Bersua @lilinimam memandu kelas bersama. Hari ini kami memadukan Design Thinking dengan pendekatan Strength-Based. Pertanyaannya sederhana: bagaimana jika inovasi tidak dimulai dari masalah, tetapi dari kekuatan manusia yang sudah kita miliki?

Banyak organisasi merasa sudah berinovasi, padahal hanya memperbaiki sistem lama agar terlihat lebih modern. Design Thinking sering dijalankan sebagai ritual mencari masalah dan menambal kekurangan demi efisiensi. Hasilnya, organisasi tampak bergerak, tetapi sebenarnya kehilangan arah, kehilangan energi, dan perlahan kehilangan relevansi. Fokus pada masalah hanya melahirkan inovasi berbasis ketakutan, bukan kekuatan.

Padahal aset terbesar organisasi bukan teknologi atau anggaran, tetapi manusia, dengan empati, imajinasi, nilai, dan jejaring sosial yang hidup di dalamnya. Inilah kekuatan yang tak bisa ditiru pesaing. Strength-Based Design Thinking mengubah manusia dari objek yang harus dibenahi menjadi sumber energi yang siap diperbesar. Inovasi tidak muncul karena keadaan mendesak, tetapi karena kekuatan yang ingin diberdayakan dan dikapitalisasi.

Organisasi yang mengadopsi pendekatan ini tidak lagi bertanya, “Bagaimana mengejar ketertinggalan?” tetapi “Kekuatan apa yang hanya kita miliki, dan bagaimana menjadikannya pemimpin masa depan?” Masa depan bukan milik organisasi yang paling efisien, tetapi yang paling berani mengorkestrasi kekuatan manusianya menjadi gerakan inovasi yang tak terbendung.

Dan di sinilah perjalanan baru dimulai: berinovasi bukan karena terpaksa, tetapi karena kita berdaya. 🚀

-Human potential is the real exponential force; technology only multiplies what the human spirit dares to envision-Telah disunting · 2 ming

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *