
Beneran Work-life Balance?
Jadi juga ngopi sore bareng @canunkamil , ngga sabar nulis oleh-olehnya;)
Hidup di zaman yang memuja kesibukan. Kalender padat, waktu nyaris habis, hari-hari rasanya penuh, tapi tetap hampa. Lalu muncul solusi modern: work-life balance. Terdengar ideal, kerja cukup, istirahat cukup, waktu keluarga aman. Hidup terlihat rapi dan teratur. Terus kenapa makin banyak yang merasa lelah, meski semua sudah dibagi? Kenapa hati tetap kosong, padahal jadwal tak lagi berantakan?
Work-life balance memisahkan hidup jadi dua sisi: kerja dan “hidup yang sebenarnya.” Seolah kerja adalah beban, dan hidup baru dimulai setelah jam kantor usai. Tapi hidup bukan grafik. Ia tak bisa dibagi rata tanpa tahu ke mana arahnya. Di sinilah kita sering lupa bertanya: untuk siapa semua ini dijalani? Karena tanpa arah yang jelas, bahkan waktu yang teratur pun terasa berat.
Sebuah konsep menarik, Prophetic Life Balance, konsep yang diangkat Muhammad Faris dalam The Barakah Effect, menawarkan kita pendekatan yang lebih mudah dipahami: Memahamkan hidup yang menyatu. Bukan soal membagi kerja dan ibadah, dunia dan akhirat, tapi menyadari bahwa semua bisa menjadi jalan yang sama, kalau pusatnya benar. Ini bukan soal ritme harian, tapi soal arah hidup. Bukan tentang banyaknya rehat, tapi tentang kedamaian saat menjalaninya.
Keseimbangan sejati tak lahir dari bagan, tapi dari kesadaran. Saat hidup terpusat pada yang Maha Benar, semua peran menyatu dalam misi yang sama. Tak ada waktu yang sia-sia, karena setiap detik bermakna. Tak ada peran yang saling tarik-menarik, karena semuanya mengalir dalam satu poros. Bekerja pun bukan lagi soal produktivitas, tapi soal keberkahan. Bukan soal hasil, tapi dapat ga pemaknaanya?
Prophetic Life Balance ngga sekadar mengatur waktu, tapi menyusun ulang cara kita memaknai hidup. Ia mengajak kita berhenti jadi manusia yang hanya sibuk, dan mulai jadi manusia yang sadar.
Hidup bukan sekadar berjalan, tapi punya arah. Bukan sekadar rapi, tapi punya makna. Bukan sekadar cepat, tapi penuh keberkahan. Karena yang kita cari sebenarnya bukan keseimbangan… tapi ketenangan. Dan ketenangan itu cuma hadir saat hidup kembali berpusat pada-Nya✨
No comment yet, add your voice below!