Ekosistem yang baik bisa jadi pabrik kreatifitas, setiap orang bisa dibangun jadi kreatif.

Ekosistem ini memang unik! Meja-meja bergagasan makin penuh terisi. Biasanya hal ini terjadi di warung kopi, namun disini tak berjualan kopi, jika pun mau seduh sendiri.

Gagasan adalah ingredients terpenting dalam mencipta ekosistem dimana setiap individunya bisa meluapkan imajinasinya dengan bebas & mentaut-tautkannya dengan orang lain hingga melahirkan banyak kebaruan. Oleh karenanya, memastikan ekosistem kita tetap menjadi mimbar bebas bergagasan adalah penting. Hal ini penting bagi proses nurturing individual untuk tumbuh jadi orang yang kaya kapasitas.

Beberapa tempat yang semestinya jadi ruang-ruang tempat tumbuhnya gagasan justru menjadi redup kehilangan kebebasan berbicara. Redupnya nyawa bergagasan bukan hanya karena memang ditabukan karena dirasa bersebrangan, namun juga bisa karena kegemaran memelihara hierarki atas nama jabatan, senioritas atau bahkan pengalaman.

Nyawa bergagasan bisa redup karena dirancang / ketidaktahuan, akibatnya organisasi justru jadi tempat paling ideal menumpulkan inovasi, yang idealnya jadi wadah ideal menumbuhkan keberanian eksperimen & menerima umpan balik bagi proses pembelajarannya. Bagaimana untuk tetap menghadirkan keingintahuan & minat memang adalah hal yang paling menantang.

Ekosistem yang baik bisa jadi pabrik kreatifitas, setiap orang bisa dibangun jadi kreatif. Keyakinan umum di masyarakat adalah bahwa kita terlahir kreatif atau tidak. Namun, keyakinan ini sudah lama ditentang oleh temuan terbaru dalam ilmu saraf, terutama terkait dengan struktur syarat otak kita. Michael Merzenich, penulis Soft-Wired menjelaskan:

“Apapun keadaan awal kehidupan dari seorang anak & apa pun sejarah serta keadaan anak tsb saat ini, setiap manusia memiliki kekuatan bawaan untuk tumbuh, berubah jadi lebih baik, atau menjadi pulih dengan signifikan, dan bangkit berulang. Esok, individu yang kita lihat di cermin bisa menjadi orang yang lebih kuat, lebih mampu, lebih hidup, lebih fokus & berkembang”

Membangun wadah tumbuhnya kreatifitas adalah bagian penting atas keterjaminan tumbuhnya individu-individu berkekuatan & berkapasitas untuk memberikan dampak bersama pada lingkungannya. Ekosistem yang membuatnya tumbuh adaptif🚀

Sudah sejauh mana dan seserius apa kita menyiapkan pendidikan masa depan?

Berbincang dengan mahasiswa dalam memulai penelitiannya, kami memulainya dengan pertanyaan, apa yang kamu inginkan dimasa depan? apa yang disukai & paling mendatangkan energi deras ketika kamu melakukannya? Jika belum tau masa depannya apa, eksplorasilah dulu, tak usah terburu-buru hingga kamu tau apa yang diinginkan.

Menuangkan kalimat diatas, nyatanya memang menantang kontekstualisasinya. Perlu keberanian ditabrakkan dengan kurikulum konvensional saat ini. Namun, merancang pendidikan bagi masa depan adalah hal yang tak bisa ditunda, perlu dipersiapkan & disegera-lakukan. Bagaimana memulai aksi-aksi nyata fundamental menuju inklusitiftas, ekosistem pengetahuan partisipatif. Terkait ini, sebuah konsep terkait Future of Eduction bertajuk “Near Future Education” menarik untuk disimak.

Masa depan memang belum nyata ada, tapi jadi sangat penting mencipta suspensi yang memungkinkan melakukan proses eksplorasi berbagai kemungkinan dimasa depan hingga dapat menarik beragam masyarakat dengan beragam latar belakang hingga memungkinkannya menjadi para performers masa datang, mengekspresikan dirinya bukan hanya pada hal-hal teknikal & teknologi, tapi juga dalam rangka menghadirkan masa depan yang Ia inginkan & disukainya.

Merancang pendidlikan masa depan perlu dimulai dengan memetakan dahulu peta masa depannya, kombinasikan aktivitas teknis, teknologi bersama hal-hal ethnografis lainnya agar kontekstual. Kemudian padukan dengan beragam kebaruan, tren, pola dan aspek-aspek lain seperti sosial, budaya, ekonomi dll. Penting juga untuk menggambarkan hal-hal yang tampak aneh hari ini, yakni hal-hal yang walau tak belum xdirasakan manfaatnya hari ini tapi dimasa depan hal-hal ini akan tampak jelas dan tumbuh.

Pendidikan masa depan tentu perlu mendapatkan redefinisi baru, karena variabel kontektualnya menjadi lebih kaya diera teknologi digital ini, yakni (RMIT, 2022)
1. Keterhubungan, kolaborasi, dan kreasi bersama
2. Di mana saja, kapan saja belajar
3. Kustomisasi untuk pendekatan yang mengutamakan pembelajar
4. Menguji coba, menitikberatkan pada proses dan perkembangan belajar.

Sudah sejauh mana dan seserius apa kita menyiapkan pendidikan masa depan?

Teoritis Vs Konkret

Selalu gemas dan tersenyum simpul dengan kawan-kawan yang bilang kongkretkan dong! Ah kamu kebanyakan konsep!

Ada sesuatu hal yang paling kami senangi dalam ekosistem ini, yakni bergagasan, kemudian merangkainya menjadi gambaran besarnya, melengkapi dengan strategi membangunnya dengan cara-cara baru serta menginventarisir simpul-simpul katalisatornya.

Sering kali juga kami dianggap teoritis, dan atau bahkan terlalu banyak nge-gas bereksperimen. Justru kami berupaya menyeimbangkan, menyandingkan gagasan dengan eksprimennya dengan segera.

Istilah kongkret justru sangat erat dengan ekosistem kaya gagasan ini. Namun yang membedakannya adalah, dibalik ini ada kerangka-kerangkan berpikir yang digunakan. Basis ilmu pengetahuan, pendekatan-pendekatan dan model yang teruji secara saintifik justru sangat bermanfaat untuk memastikan kerbehasilan sebuah implementasi gagasan.

Setiap eksperimen dibuatkan cakrawala waktunya, setiap kemenangan dirancang probabilitasnya agar semakin besar dengan memastikan simpul-simpul mana yang akan disentuh agar bisa tercapai percepatannya, serta yang paling penting juga dalam sebuah yang kongkret itu adalah kesungguhan merawat keberlanjutanya.

Kongkret itu bukan aktivitas tabrak lari atau langsung jadi, namun tertuang dalam konsistensi menjaga imajnasi hingga terwujud nyata. Ada proses membangun yang tak hadir dalam sekejap.

Satu hal lagi, proses & konsistensi itu penting dalam menghadirkan sebuah formulasi program kongkret, lebih penting lagi adalah memahami bahwa tak ada formulasi yang sama bagi setiap masalah yang berbeda. Kongkret itu adalah wujud nyata bahwa kita bersama-sama mewujudkan formulasi terbaik & mendekatkan dengan tujuannya masing-masing.

Kami tak suka mendikotomikan antara teori dan aksi, kami memilih memadukannya. Ilmu pengetahuan selalu menjadi bahan belajar terbaik diramu bersama dengan pengalaman. Agar proses dijalankan antara wisdom dan keberanian membuatnya bisa berakselerasi.

Bagaimana versi konkret kamu?

The Pygmalion Effect

Kami selalu yakin bahwa tiap orang terlahir jenius, artinya memiliki potensi untuk berkembang menjadi lebih baik. Dalam keseharian, kami menemukan banyak individu & mengikutkannya dalam banyak program nyaris tanpa seleksi karena ada selalu keyakinan bahwa terdapat potensi yang dapat dibangkitkan darinya. Walau di banyak tempat beberapa individu tak terwadahi karena aneka ragam kriteria tak fit dengannya.⁣

Tiap individu menjadi penting di-influence dengan hak dirinya untuk maju & berkembang, meyakinkan ada sesuatu luar biasa dalam dirinya. Memiliki pendekatannya berbeda-beda itu biasa, namun ada satu perlakuan yang sama perlu ditumbuhkan, yakni “harapan positif yang dilekatkan & dijaga untuk tumbuh pada setiap langkah memandirikannya”.


Efek Pygmalion. Fenomena psikologis yang menjelaskan kala harapan baik dilekatkan pada seseorang akan menyebabkan peningkatan performa. ⁣


Pygmalion berasal dari mitologi Yunani tentang pemahat yang mengukir patung wanita & jatuh cinta padanya. Karena tak mampu mencintai manusia, Ia mengimbau Aphrodite, Dewi Cinta yang menghidupkan patung tersebut, kemudian menikah & melahirkan seorang putri, Paphos.⁣

Efek ini menjelaskan siklus jika kita meyakini seseorang bisa berkemampuan positif, maka akan mempengaruhi sikap kita padanya. Sikap ini akan berdampak pada individu tersebut sehingga rasa percaya dirinya tumbuh & berdampak pada semakin baik kemampuannya. Perbaikan yang tampak tersebut menimbulkan efek pada diri kita yakni menguatnya validasi atas keyakinan awal, bahwa Ia benar memiliki mampu berkembang. Siklus ini penting dijaga keberlanjutannya sehingga terus menerus lebih baik.⁣

Dale Carnegie pun pernah merekomendasikan efek ini pada pembacanya dengan menuliskan “Giving others a great reputation to live up to” & “A wise man raise his expectations of others, and he will naturally do their best to satisfy those expectations”⁣

Menjadi semakin yakin, bahwa tiap orang berhak mendapatkan ekosistem yang mampu menguatkannya. Efek ini penting dipahami pada setiap orang melabeli dirinya sebagai enablers atau pemberdaya atau peranan lainnya sebagai bagian penting karakter leadership yang ditularkan.⁣

Meramu Purpose Personal dengan Organisasinya

kedatangan tamu istimewa, Agile Coach kami @putiretnoali menghabiskan tiga hari lamanya menemani proses retrospektif kami.

Jum’at siang selepas makan siang, kami berkumpul di ruang tengah. Ruang yang menjadi melting-pot setiap unit @thelocalenablers . Pembicaraan siang itu, dibuka dengan pertanyaan menarik yang ditujukan pada seluruh anggota tim kami, pertanyaannya adalah’: “Sebutkan dua hal yang paling urgent yang kamu inginkan!”

Kemudian setiap anggota tim mengemukalan dua hal yang penting bagi dirinya. Hal yang menarik dari jawaban-jawaban pada umumnya dalam menjawab kedua hal paling penting ternyata berpusat pada dirinya, seperti ingin kaya :D, segera mendapatkan pasangan, membeli kendaraan, membangun rumah, membahagiakan orang tua dan hal-hal lainnya yang self-centered.

Dua hal penting bagi dirinya adalah pertanyaan pemancing yang menarik! dimana pertanyaan ini diutarakan di tempat dimana mereka diberikan wadah untuk berkarya bersama tim dan ekosistemnya.

Hal ini bisa jadi terjadi ditempat lain dimana anggota tim lupa atau perlu disadarkan bahwa tempat mereka berkarya juga perlu menjadi diprioritaskan, tapi tak terucap jua.

Pertanyaan seperti ini membuat saya teringat pada sebuah model bernama Butterfly Model – Wolf Olins. Model ini menggambarkan bagaimana perlunya kita menyelaraskan Personal Purpose di sayap kiri dengan Organizational Purpose di sayap kanan, hingga munculah irisan purpose yang memang perlu kesadaran penuh dalam menyelaraskannya.

Jika kita terbang dengan satu sayap tentunya sulit, terbang sesaat kemudian jatuh. Organisasi menjadi wadah yang penting dalam membangun the ultimate purpose. Bagaimana pun sebagai makhluk sosial, kebutuhan berkelompok menjadi hal yang tak terhindarkan, sebuah naluri mendasar tak terelakkan. Mencari anggota tim yang homogen juga bukan jawaban yang tepat, karena akan membunuh kreativitas. Ekosistem yang baik adalah ekosistem yang menberikan ruang untuk meramu purpose personal dengan organisasinya, hingga kita bisa terbang jauh dan memastikan kerberlajutannya.

Gimana dengan kamu? Coba sebutkan dua hal yang paling urgent yang diinginkan! Adakah yang bisa kamu ungkap agar keduanya menjadi seimbang?

Trusting; Being Guided By Values

Titik tertinggi dalam tim adalah saling percaya, sebuah kondisi dimana setiap individu memiliki keleluasaan berinisiatif seluas-luasnya dan menyelaraskannya bersama menuju goals yang disepakati.

Namun sesungguhnya ada puncak diatas titik tertinggi dalam tim, yakni trust pada ekosistem. Nah ini yang menjadi tantangan bisnis saat ini. Salah satu hal yang bergeser dalam transformasi digital adalah bergesernya penguasaan model bisnis menjadi ekosistem bisnis.

Coba perhatikan di era digital ini, kala banyak perusahaan merger dengan usaha-usaha yang justru tak sejenis. Mereka bergabung menjadi raksasa yang bukan tunggal pada satu bidangnya, tapi melengkapi jadi satu ekosistem dan bermitra strategis.

Gojek dan Tokopedia jadi Goto misalnya, atau Bank Mega + Salim Group + Bukalapak menjadi Allo Bank dan contoh-contoh lainnya begitu banyak. Menempatkan trust dan membentuk ekosistem bisnis hari ini menjadi salah satu kekuatan jika ingin menjadi pemenang. Berkolaborasi.

Hal ini menjadi penting mengapa kita perlu membangun trust, karena didalamnya ada hal yang menarik.

Trust akan menuntun proses inovasi yang dipandu oleh nilai luhur “being guided by the value” sebuah fundamental penting dalam proses inovasi, karena akan banyak berhadapan dengan proses eksperimen yang membuahkan banyak lompatan kecil dan kemudian menggurita menjadi disrupsi. Eksperimen akan banyak menghasilkan temuan berupa kesalahan-kesalahan yang menuntun pada cara-cara baru kemudian yang menjelma menjadi inovasi jika terjaga proses iterasinya. Hal ini tak mungkin terjadi jika trust tak tumbuh jua.

Bagaimana dengan tim kamu? Bagaimana proses membangun trustnya berjalan baikkah? Yok didorong sungguh-sungguh agar bisa kemudian melesat kepuncak membentuk ekosistem yang kuat, ekosistem yang sepakat untuk melesat dengan value yang kuat🚀

Apa yang dirindukan dari Rumah Kolaborasi ini?

Bergagasan! Kegiatan ini selalu membuat raut wajah setiap penghuninya berubah-ubah dari mulai mengernyitkan dahi hingga berujung tertawa lebar. Dari hal-hal yang tak mungkin, hingga kemudian melepaskan pemahamannya dengan tertawa.

Hal lain yang selalu dirindukan adalah kebiasaan berbagi hasil membaca yang dari hari ke hari yang semakin menular, saling bercerita saling mengisi pengetahuan satu sama lainnya.

Seorang kawan bertanya, dengan segala dinamikanya ini apakah saya bahagia? Tanpa ragu tentu saya jawab bahagia! Bagaimana tidak, setiap harinya tiap individu disini menikmati proses bergagasan, dibawa berlomba untuk haus pada pengetahuan baru, memacu tiap individunya untuk punya energi untuk membaca lebih banyak kemudian disampaikan esoknya di meja meja bergagasan.

Eksosistem ini memang tak berlimpah dengan materi, namun jika kekuatan gagasan & imajinasi jangan ditanya. Kepala-kepalanya tak kuasa untuk segera membuncahkan idenya & membumikannya dengan segera. Seru! namun memang ya ngga lepas dari dinamikanya yang kecang membuat banyak tonggak pembelajaran baru menuju perubahan.

Selain itu, ada satu hal yang penting. Bahwa kami yakin bahwa pergerakan menuju perubahan ini perlu hadir karena kemampuan membangun peluang. Peluang dihidupkan oleh imajinasi. Imajinasi ditumbuhkan dengan asupan literasi, dibenturkan dengan sudut pandang lain, dikontekstualkan dengan waktu kemudian diberi ruang-ruang iterasi.inilah yanh dinamakan ruang bergagasan. Dari sini kemudian munculah energi yang deras untuk melakukan perubahan. Momemtum pun tumbuh.

Energi positif perubahan justru akan hadir karena kemampuan menangkap peluang & kemudian berimajinasi. Bergagasan akan membukakan jalan-jalan baru. Bergerak bukan karena cemas! Dengan memperkaya imajinasi, kemampuan menangkap peluang jadi tumbuh & terbangunnya momentum.

Akan sangat berbeda energinya jika sebuah momentum ditunggu, akan banyak menimbulkan kelelahan kemudian menjadi suram, karena tak jua bisa terpikirkan, jangankan dipikirkan, diimajinasikan pun tak kuasa.

Ini ruang-ruang bergagasan kami, bagaiman dengan ruanng gagasan kamu? Kapan kita bergegas bergagas bersama?

Pemahaman pada Business Acumen

Seringkali dalam sebuah organisasi, perspektif pribadi bisa menjadi sangat lekat dengan cara berpikirnya, bekerja dan memahami sebuah hal dialaminya sehari-hari. Tentu tidak heran karena memang melekat pada dirinya.

Salah satu hal yang menjadi penting bagi anggota tim adalah pemahamannya pada keseluruhan organisasi, panjang cakrawala waktu dan besaran sumber daya yang terlibat. Karena cara berpikir yang berpusat pada diri sendiri, maka hasil pemikiran ini akan sangat rentan “self diagnose” yang membawa kesimpulan yang bias seperti, “saya adalah individu yang paling berperan, paling lelah dan paling penting dalam project ini”, atau kesimpulan-kesimpulan lain seperti “tampaknya yang lain tak banyak berkontribusi”

Simpulan-simpulan ini muncul memang kerap kali karena jam terbang serta pemahamannya pada Business Acumen yang kurang matang dan holistik. Bias yang muncul kerap memunculkan kenyataan yang tak sesuai ekspektasi. Ini berawal dari kesalahan ketika ekspektasi tak diturunkan menjadi data dan fakta tertulis yang merinci simpul-simpul keterlibatan, peran, lama waktu, kapasitas dan kapabilitasnya yang menjadi variabel-variable bilangan penyebut.

Keterlibatan, peran, lama waktu, kapasitas dan kapabilitas perlu diurai dalam dokumen, dikalkulasi dengan baik, uraikan menjadi fakta tertulis agar imajinasi dapat digambarkan dengan jelas dan menghilangkan bias perasaan yang kerap berpusat pada diri sendiri. Btw, ini ada toolsnya loh:) WBS!

You need to connect to your purpose to innovate in a meaningful way – Eric Roscom Abbing

Dalam Business Acumen, penting juga selain kepentingan jangka pendek untuk mau paham bahwa kita bergerak dalam wadah organisasi. Ada bahtera yang melaju berisi banyak orang & mengarugi lautan luas dalam tujuan jangka panjang. Organisasi penting untuk tetap mewadahi anggota timmnya belajar keluasan pemahaman, menyeimbangkan personal goals vs organizational purpose, menyeimbangkan manfaat, kesejahteraan & kepentingan jangka pendek dan panjangnya.

The urge to do what we do in the service of something larger than our selves
–Doniel H Pink – Drive

Bagaimana Merawat Perubahan

Cita-cita melakukan transformasi tak bisa dilakukan hanya dengan mencanangkannya, melalukan sosialisasi dan atau cukup memulainya. Tapi justru proses merawatnya dengan kesungguhan dan ketekunan.

Komitmen dari pemimpin mejadi utama, “lead by example & the leader need to be seen” juga menjadi prasyarat utama proses perubahan itu dilakukan.

Secara teknis proses merawat perubahan dapat dilakukan dari dua sisi. Jika digambarkan dengan gunung es, maka sisi atas rawatlah dengan melalukan Review; merawat agar hasil selalu menjadi lebih baik. Bagian bawah gunung es dilakukan dengan proses Retrospective; merawat proses agar setiap kegiatan atau proses project selalu menjadi lebih baik. Intesitasnya terawat karena setiap tahapan sesi review dan retros selalu jadi bagian penting evaluasi dari kedua sisinya.

Pendekatan-pendekatan manajemen modern selalu erat kaitannya dengan bagaimana tim dan oraganiasi kita bisa adaptif dengan perubahan, bukan hanya dengan mengeluarkan SOP dan selesai. Karena setiap waktu perubahan itu hadir dinamis.

Pendekatan Scrum adalah salah satu pendekatan yang holistik, karena ini mewadahi culture shift yang proses perubahannya dilakukan diatas perubahan itu sendiri. Setiap project akan menjadi wadah organisasi memiliki proses yang kontekstual dan semakin baik, juga denhan produknya akan semakin baik dan sesuai dengan jaman dan pasarnya.

Proses perubahan adalah konsistensi yang dirawat, membangun komitmen, membangun budaya dalam menggeser “individual self interest ke kesadaran berkelompok atau “team conciousness” bersamaan dengan menggeser kompetisi ke kolaborasi. Bermula dari berlatih berkoalsi, berkooperatif hingga sanggup ber ko-kreasi.

Sudah sejauh mana kamu merawat tim dan produk hingga mencapai level Ko-kreasi?🚀

Enam Langkah Kolaborasi Penuh

Memfasilitasi perubahan kerap menjadi dilema kala melakukan proses pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan dengan cara tradisional biasanya mendominasi kegagalan proses perubahan. Caranya kerap kali mengacu pada keteraturan, stabilitas, dan kepastian.

Hal yang sering menjebak para organisasi tradisional diantaranya adalah pemimpin yang kerap kali tak terlatih dan atau tak terbiasa menghadapi peristiwa & kondisi yang tidak terduga. Padahal era VUCA inilah, dimana ketidak-terdugaan adalah makanan sehari-hari.

Kondisi ini memang sering mengarah pada kecemasan & kebingungan yang datang dengan kondisi ketidakpastian dan kompleksitas membuat serba bingung bahkan menghambat. Mendorong perubahan di era ketidakpastian memang membuahkan urgensi untuk paham framework perubahan untuk mendorong perubahan yang lebih baik.

Untuk pada agen perubahan, memfasilitasi penerapan budaya yang agile & kolaboratif bisa dilakukan melalui enam langkah di tingkat individu, kelompok dan organisasi. Langkah-langkah ini saling terkait erat dan tidak dapat dilepaskan satu sama lain.

Bagaimana mengeser interes individu ke kesadaran berkelompok serta dari kompetisi ke kolaborasi, dari distrust ke trust? ini langkah-langkahnya (Zamora, 2018);

1. BELAJAR; pada fase ini kita perlu toleran terhadap kesalahan-kesalahan baru
2. INTERAKSI; peragakan dan berlatih untuk mampu menyimak secara aktif
3. INTEGRASI; wadah belajar yang paling efektif adalah dengan memiliki proyek bersama;
4. PERCAYA; pandu pergerakan dengan nilai-nilai budayanya, karena kondisi tak dapat diprediksi, maka TRUST adalah kunci kemajuan.
5. MENGHARGAI; setiap inisiatif dan respon akan berbeda-beda, maka disini kita belajar menerima setiap perbedaan;
6. DESENTRALISASI; melakukan proses delegasi pada tim atau squad yang dibentuk.

Untuk punya tim yang Self Coordinating tahapan diatas memang perlu dilakukan, jangan lupa dituntaskan. Hal ini didukung dengan kebijakan dan prosedur yang dilakukan secara konsisten satu sama lain di seluruh tingkat individu, kelompok, dan organisasi. Jangan tergesa dalam melakukan perubahan, ikuti prosesnya. Ketika polanya mulai terbentuk prosesnya bisa diakselerasi. Ayo mulai sekarang!