Waktunya berlomba perangi kemiskinan

Wacana inovasi sudah menjadi mantra yang diulang-ulang di berbagai forum, ruang kelas, & dokumen strategi. Tapi, di balik keramaian retorika ini, ada satu kenyataan yang sulit disangkal: sebagian besar rakyat Indonesia masih berjuang memenuhi kebutuhan paling dasar. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa 60,3% penduduk Indonesia, 172 juta jiwa hidup dengan pengeluaran di bawah Rp977.393/ bulan. Meski angka kemiskinan resmi versi BPS hanya 8,6%, angka tersebut seringkali tidak menggambarkan kondisi nyata di lapangan. Ada jurang yang lebar antara apa yang terdata & fakta.

Di perguruan tinggi yang justru sibuk menampilkan diri sebagai pusat inovasi, mengejar beragam pengakuan global & panggung kompetisi. Tapi sayangnya, banyak dari inovasi ini berhenti di ranah wacana atau presentasi.

Ketika daya beli masyarakat menurun, investasi asing mulai mengalir ke negara lain & daya saing menurun, kita perlu bertanya: inovasi seperti apa yang sebenarnya sedang dibangun? Jika inovasi bukan untuk mengangkat derajat hidup warganya, maka ia telah kehilangan fundamentalnya.

Siapa yang sesungguhnya menjadi pusat perhatian dari inovasi kita? Jika hasil riset hanya berputar di kalangan premium, maka kita tidak sedang membangun solusi, melainkan melanggengkan kesenjangan. Inovasi sejati tidak diukur dari kecanggihannya, tetapi dari seberapa mampu ia menjawab kebutuhan paling mendasar & menyentuh mereka yang paling rentan. Sudah waktunya kita jujur, bahwa sebagian besar inovasi hari ini lebih banyak memoles citra daripada membongkar akar masalah.

Inovasi harus kembali menjadi alat untuk memutus rantai kemiskinan. Inovasi perlu menjemput realitas, hadir di pasar-pasar kecil, sekolah-sekolah desa, dan puskesmas pinggiran. Lembaga pendidikan, pusat riset, dan pembuat kebijakan harus menjadikan keberpihakan sosial sebagai tolok ukur utama. Bukan hanya mengejar pengakuan, tetapi memastikan ada akses terhadap pangan sehat, pendidikan berkualitas, layanan kesehatan terjangkau, dan penghidupan yang layak bagi semua. Inovasi tidak lahir melulu untuk mengejar tren pasar, tapi untuk menjawab masyarakat yang semakin sulit.

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *