Tacit knowledge, pengetahuan yang tak secara eksplisit terkemukakan, biasanya berada kepala-kepala individu dengan segudang pengalaman sehingga Ia memiliki keluasan ilmu seiring pengalamannya. Hanya saja pengetahuan ini bisa jadi tak tertuliskan, atau tak dapat diuji kesahihannya untuk direplikasi di tempat atau konteks lainnya. ā£
ā£
Pada satu waktu pengalaman-pengalamannya yang kaya ini akan hilang seiring waktu tak terterjemahkankan pada media-media literasi dimana pengetahuannya diperlukan lebih luas lagi.ā£
ā£
Sebuah energi tersendiri, terutama yang sangat suka berperan menjadi pendidik, salah satunya adalah bagaimana untuk mampu memproduksi pengetahuan. ā£
ā£
Jika profesi dan peranan lain banyak melakukan upaya produksi beragam hal fisik atau pun jasa yang disampaikan pada khalayak konsumennya, peranan pendidik yang penting selain menyampaikan pengetahuan adalah juga kemampuannya memproduksi pengetahuan dan membumikannya, kemudian diedarkan luas melalui beragam jurnal ilmiah sehingga menjadi banyak rujukan penelitian lain dalam upayanya mengembangkan pengetahuan lebih luas lagi. ā£
ā£
Kedepan kemapuan ini tidak lagi ekslusif pada Guru dan Dosen, setiap individu memiliki peranan untuk memproduksi pengetahuan, yang tentunya memiliki bahan baku.ā£
ā£
JIka kamu di bangku kuliah belajar banyak tentang metodologi, kekuatan metodologi ilmiah akan menjadi sebuah bekal penting agar kita memiliki kapasitas memproduksi pengetahuan hingga dapat direplikasi ditempat lain membawa manfaat lebih luas menjadi amal jariah yang tak pernah padam.ā£
ā£
Era Tsunami Digital saat ini, kita banyak menemukan pengalaman baru, sangat baru! kebaruan ini adalah ilmu-ilmu baru sesungguhnya, tinggal bagaimana kita mampu mencerna fenomenanya, menuliskan pengetahuan barunya dan bermanfaat bagi khalayak ramai. ā£
ā£
Semakin banyak perubahan semakin banyak kesempatan untuk menuliskannya menjadi pengetahuan bermanfaat apalagi dengan bahasa yang mudah dimengerti banyak orang.ā£
ā£
Membahasakan dengan bahasa sehari-hari agar riset mudah dipahami adalah tantangan besar, buat saya terutama š namun saya coba memberanikan diri membumikanya dengan laman dwiindrapurnomo.id, selamat berselancar!ā£šš»āāļø
ā£
Fuzzy Front End
Seringnya bertemu Mang Roiz & Kang Indra, kawan dekat yang seringkali mengerjakan project IOT bareng, selalu dekat dengan kata ā iterasiā. ā£ā£ā£
ā£ā£ā£
Diawal sebuah project sering kali merasa sungguh berantakan, tidak jelas & berat. Hal ini ternyata memang lazim terjadi, fase dinamakan sebagai āFuzzy Front Endā. yeaay! artinya kita ga aneh2 amat dong selama ini! ā£ā£ā£
ā£ā£ā£

Fase memusingkan adalah awal baik dalam sebuah proses inovasi, apalagi jika dikelola baik! Berkaca dari beberapa proses menghilirkan riset menjadi implementable & memberikan dampak, beberapa kejadian ini tampak serupa polanya. ā£ā£ā£
ā£ā£ā£
Pagi ini saya mencari literatur yang merujuk apakah fase kusut diawal project ini memiliki dasar teoritisnya? Apa saja titik kritisnya hingga bisa berhasil? Ah ternyata ada 17 faktor bagaimana fase ini agar berhasil dikonversi menjadi pengetahuan & keberhasilan (Henrik FlorĆ©n). ā£ā£ā£
ā£ā£ā£

1. Coba saja gagasan yang visioner!
2. Bumikan agar memungkinkan dieksekusiā£ā£ā£
3. Perbaiki idenya & pilah-pilah gagasannya
4. Libatkan konsumennya dari awal
5. Ekplorasi data dengan tim & tetap libatkan konsumennya
6. Kerjasama tim lintas fungsi yang kompak
7. Libatkan juga senior / atasan
8. Pre tes dulu teknologi yang akan digunakan
9. Selaraskankan dalam strateginya
10. Definisikan produk dengan baik
ā£ā£ā£11. Kerja sama eksternal agar dapat insight yang bagus
12. Belajar dari pengalaman tim
13. Prioritaskan proyekā£ā£ā£nya
14. Hadirkan manajemen proyek & manajer proyek
15. Tumbuhkan budaya organisasi yang kreatifā£ā£ā£
16. Cross-functional team!
17. Renacanakan portofolio produk!
ā£ā£ā£
Kondisi fuzzy ini selalu hadir, tinggal komitmen berproses melaluinya, bukunya Kevin Duncan “Smart Thinking” menuliskan ā£āThe Fuzziness never really leaves as long as you are attempting to do something newā.ā£ā£ā£
ā£ā£ā£
fase pusing itu selalu ada, kecuali memilih hal-hal āBusiness as usualā aja. Jadi jika menemukan kesulitan santai aja!⣠Budaya kreatif terbaik adalah melatih untuk terbiasa nyaman pada aneka ragam ambiguitas.
Innovation Matrix
Apa itu ekosistem inovatif, makhluk apa ini?ā£
ā£
Pernah dengar kata kolaborasi kan? Paling mudah mengemukakannya, hanya memang menantang tak semudah membalikkan tanganš Ada proses panjang menumbuhkannyaš“
ā£
Sering kali kita juga gontokāgontokan merasa paling unggul di wilayahnya masingāmasing. Merasa paling maju dibidang keilmuannya, paling hebat teknologinya, paling keren solusinya atau hebat karena memiliki talentaātalentanya unggul.ā£
ā£

Pendekatan Inovasi Itu dapat dibagi menjadi 4 wilayah & bisa jadi ide kamu ngga jadiājadi solusi & kenyataan karena ternyata kita hanya fokus pada salah satunya saja. Wilayah itu meliputi ā£
ā£
1) Kecerdasan, menyangkut kemampuan berpikir & analisa serta kemampuan memahami realitas, ā£
ā£
2) Teknologi mencakup pendekatan & teknologi seperti alat, digitalisasi, metode, data sehingga memungkinkan sebuah inovasi dilakukan,ā£
ā£
3) Solusiāsolusi, menyangkut penguasaan methodologi, pendekatan baru serta tools yang membantu pada proses āreality shapingā & ā£
ā£
4) Talenta, berfokus pada bagaimana memobilisasi para talentaātalenta potensial mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kesiapan timnya untuk membuat perubahan dengan mengadopsi caraācara belajar paling cocok untuk diberdayakan dengan meningkatkan kapasitasnya.ā£
ā£
Keempat wilayah tersebut ternyata memiliki irisannya š§Jika ditelaah irisan kolaborasi ini menitikberatkan pada kemampuan kita untuk menguasai berbagai keterampilanā kolaboratif yang sudah tidak bisa dihindarkan lagiš„³
ā£
Nesta 2018 dalam tulisannya mengungkapkan kemampuanākemampuan ini meliputi; ā£
1) menyelenggarakan inovasi yang terbuka,
2) perkembangan yang positif, ā£
3) open making policy,ā£
4) action research,ā£
5) System thinking, ā£
6) kegiatan trandisipliner, ā£
7) Design Thinking, ā£
8) Human Centered Design, ā£
9) Living Labs,ā£
10) Service Design, ā£
11) UX Design & ā£
10) transformasi digital. ā£
ā£
Hal inilah yang menjadi kunci kemampuan kolaborasi interdisipliner kita, nyawa utama kolaborasi. Yuk belajar lagi!ššš #agilitytransformation
Menjadi Abduktif
Masa menantang era Pandemik, untuk entrepreneur ini jadi kawah candradimuka berlatih ketahanannya. Jika ada pertanyaan kapan akan pulih lagi? Banyak riset menunjukkan bahwa saat normal itu masih panjang. Data usaha yang tutup semakin tinggi, tak terperhatikan, larut dalam naiknya jumlah penderita Covidā19. Beberapa negara bahkan secara resmi mengatakan dalam resesi. Usahaāusaha bergelimpangan, bagi yang timnya masih utuh, berjalan & ditemani ekosistem positif, beruntung sekali kalian.ā£
ā£
Saat sulit akan selalu hadir seiring dinamikanya, datang dengan beragam konteks seiring tumbuh. Ada rasa syukur dibalik ini, belajar lebih banyak tentang empati, kesempatan, berbagi kebaikan hingga mengumpulkan kekuatan kreatifitas tentang bagaimana mencapai sebuah goals dengan cara yang ādipaksaā berbeda.ā£

ā£Sebuah hasil akan diracik dengan variabel yang beragam, apa yang dilakukan & bagaimana melakukannya. Dalam teori Kees Dorstā reasoning pattern ada 5 pendekatan logika.ā£
ā£
1. Ideal. Kebanyakan kita diajari berpikir linear, tau apa yang dikerjakan, tau cara & tau seperti apa perdiksi hasilnya. Umumnya terjebak dengan cara pikir linear ini, sayangnya banyak variabel tak ideal karena kehilangan salah satu “what”, “how” atau “hasilnya”.ā£
ā£
2. Logika Induktif. Ini mulai banyak terjadi, seiring perkembangan jaman. Hal & cara yang sama dilakukan masa lalu belum tentu sama hasilnya sekarang. Saatnya bereksperimen! Berlatih kemampuan lateral. Coba aja dulu!ā£
ā£
3. Deduktif. Tau apa & tau yang dihasilkan, tapi belum tau caranya. Disinilah pentingnya āSlow Thinkingā cari cara baru penting jadi kebiasaan baru, cara lama bisa jadi sudah usang.ā£
ā£
4. Abduktif. Kamu tau apa & cara yang diinginkan. Tapi ga tau sumber dayanya. berlatih melihat sekeliling. Contoh; tidak selalu dimulai dengan uang, kemampuan melihat potensi sekeliling bisa dilatih untuk menangkap momentum & memulainya.ā£
ā£
5. Abduktif II. Ingin sesuatu, tapi ga tau sumberdaya & caranya. Disini pentingnya ekstra slow thinking. Ketiadaan What & How bukan berarti menjerumuskan pada kegagalan, tapi ini adalah wadah yang kaya untuk belajar mencari What & membangun keterampilan How. ā£
ā£
Tetep istiqomah yaa
#agilitytransformation
Being Critical Vs Creative
Salah satu 21st Century Skills adalah kemampuan bepikir kritis, semalam ketika #unpadkokgitu trendingš saya menyikapinya sebagai media belajar bagi mereka, belajar dalam menyampaikan pemikirian kritisnya. Namun, bagi kampus hal ini juga menggugah pemikiran tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan kampus untuk melatih lagi kapabilitas berpikir kritis civitasnya.ā£š¤øšæāāļø
ā£ā£
Merujuk literatur, āCritical thinking is the ability to think clearly & rationally about what to do or what to believe. It includes the ability to engage in reflective and independent thinking. Someone with critical thinking skills is able to understand the logical connections between ideasāā£ā£š
ā£ā£
Sudah banyak dibahas bagaimana semestinya kampus membuat anakāanaknya terlatih kemampuan berpikir kritisnya, namun rasanya ada yang kurangš§ Ketika kritis pada aspek tertentu namun tak menawarkan cara bersolusi kreatif, terjebak luapanāluapan hasil Fast Thinking yang membawa gelombang masalah baruš¤Æ
ā£ā£
Berpikir kritis, sebuah kemampuan menilai sesuatu menggunakan logika & hasil risetnya untuk mengambil keputusan yang baik, hanya saja kita perlu memperkayanya.
ā£ā£
Mengapa saya katakan ada perlu diperkaya? Karena sebuah pemikiran kritis perlu dilengkapi dengan solusi, hingga individu hadir juga dengan solusiš¤©
ā£ā£
Bersolusi juga ada ilmunya, ada skillsnya, salah satunya āCreative Thinkingā kemapuan bergagasan, ideasi, mengkomunikasikannya hingga mengeksekusinya dengan baik.ā£ā£
ā£
Doyle, 2020 menuliskan, āCreative thinking is the ability to consider something in a new way. It might be a new approach to a problem, a resolution to a conflict between employees, or a new result from a data setāā£
ā£
Yuk, kita sandingkan, Critical & Creative Thinking kamu, hingga lengkaplah anak bangsa sebagai individu yang tidak hanya pintar, namun juga cerdas!ā£ā£ā
ā£
Jangan menjadikan generasi ini kaya akan kritik, tapi miskin solusi. Masih banyak waktu kita belajar aneka tools seperti juga terkait berpikir kreatif, melatih diri mengolah insight menjadi solusiāsolusi layak eksekusi.ā£ā£ Peer panjang dunia pendidikan, saatnya bangun bersama. PR besar kampus š
ā£ā£
Yok hadir bawa solusi, kapan mulai bersua berlatih lagi? š
Berenang di Laut Biru
Blue! Era covid ini memang menantang. Bagi yang bertahan menekuninya pasti berujung dengan banyak insight, ide & bergegas mengurai ide gilanya jadi kenyataan. Era dimana banyak hal dengan kebiasaan baru mengundang banyak energi untuk segera melompatš¤øāāļø
ā£
Mengingatkan pada prinsip Red Vs Blue Ocean. Bagi yang sering kali menggunakan pendekatan Blue Ocean, secara otomatis dalam pemikirannya muncul ragam ide membuat jenisājenis baru pasar. Dalam kesehariannya sudah biasa terlatih menjadi kreatif menciptakan jenisājenis permintaan baru & tak habiskan energi untuk selalu berkompetisiš¤Æ
ā£
Berbeda dengan yang selama ini memahami bahwa pasar selalu harus ditaklukan lewat kompetisiāRed Ocean, memenangkan pangsa pasar yang sudah ada. Saat in saat yang tepat exercise untuk usaha jenis ini untuk lompat ke lautan biru, melatih kreatifitasnnyaš
ā£
Menerapkan prinsipāprinsip penting konsep Blue Ocean jadi pas untuk kembali memformulasikan lagi strategi & eksekusinya. Yuk kita latih menerapkan prinsipāprinsip dasar Blue Oceanš
ā£
1. Rekonstruksi kembali batasan pasar, caranya bisa dengan memetakan kembali beragam alternatif, halāhal strategis, kelompok pembeli, produk komplementer, fungsi, emosi, orientasi & waktuāļø
ā£
2. Fokus pada Big Pictures, jangan pada angka ya! Coba buat visualisasi rencana perubahan. Gambaran insipratif tentang bagaimana mencapai, strategi, komunikasi visual serta peta strateginyaš
ā£
3. Market Sizing & takar resiko, istilahnya āreach beyond existing demandā Coba tantang praktik2 konvensional, konsolidasikan permintaan dengan fokus pada 3 Tiers of Non Consumers seperti 1) āSoonātoābeā, 2)āRefusingā & 3)āUnexploredā. Eksplorasi tiga lapisan non konsumer ini mendatangkan banyak insight baruš
ā£
3. Merumuskan tahapan strategi yang tepat. Buat value creation baru, petakan utilitas pembeli, ciptakan koridor harga & target biaya berdasarkan margin yang diinginkan, serta hambatan apa yang sekiranya akan muncul didepanš¢
ā£
4. Atasi beragam hambatan dalam organisasi. Kuatkan leadership, atasi hambatan kognitif, sumberdaya, motivasi & politis. Secara lebih jauh bagaimana eksekusi dapat dilakukan dengan meningkatkan proses yang menghasilkan outcomes.ā£š»
Semangkuk Bakso Ide
āGuys, Kerja mulu! main sanaaā¦ā ini sering sekali diutarakan pada tim. Main ini artinya berpetualang menemukan insightāinsigh baru, meredakan tensi pekerjaan dan mengeluarkan gagasan dengan baik dan lebih kaya karena bertemu dengan ideāide lain dari sudut pandang berbeda.
āGuys sini ngobrol, sibuk kerja mulu!ā
Kalimat ini juga kerap dilontarkan, tampaknya anakāanak ini senang bekerja serial šš dilain hal padahal mereka orangāorang yang umumnya bisa multi tasking juga. Ngobrol itu penting! jangan cuma rapat tentang kerjaan aja ngobrolnya. Dalam obrolan kerap kali banyak hal tersingkap banyak titikātitik pembuka untuk menjadi paham latar belakang pemilkiran seseorang sehingga paham konteksya lebih luas.
āGengs, hayu makan bakso..ā Hahah ini juga sangat frekwentif dilakukan. Topik ini buat berlatih mencicipi resep sekaligus berlatih ācustomer journeyā yang sesungguhnya. Belajar sesungguhnya bahwa experience adalah Value Proposition terbaik. Diluar itu perjalanan menuju warung bakso adalah keadaan otak paling relaks karena isi kepala diisi dengan bayangan akan bakso yang nikmat. Nah disini lah kita bisa masuk menyelipānyelipkan pesan yang sarat makna dengan mudah karena suasana yang menyenangkan.
āGuys, udah sampe mana, ada yang bisa dibantu?ā Walau ditengah kesibukan padat rehat menghampiri kawan tim di meja atas dan menawarkan bantuan adalah salah satu cara rehat yang baik loh. Artinya, kita beralih dari topik yang memuncak, skip dl beralih membantu orang lain. Switching ini juga baik dilakukan, karena kepala kita diarahkan untuk beralih singkat dengan niat āmembantuā menawarkan ākebaikanā salah satu cara refresh otak bekerja, tapi harus ikhlas yaaa sungguhāsungguh. kebiasaan ini juga akan membawa perubahan kultur bekerja yang makin baik, karena engagementnya makin kuat!
āGengs hayu solat bareng!ā Air wudlu & perbincangan kala usai berjamaah ketika memasang sepatu kembali biasanya juga medatangkan ideāide baru yang tak diduga. Walau duduk setengah jongkok, obrolan ringan biasanya malah membawa gagasan besar, hayu eksekusiii!
Jeda itu macamāmacam bentuknya, tak usah yang rumitārumit selagi membiasakannya.
Lateral Thinkers
Merasa berbeda karena nilaiānilainya tampak tak terwadahi dalam ukuranāukuran konvensional sebenarnya kerap kali terjadi. Kerap juga terjadi ketika kreatifitas dipaksakan diukur dengan caraācara konvensional, sudah pasti tak terwadahi. Apalagi ukuran penilaiannya dibuat dari sudut pandang vertikal. Kreatifitas itu lateral, tak mungkin diukur vertikal. Jika dipaksakan juga semakin banyak anakāanak kita yang tersingkir merasa ābodohā karena dipaksakan dinilai dengan alat ukur yang tak relevanš
Menjadi kreatif adalah sebuah usaha untuk tetap relevan dengan jaman, begitu pula dengan pemikirannya, untuk menjadi inovator yang tidak berhenti pada sebuah titik inovasi yang dibuatnya namun dapat melompat melahirkan inovasiāinovasi baru. Jangan berhenti menemukan pola baru karena terjebak pola lama yang sempat menjadi “best practice” pada masanya yang tak lagi relevan pada konteks jaman yang berbedaš
Pendekatan #LateralThinking, kami bahas hari ini bersama The British Council dalam bahasan tentang Growth Mindset. melatih kemampuan berpikir lateral adalah salah satu cara menumbuhkan Growth Mindsetš¤øšæāāļø. Hal ini sangat bisa dilatih dengan berbagai macam cara., antara lain;
1. Buka pintu seluasāluasnya berbagai kemungkinan.
2. Coba ekseskusi ide & peroleh insight darinya, lompat lagi pada ide lainnya.
3. Fokus pada pergerakan bahwa ide itu bertumbuh.
4. Selalu cari perspektif lain, belajar menyimak, beranikan diri untuk mendengar halāhal yang berbeda dari sudut pandang lain.
5. Asah lagi kemampuan nalar dengan pertanyaanāpertanyaan yang provokatif menantang.
6. Cari aneka cara baru setiap menyelesaikan sebuah pekerjaan, hatiāhati terjebak pola yang tak disadari kita menggunakan pola yang sama dalam waktu lama.
7. Coba dulu halāhal yang relevan & tidak, belajar menempatkannya dengan konteks berbeda. Siapa tau perbedaan konteks akan membawa sebuah hal irrelevant menjadi relevan!
8. Jangan ragu buka pemikiran & memperoleh beragam peluang, banyakābanyaklah bertanya!
9. Di dunia nyata pasti banyak batasan, tapi ingat bahwa kreativitas itu tanpa batas! Begitu kita mengenal keterbatasan, disitulah sebenarnya kita mulai menyerah untuk tetap kreatif.š„š„
Vertikal X Lateral

Pertentangan cara berpikir memang kerap kali timbul, entah ditempat bekerja atau tempat lainnya.⣠Punya cara berbeda kerap kali dicap salahš§
ā£
Kemampuan berpikir kerap kali dilatih di institusi pendidikan selama ini dengan kemampan berpikir vertikal, mengikuti polaāpola baku & merujuk pada satu atau beberapa cara saja yang dianggap benar atau biasa dilakukanš¤
ā£
Tak heran lembaga pendidikan justru menjadi lembaga menjadi penyumbang terbesar melahirkan pemikiranāpemikiran berpola lama dan tak kreatif (de Bono, 2010)ā£
ā£
Ketika setiap kelas diarahkan untuk mengasah hanya pada kemampuan berpikir konvergen, memilih alternatif yang ada, tidak menyeimbangkan dengan membuka pemikiran divergen, yakni mengembangkan anakāanak didiiknya untuk mengembangkan wawasan menemukan berbagai alternatif baruš¤Æ
ā£
Pada awalnya mungkin kita adalah seorang pembelajar, hingga pada satu titik kita merasa bisa & berhenti mendengar. Pada titik inilah kita mulai tak sadar bahwa kita kehilangan kemampuan berpikir kreatif. Atau memang dari awal kita tak pernah belajar membuka peluang halāhal baru masuk pada kepala kita, apalagi jika kita berada di suatu tempat bekerja dalam jangka waktu lama tak terasa lupa membuat lingkaranālingkaran pertemanan baru.š¤©
Terhentinya input baru pada cara pandang & kerja kita inilah, yang menyebabkan makin kuatnya Vertical Thinking kita, makin jauh dari kemampuan berpikir lateral / kreatif. Pengalamanāpengalaman, teman, ilmu, sumber daya & titikātitik baru yang ditemui akan memperkaya referensi melahirkan sebuah solusi baru inovatif kala yang lain terjebak pada jalan buntu tak menemukan jalan keluar karena pola lama tak memungkinkan keluar alur dimana kreatifitas justru memperkenankan alur baru yang tak diduga jalannya, bahkan diakhir solusi, hal diluar dugaan akan terjadi melebihi harapanš
ā£
Kemampuan berpikir lateral kerap berbenturan dengan birokrasi, karena birokrasi kerap kali diturunkan dari cara berpikir vertikal. Mengutamakan cara yang sama ketimbang tujuannya. Berbeda dengan cara lateral, cara baru justru bebas dilakukan hingga goals tercapai & menghasilkan halāhal beyond tanpa melanggar prinsipāprinsip fundamentalnyaš
Ngga Semua Kreatifitas Itu Berwujud Produk
Awalnya sering bingung/mider bergaul dengan para penggiat kreatif, karena kawanākawan luar biasa ini hadir dengan produk2 kreatif yang keren! Apalagi pemerintah juga kerap kali mengkotak2an kreatifitas dengan 16 subsektor kreatifnya. Terus saya bertanya, “saya dimana ya?” Tak satu pun masuk ke dalam pilarāpilar ini, ga ada! Artinya golongan saya ga kreatif dong? ā£š§
ā£
Padahal kreatif itu tak perlu selalu berpola, bahkan kreatifitas biasanya keluar dari pola yang ada, namun impactānya besar. Orangāorang kreatif tak melulu perlu diidentifikasi dengan halāhal fisik, tapi juga halāhal non fisik seperti pemikiran yang mendatangkan paradigma & cara baru menuju sebuah tujuan muliaā¤ļø
ā£
Kerap juga dikotomi kreatifitas & inovasi dikaitkan dengan barang visual canggih, terlihat kasat mata! Pemikiran kerap kali tak dirasa sebagai produk kreatif. Bahkan beberapa program pemerintah selalu meminta āmana produknya?ā literally produk yaa! āProduk kami pemikiran pak!ā “Oh gitu, maaf ga bisa ngga ada slotnya!”ā£š¤·āāļø
ā£
Penggiat kreatif hadir sesungguhnya karena kemampuannya berpikir kreatif, seperti dikemukakan dalam bukuābuku Edward deāBono yang mengungkapkan banyak hal tentang Lateral / Creative Thinking. Pemikirannya mengungkapkan mengapa kerap kali seorang kreatif memiliki optimisme tinggi & jika bergagasan memecahkan masalah punya cara yang berbeda yang tak diduga! Menemukan pola yang keluar dari pola tradisionalš
āāļø
ā£Saya gemar sekali dengan #LateralThinking ini, konsep yang menjawab mengapa seseorang kreatif memiliki cara memecahkan masalah menggunakan pendekatan tak langsung & kreatif melalui penalaran yang tak terburuāburu, “Slow Thinking” istilahnya. Melatih kepalanya meraih ideāide yang mungkin tidak dapat diperoleh hanya dengan menggunakan pola logika tradisionalš
ā£
Cara berpikir ini beda dari pemikiran kritis yang merujuk pada ājudging the true value of statements & seeking errorsā, sedangkan berpikir lateral berfokus pada āmovement valueā dari sebuah pernyataan & ideš¤©
ā£
Biasanya Ia menggunakan pemikiran lateral untuk berpindah dari satu ide yang diketahui ke ide baru yang menghadirkan solusi. Besokābesok kita bahas lebih detail tentang ini ya! Tunggu yaa besokš