrounds, skills, expertise, and perspectives together to brainstorm ideas, overcome obstacles, and utilize creative problem solving for the betterment of the journeyā€ Semua tim paham ini, hanya memang menginternalisasinya menjadi bagian paling menantang dalam jiwa & skills keseharianšŸ˜”
ā£
Penutup pertemuan sore ini, mengingatkan lagi untuk melatih tegur sapa, menawarkan bantuan, membangun pembicaraan & menemukan irisan bersama hingga yakinkan bahwa kemenangan itu adalah kala kita dapat berjalan bersama, tak satupun tertinggal.āœŠ
ā£
Pesan lama mengatakan ā€œtwo heads are better than oneā€ putting two, three, even four heads together means giving a fresh outlook on challenges or ideas to provide innovative thinking & boost productivityā€šŸšŸ

21st Century Skills

Perjalanan panjang membangun pendidikan berkualitas. Mutu pendidikan seyogyanya tercermin dari perilaku individunya. Pendidikan pun tak bisa hanya dibebankan pada lembaga formal. ā£
ā£
Memadukan pendidikan dalam lingkungan keluarga di rumah, guru di sekolah formal, komunitas di lingkungannya, & teman sebaya adalah PR penting agar ekosistem pendidikan jadi ideal. ā£
ā£
Pengetahuan, keterampilan & perilaku jadi kesatuan yang tak bisa lepas, sayangnya masih banyak yang hanya fokus pada satu hal saja. Ada yang berpengetahuan namun tak berketerampilan, hingga ia terjebak teori. Ada yang berketerampilan tapi enggan merujuk pengetahuan, hingga kerap mengenyampikan pengetahuan yang membantunya berkaselerasi. Atau berpengatahuan & berketerampilan tapi tak paham arti berperilaku yang tepat.ā£
ā£
Dalam The OECD Learning Framework 2030: diingatkan kembali, komponenā€‘komponen pendidikan yang perlu disinergikan, tak bisa sendiriā€‘sendiri.ā£
ā£
ā€œThe concept of competency implies more than just the acquisition of knowledge and skills; it involves the mobilisationā£ of knowledge, skills, attitudes and values to meet complex demandsā€ā£
ā£
1. Pengetahuan; Terkait bidang ilmu, keterpaduan antarā€‘keilmuan, epistemologi (kemampuan menghubungkan sesuatu dengan keilmuan) & halā€‘hal prosedural.ā£
ā£
2. Keterampilan; kemampuan Kognitif (proses mental yang meliputi memori, perhatian, produksi & pemahaman bahasa, penalaran, pembelajaran, pemecahan masalah & pengambilan keputusan.ā£
ā£
3. Metakognitif, tentang pemikiran. mengacu pada proses untuk merencanakan, memantau & menilai pemahaman & kinerja seseorang, kesadaran kritis tentang a) pemikiran & pembelajaran b) diri sendiri sebagai pemikir & pembelajar. ā£
ā£
Keterampilan lain yang perlu juga terkait keterampilan sosial emosioal, fisik & praktikal. Mengembangkan perilaku personal, memahami konteks. Societal (relasi sosial) & memahami konektivitas & kontekstual global.ā£
ā£
ā€œStudents who are best prepared for the future are change agents. They can have a positive impact on their surroundings,ā£ influence the future, understand others’ intentions, actions & feelings, & anticipate the short & longā€‘termā£ consequences of what they do”

Future Skills

Masa sulit ini justru banyak pembelajaran baru setiap harinya. Kehilangan pendapatan bagi sebagian orang sudah pasti, di sisi lain Ia membuka kesempatan menumbuhkan pengetahuan & jejaring baru. Jika Cashflow menjadi ā€œPainā€ kali ini, itulah besaran ongkos sebuah “Knowlegde Gain”ā£
ā£
Pagi ini belajar belajar bahwa menggerakkan sebuah tim saat Pandemik adalah pengalaman luar biasa, yang pada masa normal jarang terjadi. Beberapa hal yang tak sadar menempa kita hingga titik terberat organisasi untuk belajar naik kelas!

1.Komunikasi ā£šŸ—£
Komunikasi aktif jadi kunci, tanpa itu semuanya ambyar! Secara verbal diuji, kemampuan menyimak, hingga rasa percaya diri & rasa saling hormati demi tujuan bersama.ā£
ā£
2.Jualan!ā£šŸæ
Tiap anggota menjadi sadar, bahwa sales adalah ujung tombak, mengembangkan cara baru jadi kebiasaan baru. Kemampuan riset market, memahami pelanggan, pelayanan efektif jadi terasah.ā£
ā£
3.Keterampilan Negosiasiā£šŸ’šŸ»ā€ā™€ļø
Tim jadi ā€œterpaksaā€ tercebur belajar “Persuasive Skills”, sabar & hormat, kontrol emosi & mau membuka kepala untuk menyimak.ā£
ā£
4.Kepemimpinanā£šŸ¦øšŸ»
Setiap anggota terdorong untuk menginspirasi & memotivasi. Kemampuan analisa & mengatasi konflik, berpikir kreatif, delegasi, fleksibilitas & kejujuran makin encer. ā£
ā£
5.Goal Settingā£šŸŽÆ
Tim jadi lebih sadar manajemen tugas, memilih prioritas, bagi tugas & merunutnya, delegasi & lebih peka dengan deadline.ā£
ā£
6.Team Buildingā£šŸ‘«
Kemampuan menyimak & peduli dengan anggota diuji. Bangun kepercayaan diri, kolaborasi, sabar hingga saling dukung terbangun.ā£
ā£
7.Manajemen Projectā£šŸ“‰
Masa ini jadi masa emas memperbaiki kemampuan monitor, evaluasi, analisa, merancang, mengembangkan hingga implementasi. Banyak dipaksa belajar, atas terpaksa awalnya, namun makin baik prosesnya!ā£
ā£
8.Sadar Finansialā£šŸ’°
Setiap bagian menjadi sadar keuangan, pelan2 jadi mau berhitung, membuat indikator, ukuran, dimensi & variabel. Di masa normal faktor ini paling banyak tak memperdulikannya.ā£

UMKM Vs StartUp?

Jika kamu ingin disebut, “Sebagai apakah usaha yang kamu rintis, StartUp atau UKM?” Bedanya apa ya, mungkin bedanya di ā€œperasaanā€ šŸ˜‚ Cari lagi literatur apa yang membedakan UKM dengan StartUp?ā£ ā£ā£
ā£
Membaca tulisan Hermawan Kertajaya yang membedakan keduanya terletak pada kreativitas. Jika UKM, menganggap pembiayaan sering kali mendominasi pemikiran sebagai kebutuhan primer UKM sehingga mereka dapat memperluas produksinya.ā£ā£
ā£ā£
Disisi lain, StartUp melakukan beragam ideasi untuk mampu mengidentifikasi pasar yang tepat dan membangun diferensiasinya šŸ§ Kebanyakan Startup juga memberikan kebebasan bagi timnya untuk bereksplorasi kemampuan kreativitasnya. Tapi, keduanya memiliki kesamaan urgensi, yakni samaā€‘sama perlu melatih jiwa kewirausahaannya āœŠ
ā£ā£
Sikap entrepreneurial juga adalah modal mahal seseorang, apalagi dalam menghadapi masa sulit saat ini. Untuk menjadi pemenang, yang harus dilakukan memang mengasah dan mempertajam intusi. Intuisi memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan. Selalu melatih diri untuk melihat peluang bahkan disaat krisis sekalipun.ā£ā£ Pivot bisa jadi jawaban.
ā£ā£
Dalam bukunya, Citizen 4.0, Hermawan mengatakan bahwa jiwa kewirausahaan ini membuat seseorang dapat melihat kesempatan, bukan cuma sekedar ikutā€‘ikutan tren, tapi juga mengambil resiko.ā£ā£
ā£ā£
Postingan hari ini saya ingin memperlihatkan sebuah usaha yang dapat dikategorikan sebagai UMKM tapi juga sebagai StartUp. Bagaimana usaha ini berkembang dan dalam perjalanannya menemukan penguatan individu & proses bisnisnya? ā£ā£
ā£ā£
Dalam perjalanan bisnis terutama yang berjalan dari awal, saya mengidentifikasinya dengan konsep 5+1 Development Model, hasil pengamatan bertahunā€‘tahun bagaimana meningkatkan kemampuan mengembangkan usahanya (Purnomo, 2018)šŸ¤øšŸæā€ā™€ļø
ā£
Dimulai dengan 1) keberanian beraksi, 2) kemampuan menciptakan value, 3) menemukan momentum, 4) pivot, kemudian 5) menjaga keberlanjutannya. Tahapan berikutnya 6) mereplikasikan kemampuannya untuk menyebarkan kebermanfaatnnya.ā£šŸš€
ā£ā£
Tidak mudah mengawinkan kreativitas dengan kemampuan produksi & menyeimbangkannya. Seperti dilakukan @ngaputindonesia yg juga jadi salah satu bab di buku #janganlelahberproses , semangaatšŸ‹ļøā€ā™‚ļø