Skripsi ini lahir dari kegelisahan, bukan sekadar tugas akhir. Anggita, melihat desanya, Cibiru Wetan, dikenal secara nasional karena prestasi pemerintahan digital, tapi perlu mengenalkan wajah desa berkelanjutannya. Program wisata edukasi yang ada hanya menawarkan aktivitas menanam padi, kegiatan yang ternyata gagal menarik minat pengunjung, dengan nilai kepuasan hanya 20%. Di tengah ketidakpastian itu, Ia memilih untuk tidak menunggu solusi dari luar. Ia turun tangan, membangun dari nol & memutuskan: desa ini harus menjadi ruang belajar yang hidup & bermakna.

Anggita tidak bekerja sendiri, & tidak mengandalkan intuisi belaka. Ia menerapkan pendekatan Design Thinking secara menyeluruh, menggali kebutuhan riil dari pengguna utama: guru TK, SD, dan SMP. Ia menyusun Empathy Map, Customer Journey, hingga Jobs to Be Done. Dari proses empati itu, ia sadar: yang dibutuhkan bukan sekadar wisata, tapi pengalaman utuh, interaktif, aplikatif & terhubung dengan budaya lokal. Anak-anak butuh ruang untuk bermain sambil belajar; guru butuh program yang sejalan dengan kurikulum; dan warga butuh peran dalam menjalankannya.

Lahirlah program “Ngabolang di Sawah”, wisata edukasi berbasis pertanian, budaya, dan eksplorasi. Ia tak berhenti di desain. Ia mengujinya secara nyata, mengevaluasinya dengan metode Net Promoter Score, dan mencatat lonjakan kepuasan ke level Excellent (52,38%). Ia juga menyusun Business Model serta strategi implementasi 12 bulan, bukan hanya agar program ini berjalan, tapi agar ia bisa ditinggal dan tetap tumbuh. Yang ia bangun bukan sekadar produk wisata, tapi ekosistem pembelajaran dan pemberdayaan berbasis komunitas.

Skripsi bisa jadi lebih dari sekadar dokumen kelulusan. Ia menjadikannya alat perubahan, bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk desanya. Di era ketika banyak orang mengejar validasi digital, Ia membuktikan bahwa kontribusi paling nyata justru lahir dari keberanian membangun yang tak terlihat kamera: desa yang berdaya, warga yang terlibat, & masa depan yang ditanam dari akar sendiri. Inilah wajah baru mahasiswa kontribusional, tak hanya ingin lulus, tapi juga meluluskan lingkungannya dari ketertinggalan.

Dibimbing bersama Dr @yulistyne

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *