Di dalam organisasi yang ingin berkembang lewat inovasi, masalah sering kali bukan hanya soal banyaknya pekerjaan, tetapi cara setiap orang mengelola dirinya. Banyak yang akhirnya tenggelam dalam beban kerja berlebih karena tidak pandai memilah prioritas atau enggan berkata tidak pada tugas tambahan. Padahal, energi yang mestinya bisa dipakai untuk eksplorasi dan berpikir kreatif justru habis untuk menyelesaikan rutinitas. Seperti kata Drucker, inti profesionalisme bukan sekadar rajin bekerja, tapi tahu apa yang paling penting untuk difokuskan.

Akibatnya, organisasi tampak sibuk dari luar: rapat padat, laporan menumpuk, dan proyek berjalan. Namun, jika dilihat lebih dalam, inovasi sering macet. Fenomena ini mirip dengan yang disebut Peter Senge sebagai activity trap, terjebak dalam kesibukan tanpa ada pembaruan berarti. Dalam skala organisasi, jebakan ini membuat energi kolektif hanya berputar pada rutinitas, bukan pada penciptaan nilai baru.

Untuk keluar dari jebakan itu, organisasi butuh memberi ruang. Inovasi hanya lahir ketika ada kelonggaran waktu, kapasitas mental, dan keberanian mencoba. Nohria dan Gulati menyebutnya slack resources, ruang longgar yang justru menjadi bahan bakar kreativitas. Praktiknya bisa berupa memberi keleluasaan untuk proyek lintas fungsi, eksperimen kecil, atau forum reflektif yang menantang pola lama. Dengan cara ini, energi kerja tidak habis tersedot rutinitas semata, tapi berubah menjadi peluang pembelajaran dan penciptaan hal baru.

Karena itu, menerima semua pekerjaan tanpa batas bukanlah tanda loyalitas, melainkan kelemahan dalam budaya organisasi. Organisasi yang benar-benar ingin inovatif harus membangun sikap berani memilih, berani menolak yang tidak relevan, dan bijak menjaga ruang eksplorasi. Bila hal ini menjadi kebiasaan bersama, kesibukan tidak lagi berhenti pada lelah, tapi berubah menjadi energi pertumbuhan yang membuat organisasi bukan hanya efisien, melainkan juga adaptif dan inovatif.

Jangan kerja teruuuus. Sisakan ruang berinovasi🎉

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *