Jangan Pernah Bingung!

Kerap mengatakan ini pada kawan-kawan, kalimat ini sebaiknya mulai beralih pada kalimat “Bagaimana caranya?” Atau “Yok kita bergagasan cari jalan keluarnya”

Atau juga kerap kita terjebak dengan melontarkan kata “sulit!” yang sesungguhnya yang perlu kita lakukan adalah beberapa tahapan yang menjadi ihktiar membukakan berbagai solusi.

  1. Memanjangkan horison waktu, kesulitan timbul karena kita tak memberikan keleluasaan waktu yang panjang, memberikan waktu untuk menguraikannya. Kebingungan juga muncul karena seolah-olah hal yang menantang perlu diselesaikan dengan sempurna kala itu juga.
  2. Meninggikan pijakan berpandangan, dengan ini kita dapat melihat padangan yang lebih luas, memahami masalah menjadi lebih utuh.
  3. Memperdalam wisdom, pada aspek ini percaya pada gagasan besar, mimpi dan trust akan menjadi pijakan pada hal-hal yang belum pernah terjadi, hingga proses perbaikan terus menerus dapat dijalankan. Kesalahan bukan hal yang ditakuti, melainkan proses memvalidasi hasil yang akan semakin baik dikemudian hari.
  4. Mempertajam cara berpikir dengan melatihnya dengan beragam kontekstualisasi. Membingkai permasalahan dengan ruang dan waktu, hingga pandai memilah sesuai konteksnya.

Panjangkan horisonnya,
Tinggikan pijakan-pandangnya,
Dalamkan wisdomnya,
Tajamkan kontesktualisasinya.

Selamat berproses!

8 Tahap Creative Confidence

Kreatifitas ga sebatas pada hal-hal artistik, kreatifitas adalah tentang bagaimana menggunakan imajinasi untuk mencipta.

Dalam bisnis, kreatifitas memanifestasikan dirinya sebagai inovasi yang mendatangkan perubahan. Seberapa percaya pada kemampuan diri untuk mencipta perubahan ini dinamakan “Creative Confidence”


8 tahap Creative Confidence dari bukunya Tom & David Keley adalah sbb;

1.Flip!
(From Design Thinking to Creative Confidence)
Design Driven Innovation bermula dari empati, pintu masuk inovasi, menghubungkan dengan kebutuhan, keinginan & motivasi user untuk menginspirasi & menghadirkan ide-ide segar kemudian cepat menguji-coba & iteratif.⁣

2.Courage!
(From Fear to Courage)⁣
Takut gagal adalah faktor penghambat utama pembelajaran dalam mendapatkan keterampilan & tantangan baru.

3.Spark!
(From Blank page to Insight)⁣
Mengasah cara berpikir untuk mampu mendapatkan insight, menghubung-hubungkannya, mereframingkannya & membangun jejaring pendukungnya.⁣

4.Leap
(From Planning to Action)⁣
Stop wacana & mulailah beraksi. Ga semua tiba-tiba sempurna, tapi komitlah pada perbaikan yang cepat & berkelanjutan. “Action catalysts”nya bisa berupa meminta bantuan, tekanan dari pihak lain & feedback.⁣

5.Seek!
(From Duty to Passion)⁣
Kamu perlu merasakan passion, purpose & meaning dalam apapun yang kamu lakukan. ⁣

“When people go for the heart — when they seek out passion in their work — they can tap into and unleash inner reserves of energy & enthusiasm”

6.Team
(Creatively Confident Groups)⁣
Untuk membuka potensi kreatif kita perlu tim, kombinasi leadership, aktivitas & coaches , kebebasan berkreasi & menggabungkan perbedaan tapi saling melengkapi dalam suasana menyenangkan.⁣

7.Move
(Creative Confidence to Go)⁣
Banyak banget tools yang bisa digunakan, spt empathy map, mindmapping, notetaking, speeddating, user journey, ideasi dll.⁣

8.Next
(Embrace Creative Confidence)⁣
Bereksperimenlah dengan pengalaman, Kelilingi dengan jaringan yang mendukung, Jelajahi komunitas dengan aneka Inovasi terbukanya, embarce diri untuk selalu belajar.⁣

Langkah2 ini layak dicoba agar semakin percaya diri bahwa perubahan itu bisa terwujud⁣!

Selamat mencoba!

Kreativitas nyentrik?

Kreativitas memang tak terbatas nyentrik. ⁣⁣⁣
Kreativitas justru memadukan banyak hal dalam menghadirkan solusi bagi banyak permasalahan. Kreativitas juga memberikan pemikiran-pemikiran bagaimana seharusnya sebuah solusi dihadirkan dan terjaga keberlanjutannya.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Keterbukaan berelaborasi adalah salah satu karakter penting yang membuatnya senantiasa menjadi kaya dan kuat. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Salah satu teori baru yang di tahun 2016, Krebs Cycle of Creativy yang ditulis Neri Oxman menjelaskan bahwa kita biasanya menganggap bahwa⁣⁣⁣
1. Seni untuk ekspresi, ⁣⁣⁣
2. Sains untuk eksplorasi, ⁣⁣⁣
3. Rekayasa untuk penemuan dan ⁣⁣⁣
4. Desain untuk komunikasi. ⁣⁣⁣


Dalam Siklus Kreativitas Krebs, Ia menjelaskan bahwa;⁣⁣⁣
-Sains-lah yang mengubah informasi menjadi pengetahuan; ⁣⁣⁣
-Rekayasa (Engineering) yang membantu mengubah pengetahuan menjadi utilitas; ⁣⁣⁣
-Desain mengubah utilitas menjadi perilaku dan konteks budaya; dan ⁣⁣⁣
-Seni mengambil konteksnya dan mempertanyakan persepsi kita tentang dunia.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Dalam artikelnya yang berjudul The Age of Entanglement terbitan perdana Journal of Design and Science (JoDS) oleh MIT Press pada tahun 2016 tsb, Ia membuktikan bahwa Neri sains, desain, teknik, dan seni saling terkait satu sama lain saat ini. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Empat ranah eksplorasi kreatif secara menarik dan mudah dipahami bagaimana visualisasi energi kreatif dalam The Krebs Cycle of Creativity. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Di balik teori ini terletak gagasan bahwa pengetahuan tidak dapat semata-mata dianggap berasal, atau diproduksi di dalam, batas-batas disiplin, tetapi harus terkait dengan disiplin ilmu yang berbeda. Berelaborasi!⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Ada keterkaitan antara sains, desain, teknik/rekayasa dan seni, di mana satu disiplin dapat mengubah yang lain.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Saatnya sungguh-sungguh berkolaborasi!

Tacit Knowledge

Tacit knowledge, pengetahuan yang tak secara eksplisit terkemukakan, biasanya berada kepala-kepala individu dengan segudang pengalaman sehingga Ia memiliki keluasan ilmu seiring pengalamannya. Hanya saja pengetahuan ini bisa jadi tak tertuliskan, atau tak dapat diuji kesahihannya untuk direplikasi di tempat atau konteks lainnya. ⁣

Pada satu waktu pengalaman-pengalamannya yang kaya ini akan hilang seiring waktu tak terterjemahkankan pada media-media literasi dimana pengetahuannya diperlukan lebih luas lagi.⁣

Sebuah energi tersendiri, terutama yang sangat suka berperan menjadi pendidik, salah satunya adalah bagaimana untuk mampu memproduksi pengetahuan. ⁣

Jika profesi dan peranan lain banyak melakukan upaya produksi beragam hal fisik atau pun jasa yang disampaikan pada khalayak konsumennya, peranan pendidik yang penting selain menyampaikan pengetahuan adalah juga kemampuannya memproduksi pengetahuan dan membumikannya, kemudian diedarkan luas melalui beragam jurnal ilmiah sehingga menjadi banyak rujukan penelitian lain dalam upayanya mengembangkan pengetahuan lebih luas lagi. ⁣

Kedepan kemapuan ini tidak lagi ekslusif pada Guru dan Dosen, setiap individu memiliki peranan untuk memproduksi pengetahuan, yang tentunya memiliki bahan baku.⁣

JIka kamu di bangku kuliah belajar banyak tentang metodologi, kekuatan metodologi ilmiah akan menjadi sebuah bekal penting agar kita memiliki kapasitas memproduksi pengetahuan hingga dapat direplikasi ditempat lain membawa manfaat lebih luas menjadi amal jariah yang tak pernah padam.⁣

Era Tsunami Digital saat ini, kita banyak menemukan pengalaman baru, sangat baru! kebaruan ini adalah ilmu-ilmu baru sesungguhnya, tinggal bagaimana kita mampu mencerna fenomenanya, menuliskan pengetahuan barunya dan bermanfaat bagi khalayak ramai. ⁣

Semakin banyak perubahan semakin banyak kesempatan untuk menuliskannya menjadi pengetahuan bermanfaat apalagi dengan bahasa yang mudah dimengerti banyak orang.⁣

Membahasakan dengan bahasa sehari-hari agar riset mudah dipahami adalah tantangan besar, buat saya terutama 😀 namun saya coba memberanikan diri membumikanya dengan laman dwiindrapurnomo.id, selamat berselancar!⁣🏋🏻‍♀️

Fuzzy Front End

Seringnya bertemu Mang Roiz & Kang Indra, kawan dekat yang seringkali mengerjakan project IOT bareng, selalu dekat dengan kata “ iterasi”. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Diawal sebuah project sering kali merasa sungguh berantakan, tidak jelas & berat. Hal ini ternyata memang lazim terjadi, fase dinamakan sebagai “Fuzzy Front End”. yeaay! artinya kita ga aneh2 amat dong selama ini! ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣

Fase memusingkan adalah awal baik dalam sebuah proses inovasi, apalagi jika dikelola baik! Berkaca dari beberapa proses menghilirkan riset menjadi implementable & memberikan dampak, beberapa kejadian ini tampak serupa polanya. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Pagi ini saya mencari literatur yang merujuk apakah fase kusut diawal project ini memiliki dasar teoritisnya? Apa saja titik kritisnya hingga bisa berhasil? Ah ternyata ada 17 faktor bagaimana fase ini agar berhasil dikonversi menjadi pengetahuan & keberhasilan (Henrik Florén). ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣

1. Coba saja gagasan yang visioner!
2. Bumikan agar memungkinkan dieksekusi⁣⁣⁣
3. Perbaiki idenya & pilah-pilah gagasannya
4. Libatkan konsumennya dari awal
5. Ekplorasi data dengan tim & tetap libatkan konsumennya
6. Kerjasama tim lintas fungsi yang kompak
7. Libatkan juga senior / atasan
8. Pre tes dulu teknologi yang akan digunakan
9. Selaraskankan dalam strateginya
10. Definisikan produk dengan baik
⁣⁣⁣11. Kerja sama eksternal agar dapat insight yang bagus
12. Belajar dari pengalaman tim
13. Prioritaskan proyek⁣⁣⁣nya
14. Hadirkan manajemen proyek & manajer proyek
15. Tumbuhkan budaya organisasi yang kreatif⁣⁣⁣
16. Cross-functional team!
17. Renacanakan portofolio produk!
⁣⁣⁣
Kondisi fuzzy ini selalu hadir, tinggal komitmen berproses melaluinya, bukunya Kevin Duncan “Smart Thinking” menuliskan ⁣”The Fuzziness never really leaves as long as you are attempting to do something new”.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
fase pusing itu selalu ada, kecuali memilih hal-hal “Business as usual” aja. Jadi jika menemukan kesulitan santai aja!⁣ Budaya kreatif terbaik adalah melatih untuk terbiasa nyaman pada aneka ragam ambiguitas.

Innovation Matrix

Apa itu ekosistem inovatif, makhluk apa ini?⁣

Pernah dengar kata kolaborasi kan? Paling mudah mengemukakannya, hanya memang menantang tak semudah membalikkan tangan🙌 Ada proses panjang menumbuhkannya🌴

Sering kali kita juga gontok‑gontokan merasa paling unggul di wilayahnya masing‑masing. Merasa paling maju dibidang keilmuannya, paling hebat teknologinya, paling keren solusinya atau hebat karena memiliki talenta‑talentanya unggul.⁣


Pendekatan Inovasi Itu dapat dibagi menjadi 4 wilayah & bisa jadi ide kamu ngga jadi‑jadi solusi & kenyataan karena ternyata kita hanya fokus pada salah satunya saja. Wilayah itu meliputi ⁣

1) Kecerdasan, menyangkut kemampuan berpikir & analisa serta kemampuan memahami realitas, ⁣

2) Teknologi mencakup pendekatan & teknologi seperti alat, digitalisasi, metode, data sehingga memungkinkan sebuah inovasi dilakukan,⁣

3) Solusi‑solusi, menyangkut penguasaan methodologi, pendekatan baru serta tools yang membantu pada proses “reality shaping” & ⁣

4) Talenta, berfokus pada bagaimana memobilisasi para talenta‑talenta potensial mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kesiapan timnya untuk membuat perubahan dengan mengadopsi cara‑cara belajar paling cocok untuk diberdayakan dengan meningkatkan kapasitasnya.⁣

Keempat wilayah tersebut ternyata memiliki irisannya 🧐Jika ditelaah irisan kolaborasi ini menitikberatkan pada kemampuan kita untuk menguasai berbagai keterampilan‑ kolaboratif yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi🥳

Nesta 2018 dalam tulisannya mengungkapkan kemampuan‑kemampuan ini meliputi; ⁣
1) menyelenggarakan inovasi yang terbuka,
2) perkembangan yang positif, ⁣
3) open making policy,⁣
4) action research,⁣
5) System thinking, ⁣
6) kegiatan trandisipliner, ⁣
7) Design Thinking, ⁣
8) Human Centered Design, ⁣
9) Living Labs,⁣
10) Service Design, ⁣
11) UX Design & ⁣
10) transformasi digital. ⁣

Hal inilah yang menjadi kunci kemampuan kolaborasi interdisipliner kita, nyawa utama kolaborasi. Yuk belajar lagi!🚀🚀🚀 #agilitytransformation

Menjadi Abduktif

Masa menantang era Pandemik, untuk entrepreneur ini jadi kawah candradimuka berlatih ketahanannya. Jika ada pertanyaan kapan akan pulih lagi? Banyak riset menunjukkan bahwa saat normal itu masih panjang. Data usaha yang tutup semakin tinggi, tak terperhatikan, larut dalam naiknya jumlah penderita Covid‑19. Beberapa negara bahkan secara resmi mengatakan dalam resesi. Usaha‑usaha bergelimpangan, bagi yang timnya masih utuh, berjalan & ditemani ekosistem positif, beruntung sekali kalian.⁣

Saat sulit akan selalu hadir seiring dinamikanya, datang dengan beragam konteks seiring tumbuh. Ada rasa syukur dibalik ini, belajar lebih banyak tentang empati, kesempatan, berbagi kebaikan hingga mengumpulkan kekuatan kreatifitas tentang bagaimana mencapai sebuah goals dengan cara yang “dipaksa” berbeda.⁣

⁣Sebuah hasil akan diracik dengan variabel yang beragam, apa yang dilakukan & bagaimana melakukannya. Dalam teori Kees Dorst’ reasoning pattern ada 5 pendekatan logika.⁣

1. Ideal. Kebanyakan kita diajari berpikir linear, tau apa yang dikerjakan, tau cara & tau seperti apa perdiksi hasilnya. Umumnya terjebak dengan cara pikir linear ini, sayangnya banyak variabel tak ideal karena kehilangan salah satu “what”, “how” atau “hasilnya”.⁣

2. Logika Induktif. Ini mulai banyak terjadi, seiring perkembangan jaman. Hal & cara yang sama dilakukan masa lalu belum tentu sama hasilnya sekarang. Saatnya bereksperimen! Berlatih kemampuan lateral. Coba aja dulu!⁣

3. Deduktif. Tau apa & tau yang dihasilkan, tapi belum tau caranya. Disinilah pentingnya “Slow Thinking” cari cara baru penting jadi kebiasaan baru, cara lama bisa jadi sudah usang.⁣

4. Abduktif. Kamu tau apa & cara yang diinginkan. Tapi ga tau sumber dayanya. berlatih melihat sekeliling. Contoh; tidak selalu dimulai dengan uang, kemampuan melihat potensi sekeliling bisa dilatih untuk menangkap momentum & memulainya.⁣

5. Abduktif II. Ingin sesuatu, tapi ga tau sumberdaya & caranya. Disini pentingnya ekstra slow thinking. Ketiadaan What & How bukan berarti menjerumuskan pada kegagalan, tapi ini adalah wadah yang kaya untuk belajar mencari What & membangun keterampilan How. ⁣

Tetep istiqomah yaa
#agilitytransformation

Being Critical Vs Creative

Salah satu 21st Century Skills adalah kemampuan bepikir kritis, semalam ketika #unpadkokgitu trending😂 saya menyikapinya sebagai media belajar bagi mereka, belajar dalam menyampaikan pemikirian kritisnya. Namun, bagi kampus hal ini juga menggugah pemikiran tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan kampus untuk melatih lagi kapabilitas berpikir kritis civitasnya.⁣🤸🏿‍♀️
⁣⁣
Merujuk literatur, “Critical thinking is the ability to think clearly & rationally about what to do or what to believe. It includes the ability to engage in reflective and independent thinking. Someone with critical thinking skills is able to understand the logical connections between ideas”⁣⁣😎
⁣⁣
Sudah banyak dibahas bagaimana semestinya kampus membuat anak‑anaknya terlatih kemampuan berpikir kritisnya, namun rasanya ada yang kurang🧐 Ketika kritis pada aspek tertentu namun tak menawarkan cara bersolusi kreatif, terjebak luapan‑luapan hasil Fast Thinking yang membawa gelombang masalah baru🤯
⁣⁣


Berpikir kritis, sebuah kemampuan menilai sesuatu menggunakan logika & hasil risetnya untuk mengambil keputusan yang baik, hanya saja kita perlu memperkayanya.
⁣⁣
Mengapa saya katakan ada perlu diperkaya? Karena sebuah pemikiran kritis perlu dilengkapi dengan solusi, hingga individu hadir juga dengan solusi🤩
⁣⁣
Bersolusi juga ada ilmunya, ada skillsnya, salah satunya “Creative Thinking” kemapuan bergagasan, ideasi, mengkomunikasikannya hingga mengeksekusinya dengan baik.⁣⁣

Doyle, 2020 menuliskan, “Creative thinking is the ability to consider something in a new way. It might be a new approach to a problem, a resolution to a conflict between employees, or a new result from a data set”⁣

Yuk, kita sandingkan, Critical & Creative Thinking kamu, hingga lengkaplah anak bangsa sebagai individu yang tidak hanya pintar, namun juga cerdas!⁣⁣✊

Jangan menjadikan generasi ini kaya akan kritik, tapi miskin solusi. Masih banyak waktu kita belajar aneka tools seperti juga terkait berpikir kreatif, melatih diri mengolah insight menjadi solusi‑solusi layak eksekusi.⁣⁣ Peer panjang dunia pendidikan, saatnya bangun bersama. PR besar kampus 🙌
⁣⁣
Yok hadir bawa solusi, kapan mulai bersua berlatih lagi? 🚀

Berenang di Laut Biru

Blue! Era covid ini memang menantang. Bagi yang bertahan menekuninya pasti berujung dengan banyak insight, ide & bergegas mengurai ide gilanya jadi kenyataan. Era dimana banyak hal dengan kebiasaan baru mengundang banyak energi untuk segera melompat🤸‍♂️

Mengingatkan pada prinsip Red Vs Blue Ocean. Bagi yang sering kali menggunakan pendekatan Blue Ocean, secara otomatis dalam pemikirannya muncul ragam ide membuat jenis‑jenis baru pasar. Dalam kesehariannya sudah biasa terlatih menjadi kreatif menciptakan jenis‑jenis permintaan baru & tak habiskan energi untuk selalu berkompetisi🤯

Berbeda dengan yang selama ini memahami bahwa pasar selalu harus ditaklukan lewat kompetisi‑Red Ocean, memenangkan pangsa pasar yang sudah ada. Saat in saat yang tepat exercise untuk usaha jenis ini untuk lompat ke lautan biru, melatih kreatifitasnnya🚀


Menerapkan prinsip‑prinsip penting konsep Blue Ocean jadi pas untuk kembali memformulasikan lagi strategi & eksekusinya. Yuk kita latih menerapkan prinsip‑prinsip dasar Blue Ocean👌

1. Rekonstruksi kembali batasan pasar, caranya bisa dengan memetakan kembali beragam alternatif, hal‑hal strategis, kelompok pembeli, produk komplementer, fungsi, emosi, orientasi & waktu⌚️

2. Fokus pada Big Pictures, jangan pada angka ya! Coba buat visualisasi rencana perubahan. Gambaran insipratif tentang bagaimana mencapai, strategi, komunikasi visual serta peta strateginya📈

3. Market Sizing & takar resiko, istilahnya “reach beyond existing demand” Coba tantang praktik2 konvensional, konsolidasikan permintaan dengan fokus pada 3 Tiers of Non Consumers seperti 1) “Soon‑to‑be”, 2)“Refusing” & 3)“Unexplored”. Eksplorasi tiga lapisan non konsumer ini mendatangkan banyak insight baru🎉

3. Merumuskan tahapan strategi yang tepat. Buat value creation baru, petakan utilitas pembeli, ciptakan koridor harga & target biaya berdasarkan margin yang diinginkan, serta hambatan apa yang sekiranya akan muncul didepan🎢

4. Atasi beragam hambatan dalam organisasi. Kuatkan leadership, atasi hambatan kognitif, sumberdaya, motivasi & politis. Secara lebih jauh bagaimana eksekusi dapat dilakukan dengan meningkatkan proses yang menghasilkan outcomes.⁣🌻

Semangkuk Bakso Ide

“Guys, Kerja mulu! main sanaa…” ini sering sekali diutarakan pada tim. Main ini artinya berpetualang menemukan insight‑insigh baru, meredakan tensi pekerjaan dan mengeluarkan gagasan dengan baik dan lebih kaya karena bertemu dengan ide‑ide lain dari sudut pandang berbeda.

“Guys sini ngobrol, sibuk kerja mulu!”
Kalimat ini juga kerap dilontarkan, tampaknya anak‑anak ini senang bekerja serial 😂😂 dilain hal padahal mereka orang‑orang yang umumnya bisa multi tasking juga. Ngobrol itu penting! jangan cuma rapat tentang kerjaan aja ngobrolnya. Dalam obrolan kerap kali banyak hal tersingkap banyak titik‑titik pembuka untuk menjadi paham latar belakang pemilkiran seseorang sehingga paham konteksya lebih luas.

“Gengs, hayu makan bakso..” Hahah ini juga sangat frekwentif dilakukan. Topik ini buat berlatih mencicipi resep sekaligus berlatih “customer journey” yang sesungguhnya. Belajar sesungguhnya bahwa experience adalah Value Proposition terbaik. Diluar itu perjalanan menuju warung bakso adalah keadaan otak paling relaks karena isi kepala diisi dengan bayangan akan bakso yang nikmat. Nah disini lah kita bisa masuk menyelip‑nyelipkan pesan yang sarat makna dengan mudah karena suasana yang menyenangkan.

“Guys, udah sampe mana, ada yang bisa dibantu?” Walau ditengah kesibukan padat rehat menghampiri kawan tim di meja atas dan menawarkan bantuan adalah salah satu cara rehat yang baik loh. Artinya, kita beralih dari topik yang memuncak, skip dl beralih membantu orang lain. Switching ini juga baik dilakukan, karena kepala kita diarahkan untuk beralih singkat dengan niat “membantu” menawarkan “kebaikan” salah satu cara refresh otak bekerja, tapi harus ikhlas yaaa sungguh‑sungguh. kebiasaan ini juga akan membawa perubahan kultur bekerja yang makin baik, karena engagementnya makin kuat!

“Gengs hayu solat bareng!” Air wudlu & perbincangan kala usai berjamaah ketika memasang sepatu kembali biasanya juga medatangkan ide‑ide baru yang tak diduga. Walau duduk setengah jongkok, obrolan ringan biasanya malah membawa gagasan besar, hayu eksekusiii!

Jeda itu macam‑macam bentuknya, tak usah yang rumit‑rumit selagi membiasakannya.