TUNA? Apa lagi?

Ngga ada formulasi pasti menghadapi ketidakpastian hari ini, yang pasti adalah mencoba merubah mindset & menguji hal baru, hingga kita dapat merespon baik perubahan. Kala kita tak bisa lagi merujuk best practice masa lalu, karena variable perubahan kali ini begitu banyak & tiap variabelnya punya dinamika perubahan unik, cepat & sulit diprediksi.⁣
Jika belakangan ini begitu santer mendengar VUCA, Volatile, Uncertain, Complex & Ambiguous konsep yang menggambarkan derasnya perubahan & hal‑hal yang diakibatkanya. Kemarin kita bahas bagaimana menjawabnya dengan VUCA Prime (Vision, Understanding, Clarity & Agilty)! Konsep ini awalnya digunakan oleh militer selama tahun 90‑an, menginspirasi sekolah bisnis untuk dapat mengelola situasi bisnis yang relatif dapat diprediksi.⁣
⁣
Selain VUCA saat ini memang lebih condong pada kondisi TUNA! apalagi di era pandemik ini, kala kondisi Turbulent, Uncertain, Novel & Ambiguous, memberikan suguhan nyata adanya pergeseran VUCA ke TUNA. Jika tidak benar‑benar memahami ini akan terjebak dengan lelah berkepanjangan. ⁣
⁣
TUNA ini hadir dari gagasan bahwa dunia saat ini tidak pasti, terus merespon terkait apa hal berikutnya yang dapat dilakukan karena terlalu banyak variabel yang dapat berubah setiap saat, tidak dapat diprediksi, hingga perlu benar‑benar belajar menangkap akar masalah dan mencari jalan keluarnya. ⁣
⁣
Lebih lanjut bukan hanya mencari jalan keluar tapi juga berlatih bagaimana agar tetap gesit & menghadapi masalah berikutnya esok hari. Karena saat ini tidak ada hal yang ā€œone‑size‑fits‑allā€ untuk semua masalah strategis, penting juga untuk kita memahami industri & memprediksinya.⁣
⁣

Untuk beradaptasi sesungguhnya ada method bagus agar kita dapat keep on the track, agar tetap menjadi agile & adaptif. Salah satunya adalah dengan melakukan banyak retrospektif, nah ini salah satu tools bagus buat kita berlatih agar kita bisa belajar beradaptasi. Starfish Model membantu kita mereview, apa yang seharusnya untuk terus dilakukan, dikurangi, tambahkan, hentikan dan mulai! Coba deh dalam keseharian, lama kelamaan kita akan tumbuh lebih matang dan adaptif.Selama mengarungi TUNA!⁣

Biar Ga Cape Jualan

Belajar jualan memang Peer, keterampilan penting memonetisasi untuk memastikan organisasi berjalan. Sederhananya ini adalah proses mengubah sesuatu agar dapat menjadi penghasilan. ⁣
⁣
Monetisasi kerap tak mudah dipahami karena sering kali tak jadi urgensi, dalam keseharian tak hands‑on belajarnya, atau karena kultur kerja melakukan hal yang sama sepanjang waktu, bekerja silo sendiri‑sendiri tak melihat Helicopter View bahwa proses monetisasi adalah sebuah rantai yang tak bisa terputus pada satu bagian.⁣
⁣

Bagi para wirausaha & timnya, monetisasi perlu sungguh‑sungguh bisa terasa & mendarah daging dalam tiap aktivitasnya bersama tim. Karena ini jadi darah segar yang selalu berjalan dipompa bagi kehidupan usahanya. Kehilanganya maka tinggal tunggu kematiannya. Proses monetisasi paling mudah memang dengan Marketing Funnel. Bahwa jualan itu melalui proses, dari hulu ke hilir. Biasanya dibagi menjadi 3 / 4 tahap, yakni:⁣
⁣
Top of the Funnel (TOFU)⁣
‑ Proses menjangkau audiens baru⁣
Middle of the Funnel (MOFU)⁣
‑ Proses membangun kesadaran⁣
Bottom of the Funnel (BOFU)⁣
‑ Proses konversi jadi pembelian⁣
Evangelist⁣
‑ Proses mengembangkan loyalitas⁣
⁣
Tahap paling sering terlupakan adalah merangkaikannya jadi sebuah kesatuan proses. Apalagi dengan tahap Evangelist, mengembangkan loyalitas setelah mereka membelinya! Pada tahap ini justru tahap paling krusial, bebapa tips untuk mengisi tahap ini adalah dengan mengisinya dengan;⁣
⁣
1. Ada feedback antara penjualan dan pemasaran tentang kualitas TOFU⁣
2. Cari & Pahami alasan utama orang tidak membeli / membeli⁣
4. Proses ke MOFU & BOFU harus mulus & menarik⁣
5. Coba ulik Net Promoter Score (NPS) untuk mensegmentasikan pelanggan & berkomunikasi sesuai segmennya⁣
6. Carilah peluang upsell yang masuk akal⁣
7. Dorong studi kasus dan testimonial di antara para loyalis⁣
8. Lanjutkan pengujian sebanyak mungkin⁣
⁣
Nah setelah kita belajar funneling, sesungguhnya ada hal penting saat ini dalam bentuk Flywheel! tak jauh beda dengan Funnel, hanya saja, Flywheel menekankan pada Customer Centricity, juga berputar tak putus untuk selalu melakukan perbaikan dan terjaga keberlanjutannya.⁣
⁣
Selamat belajar!

IKEA Effect

Beli barang yang perlu dirakit sendiri, kemudian stress dan beberapa skrupnya malah ilang dan berakhir cape tapi malah begitu mencintai produknya, karena selain barangnya bagus juga ada effrort kita membangunnya, capenya terbayar🤣
⁣
Ada sebuah bias kognisi yang sering kali kita dapatkan dari sebuah produk yang kita beli, salah satunya dinamai ā€œThe Ikea Effectā€ dari sebuah penelitian tahun 2011 yang menawarkan Value Proposition yang tak biasa pada barang‑barang yang mereka tawarkan sebagianā›ā›
⁣
ā€œThe IKEA effectā€ menggambarkan sebuah produk dengan harga terjangkau karena mengeluarkan komponen buruh perakitan dalam harga pokoknya. Bahkan dengan cara ini pelanggan justru mencintai produknya, walau dalam perjalanan merakitnya mereka kehilangan baut‑baut atau tak tepat memasangnyašŸ› šŸ› 
⁣

ā€œThe IKEA effectā€ diidentifikasi Michael I. Norton of Harvard Business School dkk di tahun 2011. Dalam tulisannya mengungkapkan bahwa walau kita merakitnya sendiri, kemudian salah‑salah, ngga sempurna justru mendatangkan sebuah perasaan ā€œover valueā€ bagi penggunanya, ada ikatan relasi emosional yang tumbub didalamnya. Customer Relationshipnya justru terbangun. Riset ini membuktikan bahwa mengundang pelanggannya untuk menambahkan sedikit lagi usaha dalam membentuk sebuah produk menjadi utuh akan membuatnya lebih menghargainyaā¤ļø
⁣
Sebenernya fenomena ini sudah ada dalam tulisan Festinger tahun 1957, pada produk Teddy Bear! Kala itu namannya Build‑a‑bear. Walau dijual lebih mahal namun dalam prosesnya justru mengurangi variable biaya buruh namun proses merakitnya menyenangkan:)⁣
⁣
Dalam bidang lain, seperti jasa misalnya, ada istilah populer di negara barat yakni ā€œhaycations,” ketika orang kota membayar buat membeli pengalaman menjadi petani!🤠
⁣
Selalu menarik belajar psikologi konsumen! Saat ini makin banyak yang pake Ikea! Jadi inget @lebahbandung sambil berpetualang tapi bayar dan puasšŸ¤£šŸ¤£šŸ¤£šŸŒ»šŸ
⁣
Makin banyak pengusaha yang mengadopsi ini, ada proses perubahan ā€œviewing consumers as “recipients of value” to instead “co‑creators of value.” ⁣
⁣
Produk kamu udah mulai dirancang memiliki pengalaman ini ngga?šŸ‘šŸ‘

Merayakan Kegagalan

Sebelum Pandemik disudut Rumah Kolaborasi ada helaian post‑it yang setiap harinya didengan ragam kesalahan, “Wall of Fails” namanya. Hanya saat pandemik ini kebiasaan ini mulai hilang karena cukup dibuat panik dengan kondisi serba menantang sepanjang 6 bulan terakhir:(⁣
⁣
Diingatkan lagi oleh seorang kawan, untuk mengembalikan kebiasaan merayakan kesalahan ini. Kebiasaan penting untuk dirawat saat yang lain melarang untuk salah. Tapi inget ya konteksnya adalah ā€œThe real challenge is not to either accept or reject failure, but rather to differentiate between whether they are in execution or innovation modeā€ā£

⁣Membuat tujuan jangka panjang yang diturunkan dalam strategi bertahap memang lebih mudah jika secara nyata bertemu muka melakukan evaluasi & retrospektif berkala, berlatih untuk tidak jaim antar sesama tim & dipenghujung justru merayakan kesalahan! Thomas Edison pernah memaknai kesalahan, Ia katakan ā€œI didn’t fail 1,000 times. The light bulb was an invention with 1,000 steps.ā€ ⁣
⁣
Wall of Fails ini seru! Tembok berisi aneka kesalahan yang dbuat ditulis pada kertas berwarna mencolok! Beranikan tiap orang menuliskan tiap kegagalannya. Melakukan kesalahan, berakibat kegagalan adalah resiko proses inovasi, karena inovasi adalah hasil dari experimental. Orang yang berani melakukan kesalahan, dalam sudut pandang lain justru adalah orang yang paling heroik karena Ia mampu mengambil keputusan dan resikonya. ⁣
⁣
Harvard Business Review menuliskan, bahwa merayakan kesalahan sangat berhubungan dengan keberhasilan inovasi. Proses ini justru menggambarkan seberapa berani untuk melompat! ‑ Celebrating those kinds of failures will help your people learn to fail gracefully, growing from the experience ‑⁣
⁣
Alasan mengapa banyak organisasi sulit berinovasi, karena dalam kesehariannya mental mengeksekusi terhambat, tidak memberanikan bereksperimen mengembangakn kegagalan sebagai pintu dalam mengembangkan beragam produk, jasa atau proses baru.⁣
⁣
Failure is a key to learning, growing and figuring out what works. But before you either celebrate or punish failure, make sure you know what you are trying to achieve by doing so ‑Ron Ashkenas‑
⁣
⁣#agilitytransformation

3 Menit Pitching

Pitch Deck? bagaimana menyusunnya dengan singkat menjelaskan bisnis yang ingin di hadirkan. Walau singkat, harus berisi ā€œdagingā€ semua yaa!⁣⁣ ✊
⁣⁣
Nah, ini petunjuk singkat diramu dari Best3Minutes, panduan bikin Pitch Deck!⁣⁣


⁣⁣
1.Pernyataan Singkat⁣⁣
Perubahan apa yang kamu hadirkan dari kamu & produknya bagi dunia?⁣⁣
⁣⁣
2.Pain & Gain⁣⁣
Masalah apa yang dicoba‑hadirkan untuk konsumen? Peluang apa yang ditawarkan? lebih cepat, efektif, efisien, menyenangkan atau bahkah lebih amankah? Seberapa besar masyarakat yang memerlukannya (market size) & apakah sudah divalidasi masyarakat dapat membayar atas tawarannya?⁣⁣
⁣⁣
3.Produk⁣⁣
Dibuat sederhana & semungkinnya, apa produknya, cara kerjanya, sudah dites belum? Jangan sampai produk mendominasi pitch‑nya yaa!⁣⁣
⁣⁣
4.Product Demo⁣⁣
Live Demo penting, cukup ampuh dalam waktu singkat. Screenshoot, produk fisik bisa ditampilkan atau bahkah menampilkan contoh konsumen nyata menggunakannya.⁣⁣
⁣⁣
5.What’s Unique?⁣⁣
Apa yang unik, teknologi?hubungan pelanggan?kemitraan? Bagaimana menolong pelanggan menghasilkan sesuatu yangbeda atau menghasilkan sebuah alternatif. Tunjukkan bahwa kita sudah melakukan riset pasar & tau keadaan kompetisi yang terjadi.⁣⁣
⁣⁣
6.Customer Traction⁣⁣
Seberapa sukseskah saat ini? contoh konsumen, merek, penjualan, testimoni, tayangan media, kompetisi yang dimenangkan. Gunakan data & fakta.⁣⁣
⁣⁣
7.Business Model⁣⁣
Bagaimana pendapatannya, peluang tumbuh, bisakah berkembang di masa depan, menerangkan jenis industri & teritori barukah? bagaimanakah kemitraan & teknologinya. ⁣⁣
⁣⁣
8.Investasi⁣⁣
Sudah berinvestasi sendirikah? mengumpulkan uang? Seberapa lagi yang dibutuhkan? Ekspektasi dari investor, jejaring & kepakaran? Hal besar apa yang akan digunakan jika ada investasi? Tahapan yang akan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan investasi⁣⁣
⁣⁣
9,Team⁣⁣
Pengalaman tim yang relevan, apa yang dibutuhkan dalam prosesnya? Pencapaian, kesuksesan penjualan & apa yang mengikat tim sebagai wirausaha?⁣⁣
⁣⁣
10.End Statement & Call to Action⁣⁣
Tuntaskan dengan request bagi audiens ā€œWhat is their first next step?ā€ā£
⁣
11. Terakhir, Why You?⁣

Golden Circle

Makna hikmah adalah pemahaman, pengetahuan / kemampuan memahami rahasia yang ada dibalik sebuah peristiwa sehingga dipahamkan atas kebenarannya, menjadi pengingat & menjadi mampu menempatkan sesuatu pada konteksnya.⁣⁣
⁣⁣
Sebuah percakapan bersama kawan, ā€œBetapa bersyukurnya kita bisa melalui masa yang sangat sulit kemarin, akhirnya bisa berangsur normal & melompat. Andai saja tak ada kejadian kemarin, tak mungkin kita bisa melompat lebih tinggi hari ini, jadi ternyata rantaian kejadian kemarin ada hikmahnya yang sangat besar!ā€ā£ā£
⁣⁣

Seringkali kita mendapatkan hikmah setelah sesuatu kejadian berlangsung, meski dilalui dengan aneka beban emosional, energi yang membuncah terlalu tinggi & dinamika yang berat. ⁣
⁣
Ada pandangan lain yang juga ternyata penting juga melengkapinya dengan belajar mencari hikmah di awal perjalanan.⁣⁣
⁣⁣
Jika di negara maju, Simon Sinek dengan teorinya Start with Why, mendorong tiap individu untuk berupaya mengidentifikasi setiap purpose yang ingin Ia lakukan dalam setiap mula perjalanannya. ⁣⁣
⁣⁣
Menemukan Why di awal justru merupakan proses pencarian hikmah yang mengundang energi yang tinggi dalam mengarungi prosesnya, memberikan alasan kuat berproses & berdinamikanya. Menemukan Why diawal akan mendatangkan energi yang positif dalam prosesnya. ⁣⁣
⁣⁣
Cukup berbeda ketika dibiasakan mencari makna setelah sebuah kejadian negatif (baca; dinamika) usai, sepanjang prosesnya justru diliputi kegalauan, rasa cemas, sedih dan lelah meski diakhir kita menemukan Big Picture‑nya.⁣⁣
⁣⁣
Kebiasaan yang perlu dibangun, menumbuhkan kemauan mencari makna, menemukan ā€œstrong whyā€ di awal, diakhiri dengan sesi‑sesi retrospektif diakhir sehingga dinamika proses menjadi lengkap karena diakhiri dengan pemaknaan lebih dalam.⁣
⁣⁣
Belajar makna diakhir sering kali karena terjebak terjun langsung pada How & What, tanpa tau alasan besarnya. Meski belum banyak diantara kita mencari hikmah di awal, ada baiknya kita mulai mencobanya. ⁣⁣
⁣⁣
Agar tiap ikhtiar diselimuti pemikiran‑pemikiran positif & dinamikanya dirasakan sebagai perjalanan yang banyak menghadirkan insight baru sebagai bahan tambahan energi!⁣⁣
⁣
Selamat hari Kamis!⁣⁣

#agilitytransformation

Purpose Making

Pengingat lagi bahwa apa yang kita lakukan bisa jadi sama, dalam sepotong sudut pandang melihat sebuah aktivitas bisa jadi sama. Setiap orang bisa menerjemahkannya sebagai hal yang serupa, atau bahkan sesuka hati diartikan sesuai dengan apa yang pernah Ia alami.⁣
⁣
Yang menjadi pembeda sesungguhnya niat, atau yang saat ini dikenal sebagai ā€œpurpose makingā€. Setiap pergerakan, organisasi bahkan usaha bisnis berlomba‑lomba saat ini mengubah orientasinya menjadi purpose. ⁣
⁣
Niatan memang tak terlihat dipermukaan, maka sering kali orang yang tak paham bisa mengintrepretasikannya sesuka hati. Padahal niat menjadi pembeda yang tak kentara melahirkan energi yang sangat berbeda. ⁣
⁣


Beberapa contoh misalnya, sama‑sama jualan, hanya yang satu bertujuan menyenangkan dan menolong pelanggannya, yang lain mencari untung. Sama‑sama berjualan. ⁣
⁣
Atau yang lainnya, sama‑sama terlihat berlatih dan bekerja, satu sisi bisa dilihat sebagai eksploitasi, satu sisi memberdayakan. Hal ini bisa terjada karena tak sanggup melihat fenomena utuhnya, apakah itu berniat atas keuntungan semata atau purpose memandirikannya. ⁣
⁣
Sebuah kegiatan yang sama bisa berbeda hasilnya walau dengan cara yang sama. Apalagi jika niat baik yang mengawalinya, energi akan membuncah melahirkan banyak momentum‑momentum baru tak terbendung. Momentum baru itu biasanya yang melahirkan banyak energi baru bergerak maju mendapat banyak hal baru yang BEYOND! ⁣
⁣
ā£ā€œIf you have a strong purpose in life, you don’t have to be pushed. Your passion will drive you there.ā€ Roy T. Bennett

Bacanya Pelan Pelan

Warning; Bacanya pelan‑pelan ya

Belajar dari Model Paradigma Perubahan, API. Banyak banget belajar bagaimana membedakan apa itu Proses Bisnis, Model Bisnis & Enablers? bagaimana merancang perubahannya yang baik. ⁣
⁣
Model ini menggambarkan bagaimana mengawinkan Taktik, Operasi & Strategi, yang ternyata akan melahirkan pemahaman keterpaduan apa saja yang perlu dilakukan & siapkan untuk melahirkan perubahan.⁣
⁣
Apa yang perlu dilakukan? Merancang taktik, operasi & strategi!⁣
⁣


Taktik adalah serangkaian tindakan untuk melahirkan produk yang menjadi solusi bagi kebutuhan. Ingat, SOLUSI yaa. Taktik kemudian dilanjutkan jadi Operasi, menerjemahkan bagaimana solusi dibumikan. ⁣
⁣
Irisan Teknik & Operasi melahirkan kebutuhan siapa yang akan tampil sebagai Enablers? Agent of change yang mampu menerjemahkan keinginan menjadi proses operasi. Maka menumbuhkan simpul‑simpul perubahan menjadi penting, tak dapat dipotong prosesnnya, tumbuhkan!⁣
⁣
Operasi diterjemahkan dengan startegi yang baik, agar terwujud sesuai visi semula. Irisan antara Operasi & Strategi adalah Proses Bisnis, diukur perkembangannya KPIs
⁣
Proses Bisnis mengikuti Staregi, biasanya ini akan mengawal tiap inisiatif bergerak selaras dengan goalsnya, biasanya kami menggunakan Objective Key Results (OKRs) untuk memastikan selaras dengan goals yang diinginkan.⁣
⁣
Sedangkan taktik & strategi dijabarkan dengan Model Bisnis. Dengan Model Bisnislah, kita jadi paham bagaimana eksekusi (sekaligus mengukurnya) & sumber daya apa saja yang diperlukan (Resources). ⁣
⁣
Dalam irisan‑irisan tsb, maka akan timbul tiga aspek yang penting untuk melakukan proses transformasi, ⁣
1) People (Enablers) ⁣
Menghadirkan para pemberdaya agen perubahan, ⁣
⁣
2) Proses Business (Proses) ⁣
Menghadirkan kemajuan diukur dengan angka‑angka kuantitatif kemajuan⁣

3) Business Model (Transformasi) ⁣
Menghadirkan kematangan, proses transformasinya diukur secara kualitati.⁣
⁣
Jika dilhat keseluruhan, proses ini mengawinkan 2 teknik berpikir yang saling melengkapi 1) Design Thinking pada sisi Taktik, Startegi & Model Bisnis , 2) Critical Thinking pada sisi Operasi, Strategi & Proses Bisnis!⁣

The Jobs To Be Done

Karena memang saat ini pelanggan susah dimengerti kadang‑kadang kita bertanya ā€œMemangnya mereka pengennya apa sih? sampai jualan aja susah, mereka tuh maunya apa?

Sebuah teori yang dulu merujuk pada Persona, biasanya membawa kita untuk selalu memahami satu individu tertentu tapi lupa melihat konteksnya. Terjebak fokus persona dengan apa saja kendala, kesukaannya, apa tren di lingkungannya seperti apa yang negatif apapun yang positif kemudian apa yang dia takuti atau apa yang diharapkan dari sisi pribadinya. Komponen‑komponen inilah yang selalu jadi pertimbangan bagaimana caranya agar kita benar‑benar memahami si pengguna produk.

Ternyata persona ga bisa berdiri sendiri, karena perlu dikaitkan dengan konteksnya, nah belajar konteks ini menjadi menarik. Salah satu teori yang memadukan antara Persona dengan konteksnya adalah ā€œThe Jobs To Be Done TJTBDā€


TJTBD menjelaskan bagaimana kita memandang sebuah produk ataupun solusi dari sudut pandang seorang konsumen menginginkan sesuatu untuk diwujudkan, bahasa singkatnya ā€œMengapa konsumen gunakan produk atau jasa kitaā€

Teori ini menarik! karena membahas tentang bagaimana kita memahami perilaku Pelanggan dari Kenapa, Bagaimana, apa inginnya dan apa kebutuhannya. Istilah menariknya seperti iniā€ People don’t buy products; ā€œthey buy better versions of themselvesā€ Didalamnya ada variable fungsi, sosial, main job to be done hingga image yang ingin dihadirkan.

Salah satu ilustrasi bagus adalah produk skateboard. orang bukan ingin saja membeli skateboard, tapi orang itu membelinya untuk melakukan hal‑hal yang luar biasa, experience baru yang bisa digunakan bukan skateboard.

Jadi dalam The Jobs To Be Done, kita bukan belajar tentang membuat produk saja, tetapi memadukan antara konteks solusi, produk dan outcomes, memahami ketiganya, bukan sekedar produknya.

Contoh lain adalah, ketika kita lihat konsumen yang potensial kemudian kita menjual kamera, maka sebenarnya yang kita jual adalah Kemungkinan mereka dapat melakukan banyak pengalaman baru dengan kamera yang kita jual!

Selamat belajar!

6E Design Thinking

Guys! Istilah baru nih dalam #DesignThinking , jika selama ini kita belajar 6 tahapannya, ada istilah lain nih selain tahapan Observe, Define, Ideate, Prototype, Storytelling & Test yakni 6E & tools apa aja yang bisa jadi bahan buat belajarnya?⁣
⁣

1. Emergence.⁣Kemampuan mengidentifikasi kesempatan. Tools belajar untuk mengeksploitasi langkah ini bisa melalui riset media, observasi tren, bikin matrix atas tren yang terjadi, buat papan inspirasi, mindmap & belajar menuliskan ā€œintent statementā€ā£
⁣
2. Empathy, pada titik ini kita belajar menguatkan kapasitas berpikir kontekstual yang lebih baik. Melatih empati bisa dilakukan dengan membuat stakeholder map, wawancara, persona Canvas, peta empati, moodboard hingga journey mapā£ā¤ļø
⁣
3. Experimentation, ini adalah ā€œGroan Zoneā€, jangan buru‑buru ambil kesimpulan, kumpulkan teman, cari aneka sudut pandang. Saatnya menghasilkan aneka ide baru & kembangkan konsepnya! Untuk mengembangkan keterampilan tim agar bisa lebih eksploratif, coba deh beberapa tools seperti brainwriting, insight clustering, konfrontasi semantik, analogi dll⁣
⁣
4. Elaboration, tahap ini kita mengelaborasi & menguji langsung dengan beragam materi & solusi semantik dengan memaknai lebih dalam hubungan yang terjadi di dalamnya. Mengembangkan DT memang selalu menyenangkan, salah satunya adalah bagaimana mengembangkan kemampuan elaborasi yang bisa dilakukan dengan berlatih roleplay, rapid prototyping, matriks evaluasi, blueprint & pilot Testing
⁣
5. Exposition, mengkomunikasikan konsep‑konsep baru dan solusi yang dihasilkan dari proses sebelumnya. Komunikasi kerap kali jadi masalah dalam tim, oleh karena itu latihlah menggunakan Storyboard, ilustrasi konsep, membuat pernyataan visi, membuat purwarupa, presentasi hingga memvisualiasikan model bisnis jadi tantangan!
⁣
6. Extension, mengimplementasikan konsep pada kondisi nyata, mengobservasinya, mengembangkan & menumbuhkannya. Nah langkah terakhir, kamu bisa belajar dengan menggunakan peta implementasi, media print atau digital, membuat kuesioner, umpan balik & membuat roadmap!⁣
⁣
Banyak yaa bahan belajarnya, santai aja yang penting berprogres! Selamat belajar!⁣ #agilitytransformation