
Dalam sebuah sesi di kampus, muncul pertanyaan reflektif: mengapa kita sering memulai sesuatu dengan fokus pada kekurangan? Kalimat seperti “kami belum punya pengalaman” atau “kami belum siap” terdengar biasa, tapi justru melemahkan langkah awal. Pendekatan asset-based thinking (Kretzmann & McKnight, 1993) mengajak kita mengubah sudut pandang, mulai dari kekuatan, bukan kelemahan. Bukan menghitung keterbatasan, tapi mengenali potensi yang sudah ada & bisa langsung digerakkan.
Di banyak organisasi, deficit-based thinking masih mendominasi. Fokus utamanya pada kurangnya dana, struktur yang rumit, atau sistem yang belum berjalan optimal. Padahal Appreciative Inquiry (Cooperrider & Srivastva, 1987) menunjukkan bahwa perubahan lebih kuat jika dimulai dari yang sudah berhasil. Mengganti kata “anggaran” dengan “resources” bukan soal gaya bahasa, tapi perubahan cara pandang. Kita mulai melihat waktu, jaringan, pengetahuan, & ruang sosial sebagai modal nyata yang bisa digerakkan.
Kebiasaan menunggu, entah itu momen tepat, persetujuan atasan, atau kondisi ideal, sering membuat kita pasif. Asset-based thinking mengajak kita membangun, meski dari hal kecil & sumber daya terbatas. Konsep self-efficacy (Bandura, 1986) menunjukkan keyakinan diri tumbuh saat kita fokus pada kekuatan yang ada. Membangun dari yang tersedia menumbuhkan kepercayaan diri & mendorong aksi nyata.
Ukuran keberhasilan juga bergeser. Bukan lagi tentang seberapa viral sesuatu, tapi seberapa berdampak. Prinsip evidence-based practice menekankan bahwa keberhasilan diukur dari perubahan yang nyata. Data jadi alat ukur, refleksi, & arah perbaikan. Ia bukan sekadar bukti program berjalan, tapi penanda bahwa ada perubahan yang terjadi.
Akhirnya, ini bukan cuma pendekatan, tapi cara pandang. Ia menggeser kita dari keluhan ke potensi, dari pasif ke aktif, dari menunggu ke membangun. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, pendekatan ini memberi arah: mulai dari yang ada, gerakkan yang mungkin, & percayalah, kekuatan sering tersembunyi dalam hal-hal yang sudah kita miliki. Peter Block (2008) bilang; komunitas tangguh dibentuk oleh mereka yang memilih bertindak, bukan yang terus menunggu arahan✨
No comment yet, add your voice below!