
Saya masih mengingat awalnya, tujuh tim dari berbagai penjuru Tim Inovator Final Pelindo IDEA, INCUBE, Implemented & ALPI SPTP Group datang membawa ide-idenya. Mereka tidak membawa presentasi yang sempurna, tapi membawa sesuatu yang jauh lebih berharga: niat untuk memperbaiki.

Bukan hanya memperbaiki sistem, tapi memperbaiki cara mereka menjalani pekerjaan, memahami pengguna, dan menyumbangkan perubahan.

Kami memulai perjalanan itu bukan dengan jawaban, tapi dengan pertanyaan: apa yang sebenarnya jadi masalah? Bukan di level struktur, tapi di level pengalaman sehari-hari, yang sering tak terdengar, tak tercatat, dan tak dianggap penting.

Kami pelajari bahwa inovasi tidak selalu soal teknologi tinggi. Ia seringkali lahir dari empati, dari keberanian untuk mempertanyakan cara lama, dan dari upaya kecil yang dilakukan dengan kesungguhan.

Dari EASY yang mendefinisikan ulang proses belajar di pelabuhan, K3IVERSE yang mengubah pelatihan K3 dari teori menjadi pengalaman nyata, hingga PORTSYNC yang menyatukan data dan koordinasi terminal, setiap ide tidak hanya menawarkan solusi, tapi juga membongkar proses yang stagnan dan menghadirkan kemungkinan baru. MARCO, P-SAFE, BEST PICK, dan EBBI pun hadir bukan sekadar sebagai inovasi, tapi sebagai jawaban atas kebutuhan sehari-hari yang selama ini dianggap biasa, padahal menentukan.
Ketika mayoritas tim ini akhirnya menjuarai ajang Idea Pitching Innovation Pelindo 2025, yang terasa bukan hanya kebanggaan, tapi juga rasa syukur.
Kemenangan ini bukan hasil dari ide yang brilian semata, melainkan buah dari keberaniannya untuk mendengarkan, merefleksikan, dan membangun dengan rendah hati.
Sebagai pendamping, saya bukan penentu arah. Saya hanya menjadi cermin, teman berpikir, dan pengingat bahwa inovasi yang besar selalu dimulai dari keberanian yang sederhana: untuk berubah.
Dan dari mereka, saya kembali belajar bahwa inovasi terbaik bukan yang paling canggih, tetapi yang paling peduli, paling relevan, dan paling manusiawi.
No comment yet, add your voice below!