Khutbah Ustadz @jafarsidiq175

Khairun katsīr, kebaikan yang sangat melimpah, bukan terletak pada harta atau jabatan, tetapi pada nikmat iman, hidayah, dan kedekatan dengan Al-Qur’an. Allah berfirman dalam Q.S. Yunus: 58 agar kita berbahagia karena karunia dan rahmat-Nya, karena itu lebih baik dari apa pun yang dikumpulkan manusia. Maka setiap saat kita berada dalam keimanan, amal saleh, dan taat kepada Allah, sesungguhnya kita sedang hidup dalam keberlimpahan nikmat sejati.

Rasulullah ﷺ menerima Al-Kawthar, karunia agung berupa umat yang banyak dan keberkahan yang luas. Melalui dakwah beliau dan para pewarisnya, hidayah sampai kepada kita. Pertanyaannya kini: apakah hidayah itu berhenti di kita, atau terus kita wariskan? Tugas kita bukan hanya menjaga hidayah itu, tapi juga menyampaikannya, kepada keluarga, tetangga, dan seluruh umat manusia.

Hidup seorang mukmin adalah lirabbika, untuk Rabb-nya. Segala yang dimiliki, dari waktu hingga harta, diarahkan untuk mendekat kepada Allah. Inilah makna dari fasalli lirabbika wanhar: shalat sebagai bentuk ketundukan total, dan berkorban sebagai wujud cinta yang tulus. Saat hidup kita dipersembahkan untuk Allah, saat itulah kita benar-benar hidup dalam keberkahan dan makna.

Contoh paling nyata adalah G*Z* Pa*lest**e. Meski tanah mereka hancur, iman mereka tetap kokoh. Mereka mungkin kehilangan dunia, tetapi tetap bersama Al-Qur’an dan ridha Allah. Inilah kemenangan sejati. Siapa pun yang menjaga hidayah dalam kondisi apa pun, selama hidupnya lirabbika, maka ia telah memperoleh khairun katsīr dan layak berharap minum dari telaga Kawtsar di akhirat kelak.

Selamat Hari Raya Idul Adha!

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *