Learning Organization

Sumber-sumber pembelajaran yang beragam akan membuat seseorang paham beragam macam konteks, hal ini juga membuatnya paham lebih luas karena cakrawalanya berada lebih tinggi untuk dapat melihat holistik.

Secara individual, memang penting bagi setiap orang dalam sebuah learning organization mengasah dan saling menguatkan sumber-sumber pemahaman, baik itu dari ranah kognitig yang meliputi pemikiran dan persepsi, ranah fisik dimana mendapatkan rujukan dari pengalaman nyata dan fakta, serta sumber-sumber lainnya.

Proses memadukan informasi ini menjadi penting untuk saling menguatkan, dengan kemampuan menelaah informasi dengan kekuatan pengetahuan yang diperoleh secara internal dan eksternal. Sumber-sumber ini penting dipadukan dari sumber-sumber individual dan kolektif. Disinilah sebuah organisasi menjadi penting dalam upaya menjadikannya sebagai organisasi pembelajar.


Memadukan dua sumber pengetahuan diatas akan menguatkan kondisi situational awareness, dimana Ia sadar benar terhadap pemahaman yang tepat dan akurat tentang lingkungan sekitar serta pemahaman terhadap kondisi, peristiwa, dan faktor yang sedang berlangsung di dalamnya. Ini melibatkan kesadaran dan pemahaman yang holistik terhadap situasi di sekitar seseorang, termasuk informasi mengenai orang, objek, tempat, peristiwa, dan interaksi yang relevan dalam konteks tertentu.

Dalam kombinasi, insight dan foresight memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan lebih komprehensif tentang suatu situasi. Insight membantu dalam mengungkapkan wawasan mendalam yang mungkin tersembunyi di balik informasi yang ada, sedangkan foresight membantu dalam melihat implikasi jangka panjang dari tindakan yang diambil sekarang. Keduanya bersama-sama membantu dalam mengembangkan wawasan yang lebih luas dan mendalam dalam berbagai konteks.

Proses ini akan membawa kita pada pemahaman yang lebih baik, diperoleh karena Ia mampu membangkitkan insight serta foresignt dimana Ia akan paham KONTEKSnya, Implikasi dan konsekwensi dari sebuah permasalahan yang dihadapinya.

Selamat belajar🚀🚀

Proses “Reset Organisasi”

Hukum Martech (Marketing Technology), yang juga dikenal sebagai “Martec’s Law,” berbicara tentang pertumbuhan teknologi yang berkaitan dengan pemasaran dan bagaimana perkembangan teknologi dalam bidang ini sering kali berkembang lebih cepat daripada kemampuan organisasi atau individu untuk mengadopsinya secara efektif🚀

“Perkembangan teknologi berjalan lebih cepat daripada kemampuan organisasi untuk mengadopsinya.”

Dengan kata lain, hukum ini menggaris bawahi kesenjangan yang dapat terjadi antara laju inovasi dalam teknologi pemasaran dan kemampuan orang dan organisasi untuk mengikuti, memahami, dan memanfaatkannya sepenuhnya. Ini menyoroti pentingnya upaya terus-menerus untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan teknologi yang terjadi dalam dunia pemasaran.

Salah satu strategi mempercepat organisasi untuk menjadi Agile adalah dengan melakukan proses “reset organisasi” sebagai tindakan mengubah atau mengadaptasi struktur, budaya, dan operasi organisasi secara mendalam untuk mengatasi ketidaksesuaian yang mungkin terjadi akibat perubahan teknologi.

Upaya organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dengan mengadopsi perubahan fundamental dalam cara mereka beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungan bisnis yang terus berubah memang perlu, tapi ternyata ngga cuma reset sebagai salah salah satu cara membuat organisasi lebih agile.

Cara lainnya adalah bagaimana caranya agar organisasi bisa bergabung dalam sebuah ekosistem dan komunitas dan memastikannya terkoneksi dan melalukkan interaksi lebih intens dan bergerak bersama melakukan co-evolution🚀

The Wisdom of Teams

Cek deh sudah sejauh mana tingkat kematangannya! Sebuah tulisan yang diambil dari “The Wisdom of Teams” tulisannya Jon R. Katzenbach dan Douglas K. Smith mengidentifikasi ada empat tahapan evolusi tim, coba cek dimana tim kamu berada dalam tahapan ini;

1. Pseudo Teams (Tim Semu):
Pada tahap ini, individu-individu bekerja sendiri-sendiri, tetapi secara formal dikelompokkan sebagai “tim.” Mereka mungkin berbagi informasi, tetapi masih kurang kolaboratif dan paham atas tujuan bersama, hingga juga belum bisa dianggap sebagai tim yang sesungguhnya.

2. Potential Teams (Tim Potensial):
Pada tahap ini, anggota tim mulai mengenali manfaat kerjasama dan kolaborasi. Meski masih ada tantangan dalam hal dinamika kelompok, anggotanya mulai mengembangkan rasa saling percaya dan paham bagaimana cara terbaik untuk berkontribusi satu sama lainnnya.

3. Real Teams (Tim Nyata):
Pada tahap ini, tim mencapai tingkat kerja sama yang lebih tinggi. Mereka punya tujuan bersama yang jelas dan tanggung jawab yang dibagi dengan baik. Kolaborasi, komunikasi terbuka, dan saling dukung menjadi ciri utama tim pada tahap ini. Udah sampe sini belum?

4. High-Performance Teams (Tim Berkinerja Tinggi):
Pada tahap ini, tim mencapai puncak kinerjanya. Anggota tim punya komitmen kuat terhadap tujuan bersama, mengatasi perbedaan dengan efektif, dan terus berinovasi untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tim ini bisa mengatasi tantangan dengan lebih baik dan menjadi sumber keunggulan yang kompetitif.

Setiap tahapan ini memiliki ciri khas dan tantangan yang beda-beda, dan evolusi tim ini engga selalu linear. Prosesnya bisa bahkan mundur terus maju lagi maju. Penting banget buat tim untuk tau tahapan yang sedang mereka alami dan saling bekerjasama agar bisa berkembang menuju tahapan yang lebih tinggi.

Ayo melompat!🚀

Taxonomy of Values

Satu hal yang sering terlupakan dalam pendidikan yang justru pilar paling penting dalam proses pendidikan justru adalah terkait bagaimana membangun value, karena ini tak bisa dinilai dengan nilai sekedar angka IPK yang Ia raih. Tapi akan jelas bahwa orang lain akan merasakan dan mengenali value diri kita melalui beragam interaksi dan pengamatannya terhadap perilaku, tindakan, dan sikap kita.

Darimana value seseorang bisa terasa oleh kita?

✔️ Lihat bagaimana Ia bertindak 🫡
Value jadi sangat terlihat dalam cara kita berperilaku dan bertindak dalam berbagai situasi dapat memberikan gambaran tentang nilai-nilai dan prinsip yang dianut masing-masing pribadinya. Misalnya, apakah kita jujur, bertanggung jawab, dan memperlakukan orang lain dengan baik.

✔️ Lihat konsistensinya antara ucapan & tindakannya 🙄
Sekeliling juga bisa mengenali nilai dirinya melalui konsistensi antara kata dan tindakan. Apakah Ia berpegang pada nilai-nilai kita bahkan dalam menghadapi tantangan.

✔️ Lihat bagaimana Ia berempati 😇
Bagaimana Ia menunjukkan empati & kepedulian terhadap orang lain juga mencerminkan nilai-nilai kita. Apakah Ia menunjukkan dukungan & perhatian pada orang lain serta menghargai kerjasama & hubungannya yang saling mendukung?

✔️Lihat bagaimana Ia mencapai prestasinya 🤩
Cara ini menujukka gambaran tentang nilai-nilai yang Ia prioritaskan dalam hidup. Bagaimana ketekunannya, rasa ingin tahu & dedikasi ya dalam mencapai tujuan.

✔️Lihat cara Ia berkomunikasi 🥳
Cara Ia berinteraksi dengan orang lain bisa memperlihatkan nilai-nilai seperti rasa hormat, kerjasama & kejujuran.

✔️ Lihat pengaruh positifnya😚
Sekeliling bisa mengenali nilai dirinya melalui pengaruh positif yang kita berikan pada mereka. Apakah Ia jadi contoh yang baik atau membantu menginspirasi orang lain untuk menjadi lebih baik?

✔️ Lihat bagaimana Ia merespon tantangan 🤨
Ini akan sangat mencerminkan nilai-nilai dan karakternya. Respons yang positif dan ketabahan menunjukkan nilai-nilai yang kuat dan ketekunan.

Semoga kita senantiasa jadi orang yang tekun ya, mulai dari hal-hal kecil baik yang dilakukan setiap harinya, secara konsisten, selamat berproses!

Pendekatan Agile, salah satunya Scrum

Banyak organisasi yang tidak ingin mengalami disrupsi dalam operasi mereka karena merasa sudah nyaman dengan cara mereka bekerja dan memiliki sistem yang sudah mapan.

Bisa jadi mungkin menganggap bahwa mengadopsi pendekatan-pendekatan Agile seperti Scrum jadi terlalu berisiko atau mengganggu kenyamanan status quo-nya. Beberapa perusahaan juga mungkin belum sepenuhnya memahami manfaat yang dapat diberikan oleh pendekatan Agile, salah satunya Scrum😎

Penting sekali bagi perusahaan untuk terus belajar dan berkembang, kemudian paham bagaimana teknologi dan metode-metode baru bisa sangat menguntungkan dalam jangka panjang, bahkan jika perubahan itu terasa sulit atau menantang pada awalnya😔

Tantangan utama ada pada bagaimana mereka bersedia beradaptasi, umumnya gagal karena gagal mengubah budayanya🧐

Ken Schwaber, salah satu pendiri Scrum dan tokoh utama Agile, menyatakan bahwa sekitar 75% perusahaan yang menerapkan Scrum tidak mendapatkan manfaat yang diharapkan dari metodologi tersebut🥳

Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana mengimplementasikan pendekatan-pendekatan Agile seperti Scrum dengan benar. Pendekagan-pendekatan ini bukan hanya tentang mengadopsi serangkaian peran, acara, dan artefak, tetapi juga melibatkan perubahan budaya dan cara berpikir yang mendalam di dalam organisasi. Budaya!😎

Selain itu, keberhasilannya juga tergantung pada dukungan dari manajemen tingkat atas dan budaya organisasi yang mendukung nilai-nilai Agile, kolaborasi, dan transparansi. 🎯

Jika bergerak tanpa dukungan dan komitmen penuh dari seluruh organisasi, implementasi Agile ini mungkin ngga akan menghasilkan hasil yang optimal🚀

Penting bagi organisasi untuk benar-benar memahami prinsip-prinsip dasar terkait ketangkasan ini, ngga sekedar pelatihan yang tepat, dan bagaimana cara mengadopsi sikap yang terbuka terhadap perubahan dalam budaya dan cara bekerjanya, tapi bagaiaman para pemimpinnya berkesadaran untuk terbuka, merencanakan perubahan yang terukur, dan mempersenjatai timnya dengan skill-skill baru secara bertahap😎

Selamat mengarungi perubahan!

Team of Teams

Tiap kali menjelaskan ekosistem kami itu sebenernya bagaimana bentuknya memang peer menjelaskannya, namun kata yang paling tepat adalah bagaimana setiap goals yang dirancang menggunakan prinsip team of teams.

Team of Teams adalah pendekatan untuk mengatasi kompleksitas dalam pengelolaan organisasi dengan mengintegrasikan beberapa tim independen yang punya otonomi pengambilan keputusan.

Buat tim Agile, Team of Teams penting karena mengakui bahwa dalam lingkungan yang terus berubah & kompleks, tidak ada satu tim tunggal yang bisa mengatasi semua masalah / tugas. Alih-alih, mengintegrasikan tim-tim yang beragam & independen memungkinkan kolaborasi yang lebih baik, pertukaran informasi yang cepat & pemecahan masalah yang efektif.

Hasilnya, tim Agile dapat bisa lebih adaptif, responsif & terhubung dengan baik dengan bagian lain dari organisasi. Ini memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan yang lebih besar & kompleks dengan lebih baik, sambil tetap menjaga kecepatan & fleksibilitas dalam mencapai goalsnya.

Bagaimana cara membentuknya?

🥳Identifikasi Tim-Tim yang Relevan:
Tentukan tim-tim yang memiliki peran & tanggung jawab yang saling terkait atau memiliki keahlian khusus yang relevan dalam mencapai tujuan bersama.

🥳Jelaskan Visi & Tujuan Bersama:
Pastikan setiap tim memahami perannya dalam mencapai tujuan keseluruhan.

🥳Fasilitasi Komunikasi & Kolaborasi:
Pastikan ada saluran komunikasi yang terbuka dan efektif antara tim-tim yang berbeda. Dukung kolaborasi & pertukaran informasi secara aktif.

🥳Penuhi Otonomi & Kepercayaan:
Beri otonomi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tugas mereka. Bangun kepercayaan antara anggota.

🥳Bentuk Tim Gabungan:
Dalam beberapa kasus perlu membentuk tim gabungan yang terdiri dari anggota dari beberapa tim yang berbeda untuk menyelesaikan tugas ertentu.

🥳Tetapkan Pemimpin Bersama:
Bertugaa memfasilitasi kerjasama & koordinasi antara tim-tim yang berbeda, harus memiliki keterampilan dalam membawa timnya bersama mencapai tujuan bersama.

🥳Evaluasi & Koreksi:
Evaluasi berkala untuk menilai efektivitasnya.

Tapi, ini semua perlu komitmen, kerjasama & komunikasi yang kuat dari semua anggota yaa!