Mengelola Inovasi pada Model Bisnis

Bareng kawan-kawan Petani Milenial di Makassar, kembali membawa pemahaman bagaimana mengelola inovasi pada model bisnisnya. Model bisnis adalah kerangka dimana kita bisa mencipta sekaligus menangkap nilai.

Mencipta nilai ialah bagaimana kita dapat menghasilkan, memasarkan dan menyampaikan produk atau jasa. Sedangkan menangkap nilai adalah bagaimana kita bisa menghasilkan keuntungan (profit) dan pendapatan (revenue)

Walau terlihat sederhana dengan 9 bloknya, terdapat 4 bagian utama yang perlu kita pahami detail teknisnya. Yakni;

1. Operating Model: 🤼‍♀️
bagaimana rantai nilainya, model beban biaya dan organisasinya.

2. Value Proposition: 🏋🏻‍♀️
Segment kostumernya, bagaimana menghantar produk dan jasanya.

3. Market Model: 🎯
bagaimana kemampuan kita dalam proses pemasaran dan penjualan

4. Revenue Model: ⚓️
bagaimana model struktur pembiayaan termasuk investasi, cash flow dan keuntungan.

Agar lebih dalam, yok kita pahami dulu perbedaan-perbedaan istilahnya agar kita tak salah dalam merencanakannya;

1. Revenue vs profits 😎
pendapatan dihasilkan dari penjualan suatu produk. Keuntungan adalah jumlah bersih uang yang diperoleh setelah Anda membayar biaya penjualan dan pemasaran serta pengoperasian, mis. gaji, kantor, pemanasan, operasi

2. Resources vs assets 🚙
sumber daya adalah sesuatu yang kita bisa gunakan untuk mencapai suatu tujuan sedangkan aset adalah sesuatu yang bernilai – aset adalah istilah akuntansi untuk sesuatu yang bernilai, semisal sebidang tanah.

3. Creating value vs capturing value💲
menciptakan nilai adalah cara kita dalam menghasilkan sesuatu yang ingin dibeli pelanggan. Sedangkan menangkap nilai melibatkan penetapan harga, metode pengisian, dan bagaimana kita kemudian menghasilkan uang – keuntungan yang diperoleh saat pelanggan membeli.

4. Saluran distribusi vs saluran komunikasi🛵
Saluran distribusi adalah cara kita membawa produk atau layanan ke titik di mana pelanggan dapat membeli, misalnyadi rak di toko ritel atau di situs web. Saluran komunikasi adalah cara kita menjangkau pelanggan untuk memberi tahu mereka tentang produk kita dan memengaruhi mereka untuk membeli.

Selamat ngulik model bisnisnya yaa!
🚀🚀🚀

Leverage Points

Bersua kembali dengan guru panutan kami, penggiat System Thinking, sosok dibalik perubahan cara berpikir yang fundamental, Bapak Dr. M Tasrif. Dari beliau dahulu mengenalkan cara-cara berpikir sistem dan menemukan titik-titik simpul perubahan yang efektif jika ingin melakukan lompatan perubahan. Satu hal yang sangat penting adalah bagaimana menemukan simpul perubahan dan mengintervensinya dengan efektif.

Dalam pemikiran sistem (system thinking), simpul perubahan biasa dikenal dengan leverage points yang merujuk pada titik-titik kritis dalam sistem yang, jika diubah atau dimanipulasi, dapat menghasilkan perubahan yang signifikan atau dampak yang lebih besar pada keseluruhan sistem. Leverage points adalah area-area strategis di mana tindakan atau intervensi kecil dapat memiliki efek besar dalam mengubah perilaku atau kinerja sistem secara keseluruhan. Identifikasi dan pemahaman tentang leverage points penting dalam mencari solusi yang efektif untuk masalah kompleks dalam sistem.

Coba petakan ekosistem yang ingin kamu transformasikan, siapa saja pelakunya, bagaimana hubungan antar pelakunya, mana yang menguatkan dan mana yang melemahkan, kemana arah interaksi mereka, kemudian pilih simpul mana yang paling efektif untuk diintervensi kemudian dengan konsisten?

Perubahan pada leverage points bukanlah tujuan akhir, tetapi sebuah proses yang berkesinambungan. Pertahankan konsistensi dalam upaya yang dilakukan dan pastikan perubahan apa yang telah diimplementasikan terus dijaga dan ditingkatkan seiring berjalannya waktu.

Ingat juga, bahwa mengaktivasi leverage points dalam sistem merupakan adalah tantangan yang membutuhkan ketekunan, kerjasama, dan kesabaran. Dengan pendekatan yang tepat, perubahan yang diinginkan akan terwujud.

Selamat berproses!

Keterampilan Memahami Konteks

Dunia yang makin kompleks tentunya memerlukan keterampilan memahami sebuah permasalahan dengan konteks yang lebih luas dan dalam, mengapa jadi penting?

1.Biar ngga bingung dengan kompleksitas😚
Berpikir sistem membantu kita memahami bagaimana semua komponen saling terkait dalam suatu sistem dan bagaimana tindakan di satu bagian dapat berdampak pada bagian lainnya. Dengan memahami hubungan ini, kita dapat mengidentifikasi solusi yang efektif dan menghindari konsekuensi tak terduga.

2. Biar jadi paham atas informasi yang dilihat😎
Memungkinkan kita untuk mengevaluasi kebenaran dan kualitas informasi yang kita terima, serta mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda. Berpikir kritis membantu kita menghindari penipuan atau manipulasi, serta membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan pemahaman yang akurat.

3. Agar lebih paham melihat keterkaitannya 🥳
Inovasi dan kreativitas: Berpikir sistem memungkinkan kita untuk melihat pola dan hubungan yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama. Ini membuka pintu bagi inovasi dan kreativitas dalam memecahkan masalah yang kompleks. Dengan berpikir kritis, kita dapat mengidentifikasi peluang baru, menghasilkan gagasan yang orisinal, dan menciptakan solusi yang inovatif.

4. Agar lebih efektif😃
Logikanya ditarik lebih luas dan panjang, hal ini akan memungkinkan kita untuk menganalisis situasi secara menyeluruh, mengidentifikasi akar masalah, dan menghasilkan solusi yang terbaik berdasarkan pemikiran logis dan bukti yang ada. Dengan keterampilan ini, kita bisa menghindari kesalahan yang mungkin terjadi dan mencapai hasil yang lebih baik.

5. Jadi paham big picturenya🙄
Peningkatan pemahaman: Dengan berpikir sistem dan berpikir kritis, kita dapat memperdalam pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan ini membantu kita melihat gambaran yang lebih luas, menghubungkan informasi dari berbagai disiplin ilmu, dan memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang kompleksitas fenomena dan permasalahan yang dihadapi.

Dengan mengembangkan keterampilan ini, kita dapat menjadi pemikir yang lebih baik, pengambil keputusan yang lebih bijaksana, dan inovator yang lebih kreatif🤩

Membangun Konsistensi Mencapai Tujuan

Bersama kawan-kawan Banjarmasin, satu hal yang jadi isu utama berusaha adalah membangun konsistensi, hal paling menantang karena perlu dedikasi & disiplin yang konsisten untuk menjaga pola tindakan atau perilaku yang diinginkan.

Melakukan sesuatu secara terus-menerus, bahkan ketika kita tidak merasa termotivasi atau saat menghadapi tantangan jadi terasa sulit karena manusia cenderung terpengaruh oleh perubahan suasana hati, godaan, atau kesulitan yang timbul dalam perjalanan menuju tujuannya.

Tapi, konsistensi adalah kunci keberhasilan jangka panjang dalam banyak hal, baik itu mencapai tujuan pribadi, membangun hubungan yang sehat, atau mengembangkan keterampilan baru.

Untuk menjadi konsisten dalam bisnis, cobain ini deh:
1. Tentukan tujuan yang jelas, spesifik, terukur & realistis untuk bisnis kamu. Punya visi yang jelas akan membantu kita tetap fokus & termotivasi.

2. Buat rencana tindakan: rencana yang terperinci tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadwalkan tugas-tugas harian, mingguan & bulanan yang bisa dikerjakan secara teratur.

3. Prioritaskan pekerjaan: Identifikasi tugas-tugas yang paling penting & berdampak besar. Fokus sama hal-hal yang benar-benar penting & hindari terjebak dalam tugas-tugas yang tidak mendukung tujuan utama.

4. Jadwalkan waktu secara konsisten: Tentukan jadwal kerja yang konsisten & patuhi komitmen tersebut. Disiplin dalam mengatur waktu akan membantu kita menjaga konsistensi dalam melakukan tugas-tugas yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis.

5. Bangun kebiasaan sehat: Ciptakan kebiasaan yang mendukung keberhasilan, seperti bangun pagi, berolahraga & mengelola stres. Keberhasilan bisnis seringkali terkait dengan kesehatan fisik dan mental yang baik.

6. Evaluasi & adaptasi: evaluasi rutin terhadap kemajuan langkahnya. Identifikasi apa yang berfungsi & apa yang perlu diperbaiki. Jika ada perubahan yang perlu dilakukan, sesuaikan rencananya.

7. Jaga motivasi: Bisa berupa membaca, berinteraksi dengan mentor, komunitas, atau cari inspirasi dari pengusaha sukses lainnya.

Ingat yaa bahwa konsistensi adalah proses yang membutuhkan waktu & kesabarann hingga sampai tujuan.

Konsep “Conscious Competence”

Sering merasa berat, kesal bahkan rasanya mau marah dalam sebuah lingkup pekerjaan bisa jadi adalah tanda memang kita perlu belajar lagi, tak cukup kompeten dengan tantangan yang dihadirkan, perlu ruang dan waktu memperbesar kapasitas.

Ada sebuah konsep bernama “Conscious Competence” yang sering digunakan dalam pembelajaran & pengembangan keterampilan seseorang. Ada 4 tingkat kesadaran & kemampuan yang dimiliki individu saat kita menguasai suatu keterampilan.

🤨Pertama, kondisi “Unconscious Incompetence” (Kita tak sadar kalau kita tak mampu ). Pada tahap ini, seseorang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang suatu hal, dan bisa jadi kita juga tidak menyadari kekurangan tersebut.

😩Kedua, “Conscious Incompetence” (Sadar jika Ia tak mampu). Pada tahap ini, seseorang sadar bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam suatu hal tertentu.

🤓Ketiga, “Conscious Competence” (Sadar akan Kemampuan) adalah tahap di mana seseorang telah belajar & mengembangkan keterampilan baru, tapi mereka harus tetap fokus dan sadar dalam menggunakannya. Pada tahap ini, individu punya kemampuan & pengetahuan yang cukup, tetapi masih memerlukan usaha & kesadaran untuk menerapkannya dengan benar.

😎Keempat “Unconscious Competence” (Tidak Sadar tentang Kemampuan) adalah tingkat puncak dalam pembelajaran keterampilan. Pada tahap ini, seseorang telah menguasai suatu keterampilan secara alami sehingga mereka dapat melakukannya dengan lancar dan tanpa perlu berpikir secara sadar.

Dengan memahami konsep ini “Conscious Competence,” kita bisa mengenali tahapan pembelajaran & pengembangan dirinya, serta paham apa yang diperlukan untuk mencapai tingkat kemahiran yang lebih tinggi.

Kamu ada di level mana?🥳

Memahami Persona untuk Memulai Pendekatan yang User Centric

Biar ngga berasumsi, dalam design thinking, memahami persona adalah proses paling penting untuk memulai pendekatan yang user centric. Bermula dengan mempelajari, memahami & mendefinisikan karakteristik, kebutuhan hingga tujuan pengguna yang potensial. Persona adalah representasi fiksi dari pengguna didasarkan pada data & wawancara yang dikumpulkan tentang user sebenarnya.

Langkah-langkah apa untuk memahami persona?

1. Penelitian Pengguna🙇
Teliti dengan mendalam tentang pengguna potensial. Bisa wawancara, observasi langsung, survei/ analisis data. Tujuannya untuk memahami outcomes yang diharapkan, kebutuhan, motivasi, & preferensi pengguna yang mungkin mempengaruhi desain produk & layanan.

2. Pengelompokan Data🖊️📝
Setelah mengumpulkan data tentang pengguna, identifikasi juga pola atau kesamaan di antaranya. Kelompokkan pengguna berdasarkan karakteristik umum, perilaku, atau kebutuhan yang serupa. Ini akan membantu dalam pembentukan persona yang lebih terfokus.

3. Buat Persona 🧒🧑‍🦱
Gunakan data yang sudah dikumpulkan untuk menciptakan persona yang mewakili kelompok pengguna tertentu. Kemudian, berikan personanya nama, gambar & deskripsi yang mendalam tentang karakteristik, tujuan, tantangan & preferensi pengguna. Persona harus realistis dan bisa dipahami oleh tim desain.

4. Empati dengan Persona🥸
Setelah persona dibuat, tim desain harus bisa menghubungkan diri dengan persona tersebut secara emosional. Coba dalami dunianya, lihat dari sudut pandangnya, rasakan kebutuhan & masalah yang dihadapinya. Ini akan membantu kita dalam menghasilkan solusi yang lebih relevan & efektif.

5. Menggunakan Persona sebagai Panduan : Persona bisa memandu kita dalam pengambilan keputusan. Tiap tahap perancanganya, tim bisa merujuk pada persona untuk menguji ide-idenya, memprioritaskan fitur & mengidentifikasi solusi yang sesuai dengan kebutuhan serta preferensi pengguna.

Dengan memahami persona, kita bisa lebih terhubung dengan pengguna & menghasilkan solusi yang lebih manusiawi serta relevan. Persona yang baik akan membantu dalam membawa pemikiran user ke dalam proses desain & menciptakan pengalaman yang memenuhi kebutuhan & harapan user.

Selamat belajar!🚀

Co-Creation & Co-Creative

Co-creation dan co-creative merupakan konsep yang terkait erat dan sering digunakan dalam konteks inovasi dan pengembangan produk atau layanan. Apa bedanya?

1. Co-creation
Co-creation merujuk pada proses di mana perusahaan atau organisasi bekerja sama dengan pelanggan atau pengguna akhir untuk menciptakan nilai tambahan.

Dalam co-creation, perusahaan mengakui bahwa pelanggan memiliki pengetahuan, pengalaman, dan perspektif yang berharga, dan melibatkan mereka dalam tahap-tahap awal perencanaan, desain, pengembangan, dan evaluasi produk atau layanan.

Co-creation melibatkan kolaborasi aktif antara perusahaan & pelanggan untuk menghasilkan solusi yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan yang lebih baik pula.

2. Co-creative
Sementara itu, co-creative adalah sebuah pendekatan atau sikap yang diadopsi oleh individu atau tim dalam konteks kolaborasi dan kreativitas.

Co-creative menekankan pada partisipasi aktif, ide-ide baru, dan pemecahan masalah bersama sebagai tim. Ini melibatkan berbagi pengetahuan, keterampilan, dan inspirasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai serta mendorong kolaborasi yang inklusif, adanya saling mendukung, dan keterlibatan semua anggota tim dalam proses kreatif.

Dalam rangka kerja sama antara perusahaan & pelanggan, perusahaan dapat menerapkan pendekatan co-creative untuk menciptakan lingkungan di mana pelanggan merasa didengar, terlibat & berkontribusi pada pengembangan produk atau layanan. Maka co-creative dapat menjadi salah satu komponen dari proses co-creation yang lebih luas.

Jika keduanya terlaksana, kemudian yang perlu dijaga adalah co-evolutionnya.

3. Co-evolution

Co-evolution merujuk pada perubahan yang saling mempengaruhi antara perusahaan & konsumen dalam merespon, beradaptasi dengan perubahan pasar, teknologi & kebutuhan pelanggan, kemudian menyesuaikan produk, layanan untuk memenuhi permintaan yang berkembang.

Proses ini melibatkan iterasi dan evolusi yang berkelanjutan di kedua sisi, di mana perusahaan dan konsumen saling mempengaruhi & beradaptasi satu sama lain seiring waktu, mencerminkan hubungan yang dinamis, saling bergantung & berinteraksi.

Gimana, kita mulai kerjasama & maju bareng ya?

Belajar Mengelola Kompleksitas melalui Kerangka Cynefin

Melahirkan inovasi tentunya akan berhadapan dengan kemampuan mengelola kompleksitas. Jika tak dilatih sering kali kita jadi frustasi karena tak paham kompleksitasnya😥

Dalam kerangka Cynefin ini dinamakan Managing complexity. Kerangka kerja yang digunakan untuk memahami & mengkategorikan berbagai jenis masalah & situasi yang dihadapi🫣

Dalam kerangka ini, kompleksitas merujuk pada kondisi di mana hubungan antara penyebab & akibat tidak jelas dan atau dapatkah ia diprediksi dengan jelas atau tidak😬

Situasi kompleks sering kali melibatkan interaksi yang rumit, banyak pemangku kepentingan yang terlibat, beragam variabel yang saling terkait, dan solusi yang tidak jelas atau terbatas. Jika tak pandai mengelola berujung chaos dan frustasi!🥸

Untuk mengelola kompleksitas, tentu perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah dan situasi yang kompleks, serta mengakui bahwa solusi ngga selalu bisa direncanakan secara terperinci atau dijelaskan sebelumnya.

Beberapa situasi bisa digambarkan sebagai situasi yang “Simple” (Sederhana), “Complicated” (Rumit), atau “Chaotic” (Kacau)😴

Belajar mengelola kompleksitas complexity kerangka Cynefin akan melibatkan proses eksplorasi, percobaan, pembelajaran adaptif & kemampuan untuk menyesuaikan dengan perubahan yang tak dapat diprediksi🤫

Hal ini menuntut kita untuk selalu meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan situasi yang kompleks dengan langkah-langkah yang secara konsisten kita lakukan seperti percobaan, prototyping, komunikasi & menguatkan kolaborasi, jangan lupa dipantau & disesuaikan & terjaga keberlanjutannya.

Penting untuk memahami bahwa dalam kerangka ini, ngga ada satu pun pendekatan manajemen yang cocok untuk semua jenis situasi atau masalah. Topa domain dalam Cynefin perlu pendekatan yang berbeda untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

Dalam domain kompleksitas, pendekatan yang tepat akan tetap melibatkan penerimaan ketidakpastian, pembelajaran eksperimental & fleksibilitas dalam merespons perubahan🤩

Jadi sangat penting untuk menguasai keterampilan ini, senantiasa jadi individu yang adaptif, bisa mengelola kompleksitas agar energi yang digunakan pun terukur, selamat hingga tercapai tujuan!🚀🚀

Mengapa Boleh Salah dalam Kreatifitas?

Mengapa boleh salah dalam kreatifitas?

Proses kreatif seringkali melibatkan eksplorasi, penemuan, dan eksperimen. Ketika kita mencoba hal-hal baru, mencoba divergen dan tidak terikat oleh batasan atau konvensi yang ada, kita cenderung melihat segala sesuatu dengan perspektif yang berbeda, banyak hal baru!🥳

Dalam proses ini, menemukan kesalahan bisa menjadi sumber inspirasi yang penting. Sangat penting bahkan!

Ketika kita menemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam suatu hal, itu menciptakan kesempatan untuk memikirkan cara-cara baru untuk memperbaiki atau memperbaiki masalah tersebut. Hanya saja tidak semua organisasi memperbolehkan buat salah yaa, takuut!🥺

Kesalahan bisa menjadi titik awal untuk berpikir secara kreatif dan menghasilkan solusi yang inovatif. Kesalahan dapat mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman dan mencari cara-cara baru untuk melakukan sesuatu. Tapi jangan lupa bahwa kesalahannua terukur dalam tahapan-tahapan inovasi ya! Banyak toolsnya, cobain deh🫣

Selain itu, kesalahan juga dapat membantu kita belajar dan berkembang. Dalam proses mencoba-coba, kita mungkin mengalami kegagalan atau kesalahan. Namun, daripada melihatnya sebagai kegagalan, kita dapat melihatnya sebagai peluang untuk belajar dari kesalahan tersebut🤓

Dengan mengidentifikasi dan memahami kesalahan, kita dapat mengembangkan pengetahuan baru, mengasah keterampilan, dan meningkatkan kemampuan kita di masa depan. Jangan lupa konsisten iterasinya!

Dalam konteks kreativitas, kesalahan juga dapat memicu pemikiran asosiatif. Ketika kita menemukan kesalahan atau inkonsistensi, otak kita cenderung mencari solusi alternatif atau melompat ke gagasan-gagasan baru. Kesalahan bisa banget merangsang imajinasi dan menginspirasi ide-ide yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Namun, penting juga untuk dicatat bahwa kesalahan saja tidak cukup untuk memicu proses kreatif. Penting juga untuk memiliki ketekunan, kerja keras, dan sikap terbuka terhadap eksperimen dan pembelajaran. 🤩

Kesalahan hanyalah salah satu bagian dari proses yang lebih besar dalam mencapai kreativitas dan inovasi. Sisanya adalah konsistensi memperbaikinya, eksplorasi hingga menemukan hal-hal luar biasa! 🚀

Turunkan Tujuan dengan Kerangka Model Bisnis

Duduk bersama diruang gagasan kami di Rumah Kolaborasi @thelocalenablers . Sebuah pertanyaan menarik didiskusikan tentang tujuan, bagaimana mendeskripsikan tujuan, bagaimana menurunkannya, dan bagaimana teknis dalam kesehariannya🤔

Tidak pernah bosan mengatkan bahwa yang perlu kita lakukan adalah mengingat tujuan, “Follow the dreams, not follow the money” 🫣

Kemudian, bagaimana mengejawantahkannya? Kala dalam kesehariaannya kita sering kali terbalik memjadikan uang sebagai tujuannya, tak terasa sedikit demi sedikiit meninggalkan tujuannya

Meninggalkan tujuan, kerap kali terjadi karena tidak ada mekanisme penyelarasan, dalam manajemen dikatakan proses alignment, dengan mengevaluasi hasil yang diperoleh apakah selaras dengan tujuan, atau makin menjauh?😥

Yang menjadikannya menjauh biasanya karena kita tak bisa menggambarkan tujuan dengan jelas, jikapun ada tercetuskan, imajinasinya tak kuat menancap dalam hati dan pikiran, lebih parahnya tak terpelihara dalam ritual hariannya🧐

Untuk memastikan tujuan, sebaiknya kongkretkan dalam sebuah kalimat yang jelas dan insipratif, kemudian rancanglah model bisnisnya. Dalam model bisnis yang jelas, kita jadi tau apa yang perlu dilakukan untuk menghasilkan kunci-kunci hasil menuju tujuan, siapa yang dilibatkan, perlu siapa yang ingin ditemui, bagaimana mengelola sumberdayanya, bagaimana menyampaikan tujuan ini pada khalayak hingga banyak orang tertarik turut membangunnya, saluran apa yang digunakan dan bagaimana membangun ketertarikannya hingga bagaimana bisa menghasikan langkah-langkah yang lebih dekat dengan tujuannya.

Sesungguhnya pertanyaanya bukan tentang seberapa banyak kamu menghasilkan uang, atau seberapa banyak kamu bekerja keras, tapi sedekat apalagikah kamu dengan tujuannya?

Menurunkan tujuan dengan menggunakan kerangka berpikir model bisnis akan membantu kamu menjelaskan apa saya yang perlu diurai dalam keseharian kerjanya, hasil-hasil kunci apa yang perlu dicapai hingga kita tau persis apa yang perlu dibangun dalam kesehariannya, setiap langkah hariannya menjadikan kita lebih dengan tujuan🥳

Yok kita turunkan tujuan dengan menggunakan kerangkan model bisnis;🚀