Di awal semester, banyak mahasiswa menganggap mata kuliah Menggambar Teknik ini sekadar soal garis lurus, skala, dan simetri. Tapi perlahan mereka menyadari, ini bukan soal siapa yang paling rapi menggambar, melainkan bagaimana mereka bisa saling belajar, saling mengisi. Maka kelas ini pun kami bentuk seperti ekosistem, bukan ruang ujian individu, tapi ruang tumbuh bersama. Mereka belajar dalam kelompok, dibimbing oleh mentor-mentor yang tak cuma ahli, tapi juga peduli.

Ujian akhirnya pun tak biasa. Setiap kelompok harus menyelesaikan satu gambar alat teknik yang cukup rumit. Tapi tiap orang hanya punya waktu 5 menit untuk menggambar bagiannya, lalu dilanjutkan oleh temannya. Bagi yang melihat dari luar, mungkin ini seperti permainan. Tapi di balik lima menit itu ada latihan berjam-jam. Mereka berlatih, gagal, tertawa, mengulang. Berkali-kali. Dan justru dari situlah muncul kebersamaan, koordinasi, dan rasa saling percaya.

Yang mereka bawa dari kelas ini bukan cuma kemampuan menggambar. Tapi pemahaman bahwa setiap orang punya peran. Kalau satu bagian salah, semua ikut terdampak. Mereka belajar mengenal ritme timnya, menahan ego, dan percaya bahwa proses itu lebih penting daripada hasil instan. Bahwa tumbuh itu tidak sendiri-sendiri, tapi bersama.

Kelas ini akhirnya jadi ruang belajar yang terasa lebih manusiawi. Ada kakak tingkat yang jadi mentor, ada tawa dan frustrasi yang dibagi bareng-bareng, ada perasaan bangga waktu satu gambar selesai dengan utuh. Mungkin beginilah seharusnya pembelajaran berjalan: bukan hanya menguji kemampuan, tapi juga menumbuhkan karakter, nilai, dan rasa saling memiliki. Karena di dunia nyata, tak ada yang bisa membangun sesuatu sendirian.

Terimakasih kawan-kawan mahasiswa!
Selamat berlibur🎉

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *