Apa itu Agile Mindset?

Nerusin yang kemarin yaa. Ngomongin being Agile ga selalu harus berhubungan dengan hal‑hal berbau digital/informatika. Hal ini memang mungkin awalnya istilah ini dikenal dari kawan‑kawan yang bergerak dari dunia informatika dalam pendekatan kerjanya. Namun secara fundamental & filosofis, dasarnya mengacu pada cara pandang & cara berpikir. Sebuah mindset dimana setiap individu perlu melatih kemampuan agilitasnya, bisa tangkas & adaptif.

Jika individu memerlukan tingkat agilitas yang baik, sudah tentu sebuah usaha yang didirikan sang Founder yang memiliki visi jangka panjang, menginginkan usahanya berkelanjutan! Karena setiap jaman memiliki karakteristik berbeda‑beda maka ketangkasan untuk bisa beradaptasi justru menjadi penting dimiliki, sebuah budaya yang penting dan bisa dibangun. Budaya berinovasi!


Agile memang sedikit mengarah ke “Chaos” dalam artian positif, karena dinamikanya justru memerlukan organisasinya memiliki tim yang tetap bereksplorasi terus menerus. Dalam perspektif tradisional ini sering disebut “Ganti‑ganti mulu ah! Capek!” Jadi sebenernya apa itu Agile Mindset? Agile Mindset itu….

1. Menganggap individu adalah manusia dengan motivasi intrinsik yang berbeda‑beda, bukan sumber daya yang memerlukan motivasi ekstrinsik.
2. Individu menjadi baik karena mereka senantiasa berusaha dan terus belajar, bukan sekedar pintar!
3. Keputusan diambil dengan konsensus diatara anggota yang terdampak
4. Membengun produk yang benar dengan cara memperlihatkannya pada konsumen secara sering dan mengujinya dengan perspektif mereka. Bukan menuliskan spec sedetil‑detilnya.
5. Retrospektif. Setelah sebuah project selesai, siapkan wadah berdialog, mencari titik‑titik kesuksesan dan kegagalan. Mencari jalan perbaikan dan menyelenggarakannya.
6. Kapan bisa improve? Dimulai dari hal‑hal kecil yang dapat diperbaiki, dimulai dari apa yang bisa dimulai?
7. Ketika ada perilaku yang tak diinginkan muncul, tapi juga periksa sistemnya apakah terdapat reward pada perbaikannya.
8. Jika ada yang perlu diklarifikasi, “Talk to them in person”
9. Dokumentasikan, jika ada sesuatu yang hilang segera lengkapi.

Yuk belajar lagi
#agilitytransformation

Being Agile

Banyak metodologi artinya makin banyak tools yang memang penting kita kuasai agar sistematika kerja kita semakin baik, juga setiap usaha yang dilakukan memiliki dampak baik yang tak terduga sebelumnya, istilahnya hasilnya beyond!⁣⁣
⁣⁣
Yakin & optimis penting, hanya saja kedua perasaan ini timbul bukan semata‑mata perasaan, tapi timbul karena menguasai caranya dengan baik yang akan membawa kita pada mimpi besar di masa depan. ⁣⁣
⁣⁣
Beberapa pendekatan yang kerap kali bingung menerapkannya, bahkan tak tepat penggunannya antara lain terkait apa itu #Agile, apa bedanya dengan Kanban, kemudian apa itu #Lean#SixSigma dan bedanya dengan #Waterfall? Menggunakan tools manajemen ini merupakan hal yang perlu dipahami bukan hanya para pelaku usaha, tapi setiap individu yang memiliki harapan menumbuhkan kemajuan di masa depan juga penting mengenal dan menggunakannya.⁣⁣
⁣⁣
Agile, saya sangat suka prinsip ini. Mindset hingga praktek yang memperkenankan rancangan proses fleksibel & iteratif. Lebih dari sekedar metodologi, Agile melingkupi satu set proses mengekstensifkan projects dalam lingkungan yang dinamis. Pendekatan dinamis inilah yang justru membawa banyak inovasi dalam prosesnya & banyak melahirkan banyak produk inovatif.⁣⁣
⁣⁣
#kanban, apa itu? Pendekaran ini menggunakan prinsip lean, bertujuan meningkatkan produktifitas dengan mengefektifkan sumber daya & waktu yang tak produktif dengan mengeliminasinya. Kanban bisa dilakukan bersamaan dengan Agile.⁣⁣
⁣⁣


Nah, jika meliirik lagi kebelakang, ada beberapa pendekatan yang memang perlu disesuaikan lagi konteksnya dengan kekinian, tapi masih sangat berguna seperti Six Sigma, teknis pemecahan masalah dengan memperbaiki prosesnya dalam 5 langkah (Define, Measure, Analyze, Improve. & Control) atau Waterfall, pendekatan sederhana perencanaan project. Cara ini menuntaskan satu pekerjaan dahulu baru melangkah pada tahap berikutnya secara sequensial ditetapkan di awal, hanya ini cukup berlawanan dengan prinsip Agile 😉
⁣⁣
Yuk perbaiki, sistematika kerja kita, agar energinya tak terlalu banyak terkuras. Optimisme justru hadir karena tau betul caranya, sementara banyak pihak tak paham caranya:) semangat! #agilitytransformation

How Agile Are You?

Mekanisme WFH itu baik, sangat baik bagi efisiensi, namun bagi organisasi sebuah usaha yang budaya keterkaitan & keeratan antarindividunya belum cukup kuat, justru berpotensi untuk menjauhkan ikatan antar anggotanya.⁣

Membangun budaya unggul kerap kali jadi peer, apalagi kultur usaha & organisasi pada perusahaan / institusi di negara tercinta ini masih jauh dibilang dari maju, masih banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan. ⁣

Salah satu dari 9 prinsip “Agile Leadership” adalah Effective Feedback. Ini menjadi kunci membangun tim tangguh. Ingat, ada 2 kata disana, “Effective” artinya menggunakan waktu dan sumberdaya secukupnya, dan “Feedback” artinya berani mengungkapkan dan menerima umpan balik yang jujur.⁣

Effective Feedback sesungguhnya membawa setiap organisasi dalam budaya untuk memiliki kemampuan “Mindful Leadership” yang makin baik. Oleh karena itu pertemuan setiap hari baik fisik atau pun daring, hendaknya jadi tempat belajar bereksplorasi mengasah kemampuan leadership pada tiap individunya.⁣

Oleh karena itu beberapa yang perlu dilatih & bisa dibantu dengan beberapa tools latihan antara lain menggunakan ini;

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan relasional, poin ini kamu bisa berlatih degan menemui banyak orang baru, dan berlatih menyimak. Lakukan hal yang sama untuk tim kita. Jangan lupa main yang jauh!⁣

2. Mampu membuat keputusan & berani mengasahnya! coba main‑main Lightning Decission Jam salah satu tools belajarnya.⁣

3. Kembangkan empati dengan tim kita dan saling menginspirasi. Tools empati ini bayak, seperti 5 Whys, Peta Observe, Persona Canvas dll. Tapi jangan cuma dipake main yaa, lakukan juga dalam keseharian.⁣

4. Berlatih untuk memiliki resiliensi yang kuat & percaya diri. Ingat jangan baperan ya, baper sama punya rasa sense of urgency itu beda ya. ⁣

5. Seringkali kegagalan timbul karena tak fokus, jauh dari clarity. Belajar lagi untuk konsisten, ini bisa pake OKRs loh :D⁣

6. Attitude, ini yang sering kali juga lupa. Karena ini dirasakan orang lain, kita yang punya kendali, jangan lupa asah kemampuan berperilaku baik ini, setiap hari lebih baik dan seterusnya.⁣

Selamat Belajar🚀
#agilitytransformation

Leading The Change

Bersua dengan penggerak‑penggerak perubahan kemarin membawa harapan baru akan seperti apa mimpi dimasa depan berwujud🌴⁣

Hari itu juga kami berjumpa kawan‑kawan yang mendamba perubahan, saat organisasinya yang kerap menghasilkan individu‑individu unggul & hilang perlahan satu persatu seakan lupa akan mimpi yang pernah diikrarkan bersama.

Perubahan era memang tak bisa dielakkan, namun perubahan yang konsisten juga penting, menolak berubah akan berbuah ketertinggalan yang baru akan tersadari dimasa datang.


Tulisan John Kotter, dalam bukunya Leading Change (1996) mengungkapkan 8 tahap memulai menghadirkan perubahan dalam organisasi kita,⁣

1. Mulai menyampaikan sense of urgency, faktor “Why” memang paling penting disampaikan, filosofi dasar ini sering kali terlupakan untuk disampaikan hingga kerap langsung pada “doing what”🤔⁣

2. Membangun panduan untuk berkoalisi. Mencari titik titik simpul individu yang dapat memandu, mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan aktivitasnya🧐⁣

3. Memformulasikan visi strategis dan inisiatifnya. Mengklarifikasikan kembali apa bedanya masa lalu dengan masa depan, lanjutkan dengan membangun inisiatif😎⁣

4. Mengkomunikasikan visi perubahan & internalisasikan sungguh‑sungguh pad prosesnya🤠⁣

5. Memberdayakan, menghilangkan beragam penghalang yang tak efektif berupa proses atau hierarki. “Work accross silos, generate real Impact”🧏⁣

6. Buat kemenangan jangka pendek. Sebuah istilah “ Wins are the molecules of results” kemenangan‑kemenangan kecil perlu direkognisi, dikumpulkan & dikomunikasikan dari awal secara frekewentif untuk melacak progres & memberikan energi tim untuk persisten🏆⁣

7. Memastikan akselerasi yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan konsolidasi berbagai kemajuan dan melahirkan lagi banyak perubahan. Kita bisa mengembangkan sistem, struktur dan kebijakan baru. Persisten memulai perubahan demi perubahan sampai vis menjadi kenyataan🧗‍♂️⁣

8. Mengintitusionalkan pendekatan baru dalam budaya organisasi, hubungkan kebiasaan baru dengan keberhasilan organisasi, pastikan berlanjut hingga cukup kuat menggantikan budaya lama🖋📗⁣

Perubahan ngga datang tiba‑tiba, yuk mulai prosesnya!

VUCA & VUCA PRIME

Tentu kita sudah sangat hapal dengan VUCA, perubahan era yang ditandai dengan periode extraordinary, dimana kehidupan dipaksa bertransformasi berkelana dalam ketidakpastian. Berubah sudah cara bekerja, berkomunikasi, berbelanja, berlibur dan lainnya berubah secara radikal.⁣ Perubahan radikal ini membawa kita pada era yang yang sulit diprediksi, atau bahkan hanya sekedar stabil.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Akronim VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, & Ambiguity) diperkenalkan Bob Johanson yang mengingatkan pentingnya sebuah organisasi berubah dalam melakukan kegiatannya, tapi juga merubah bagaimana seharusnya para pemimpin memimpin.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Sebuah percakapan dengan @mangroisz semalam “Belajar tools digital itu mudah, mindsetnya yang jadi tantangan berat”! Era VUCA memang membutuhkan perubahan fundamental cara berpikir, selain juga terkait struktur, alat & metodologinya yang hampir menjadi kebiasaan di sebagian besar organisasi yang hanya berkutat di tiga hal terakhir.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣


Setiap leaders penting secara kontinu beradaptasi namun tetap fleksibel, berubah dari model linier ke non‑linear,⁣ menciptakan aneka Co‑creation hingga organisasi bukan hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang. Mengutip Vuca Prime, ada hal menarik bagaimana kita bisa meresponnya dengan shifting pada hal‑hal berikut⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
1. Bereaksi pada perubahan & bergerak dengan respons proaktif padaperubahan.⁣⁣⁣
2. Alihkan fokus dari prediktabilitas & kontrol pada kapasitas untuk berubah secara dinamis.⁣⁣⁣
3. Geser dari hierarki & kendali pada distributed/ shared leadership.⁣⁣⁣
4.Memahami berbagai hal & melihat bagaimana interdependensi bisa mempengaruhi usaha secara keseluruhan.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Lalu bagaimana solusi VUCA?⁣⁣⁣
1. Volatility direspon Vision⁣⁣⁣
pastikan lagi berjalan dengan purpose, fokus pada outcomes & rencanakan secara strategis⁣⁣
⁣⁣
2. Uncertainty direspon Understanding⁣⁣⁣
Tanya, menyimak & berdialog sebelum memutuskan⁣⁣
⁣⁣
3. Complexity direspon Clarity⁣⁣⁣
Engage dengan yang lain, making sense dengan mencoba beragam sudut pandang⁣⁣
⁣⁣
4. Ambiguity direspon Agilty⁣⁣⁣
Secara cepat membuat purwarupa solusi, refeksikan, sintesa, iterasi, rencanakan & solusikan! Selamat belajar!
#agilitytransformation

Inovasi!

Apa itu ekosistem inovatif, makhluk apa ini?⁣

Pernah dengar kata kolaborasi kan? Paling mudah mengemukakannya, hanya memang menantang tak semudah membalikkan tangan🙌 Ada proses panjang menumbuhkannya🌴

Sering kali kita juga gontok‑gontokan merasa paling unggul di wilayahnya masing‑masing. Merasa paling maju dibidang keilmuannya, paling hebat teknologinya, paling keren solusinya atau hebat karena memiliki talenta‑talentanya unggul.⁣


Pendekatan Inovasi Itu dapat dibagi menjadi 4 wilayah & bisa jadi ide kamu ngga jadi‑jadi solusi & kenyataan karena ternyata kita hanya fokus pada salah satunya saja. Wilayah itu meliputi ⁣

1) Kecerdasan, menyangkut kemampuan berpikir & analisa serta kemampuan memahami realitas, ⁣

2) Teknologi mencakup pendekatan & teknologi seperti alat, digitalisasi, metode, data sehingga memungkinkan sebuah inovasi dilakukan,⁣

3) Solusi‑solusi, menyangkut penguasaan methodologi, pendekatan baru serta tools yang membantu pada proses “reality shaping” & ⁣

4) Talenta, berfokus pada bagaimana memobilisasi para talenta‑talenta potensial mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kesiapan timnya untuk membuat perubahan dengan mengadopsi cara‑cara belajar paling cocok untuk diberdayakan dengan meningkatkan kapasitasnya.⁣

Keempat wilayah tersebut ternyata memiliki irisannya 🧐Jika ditelaah irisan kolaborasi ini menitikberatkan pada kemampuan kita untuk menguasai berbagai keterampilan‑ kolaboratif yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi🥳

Nesta 2018 dalam tulisannya mengungkapkan kemampuan‑kemampuan ini meliputi; ⁣
1) menyelenggarakan inovasi yang terbuka,
2) perkembangan yang positif, ⁣
3) open making policy,⁣
4) action research,⁣
5) System thinking, ⁣
6) kegiatan trandisipliner, ⁣
7) Design Thinking, ⁣
8) Human Centered Design, ⁣
9) Living Labs,⁣
10) Service Design, ⁣
11) UX Design & ⁣
10) transformasi digital. ⁣

Hal inilah yang menjadi kunci kemampuan kolaborasi interdisipliner kita, nyawa utama kolaborasi. Yuk belajar lagi!🚀🚀🚀 #agilitytransformation

Meramu Perbedaan

Sebuah pertemuan panas kemarin 🙂 Tapi saya selalu suka hal‑hal dinamis, banyak lesson learned! Bukan toxic positivity ya, kejadian tak menyenangkan itu akan selalu ada, tinggal menata respon kita 😀 ⁣

Menjadi pendengar sebenarnya selalu menyenangkan, menyimak hal‑hal baru dari beragam latar belakang berbeda. Kali ini menemukan diskusi yang tampaknya masih jadi mayoritas tipe diskusi yang ada. Ketika pertemuan diarahkan untuk memilih dari opsi yang ada. Saya mungkin bukan tipikal orang yang suka “memilih”, tapi sangat suka “meramu”.⁣
⁣Ada kalanya pertemuan terjebak menjadi ajang adu pintar,titel, atau jabatan. Tampil untuk bersuara bukan menyimak.Ada kalanya juga pertemuan terjebak pada pihak yang menuntut solusi dengan mengambil jalan pintas yang bahkan proses ideasinya saja tak dijalankan. Atau jangan‑jangan tak paham juga bahwa sebenarnya ada proses bernama ideasi. Ideasi adalah proses “menggagas” lanjutan prosesnya adalah memperbaikinya.⁣

Inklusifitas dalam pertemuan memang perlu diajarkan, dibangun mulai dari kualitas individunya menyimak. Jenis‑jenis pertemuan tak inklusif ini masih kerap terjadi, ada kalanya di satu sisi ada pihak yang selalu datang dengan ide jitu, tanpa merasa perlu mengajak pihak lain memperkaya gagasannya, menjadi individu yang tak sadar bahwa Ia tak melibatkan sekeliling.⁣

Ada juga tipe lain, tipe yang dibiasakan untuk menunggu solusi jitu, tanpa perlu merasa dilibatkan secara aktif dalam proses berideasi. Golongan ini kemudian terjebak perlahan tak disadari, menumpul proses bergagasannya, “Serahkan saya sama yang lain!” atau lebih parah “salahkan pihak lain saya karena itu tanggungjawabnya!”⁣

Kita bisa hadir untuk tidak selalu mengedepankan opsi memilih, coba dahului dengan opsi non‑linear, yakni “meramu gagasan”. KIta hadir dari latar belakang berbeda, tujuan kita pasti sama, “untuk kebaikan”, luaskan lagi cakrawala dengan menyimak &menyanding‑nyandingkan pemikiran yang berbeda, hingga kita jadi kaya!⁣

Jika ada pilihan A,B,C, mengapa kita perlu memilihnya? Bukankah kita bisa meramu ketiganya menjadi gagasan baru? ⁣

Jika berbeda saling memperkaya⁣
Jika sama saling menguatkan!
#agilitytransformation

Being Critical Vs Creative

Salah satu 21st Century Skills adalah kemampuan bepikir kritis, semalam ketika #unpadkokgitu trending😂 saya menyikapinya sebagai media belajar bagi mereka, belajar dalam menyampaikan pemikirian kritisnya. Namun, bagi kampus hal ini juga menggugah pemikiran tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan kampus untuk melatih lagi kapabilitas berpikir kritis civitasnya.⁣🤸🏿‍♀️
⁣⁣
Merujuk literatur, “Critical thinking is the ability to think clearly & rationally about what to do or what to believe. It includes the ability to engage in reflective and independent thinking. Someone with critical thinking skills is able to understand the logical connections between ideas”⁣⁣😎
⁣⁣
Sudah banyak dibahas bagaimana semestinya kampus membuat anak‑anaknya terlatih kemampuan berpikir kritisnya, namun rasanya ada yang kurang🧐 Ketika kritis pada aspek tertentu namun tak menawarkan cara bersolusi kreatif, terjebak luapan‑luapan hasil Fast Thinking yang membawa gelombang masalah baru🤯
⁣⁣
Berpikir kritis, sebuah kemampuan menilai sesuatu menggunakan logika & hasil risetnya untuk mengambil keputusan yang baik, hanya saja kita perlu memperkayanya.
⁣⁣
Mengapa saya katakan ada perlu diperkaya? Karena sebuah pemikiran kritis perlu dilengkapi dengan solusi, hingga individu hadir juga dengan solusi🤩
⁣⁣
Bersolusi juga ada ilmunya, ada skillsnya, salah satunya “Creative Thinking” kemapuan bergagasan, ideasi, mengkomunikasikannya hingga mengeksekusinya dengan baik.⁣⁣

Doyle, 2020 menuliskan, “Creative thinking is the ability to consider something in a new way. It might be a new approach to a problem, a resolution to a conflict between employees, or a new result from a data set”⁣

Yuk, kita sandingkan, Critical & Creative Thinking kamu, hingga lengkaplah anak bangsa sebagai individu yang tidak hanya pintar, namun juga cerdas!⁣⁣✊

Jangan menjadikan generasi ini kaya akan kritik, tapi miskin solusi. Masih banyak waktu kita belajar aneka tools seperti juga terkait berpikir kreatif, melatih diri mengolah insight menjadi solusi‑solusi layak eksekusi.⁣⁣ Peer panjang dunia pendidikan, saatnya bangun bersama. PR besar kampus 🙌
⁣⁣
Yok hadir bawa solusi, kapan mulai bersua berlatih lagi? 🚀

Scrum

Sejak memperkenalkan Scrum beberapa waktu lalu & secara resmi memasukkanya pada perkuliahan mulai tahun kemarin. Rencana membuat perubahan budaya yang inovatif dan menjadi tim yang lebih baik tampak mendekati kenyataan. ⁣

Keinginan memberikan gambaran sistematika kerja yang baik, proses yang inovatif dan budaya tim yang hangat dan keren juga tampaknya membuahkan hasil yang diluar dugaan.⁣

Scrum yang diajarkan di sebuah mata kuliah tak disangka menyebar luas pelaksanaannya di kelas‑kelas project based learning lain, lebih bahagia ketika beberapa himpunan dan startup pun menggunakannya. Setahun berlalu pergerakan proses pembelajaran ini mulai menampakkan hasil. ⁣


Dalam prosesnya ini memang membuahkan outcomes berupa peningkatan kapasistas kolaborasi. Berbagai pertemuan seperti temu rencana sprint, temu ulasan sprint & rapat perbaikan backlog sdan melibatkan tim berpartisipasi di dalamnya. Proses ini meningkatkan kerjasama tim dan seiring sejalan melakukan berbagai penyelarasan dari racangan arsitektur solusi. Setiap tim yang berpartisipasi memastikan keseragaman dalam pelaksanaan & fokus bersama. ⁣

Sebuah ungkapan penting “A team is only a team if it shares a common goal, and this applies to a team‑of‑teams as well”⁣ kita ini bukan sekedar tim kan? Kita ini Superteam!

Sesi‑sesi retrospektif di penghujung tiap tahapan & project juga selalu jadi media paling meledak yang ditunggu. Saling belajar, mengapresiasi & mengoreksi. Retrospektif adalah pertemuan yang bertujuan membahas masalah lintas tim, organisasi & sistemik dalam organisasi dalam mencapai goalsnya.⁣

Sesi‑sesi ini memang ternyata obat mujarab memperbaiki tim. Pertanyaan‑pertanyaan seperti⁣

1. Seberapa baik tim bekerja bersama?⁣
2. Apakah setiap individu bekerja?⁣
3. Adakah sesuatu yang harus dibagikan oleh tim?⁣
4. Tim belajar bersama?⁣
5. Apakah tim dekat dengan pada pelanggannya?⁣
6. Apakah ada masalah organisasi sistemik yang menyebabkan masalah dalam cara tim beroperasi?⁣
7. Apakah Product Owners baik‑baik saja?⁣
8. Apakah Product Owners mempertahankan hubungannya?⁣

Memperbaiki budaya organisasi ternyata mudah! tantangannya cuma menekuninya! Cobain pake Scrum deh!

Learning in The Era of Change

Aktivitas kolaborasi tak mungkin lagi dipungkiri, karena dari sinilah banyak muncul beragam kemungkinan baru menerobos batas kebiasaan.

Bangka Belitung, hari ini menjadi saksi baru betapa kuatnya peran kolaborasi. Melihat kaum muda berbaur dengan masyarakat selalu menjadi energi baru penyemangat bahwa masa depan penuh kemajuan itu memang nyata ada dan bisa hadir.

Belajar dimasa modern tentu berbeda cara dengan masa lalu, beragam sumber bisa diakses dimana saja, hanya kita perlu tau pasti bahwa menjadi pembelajar sepanjang hayat adalah sebuah cita‑cita yang memang layak diperjuangkan.

Semakin banyak bersua kawan‑kawan baru, artinya makin besar pula kemampuan mengasah kemandirian belajar. Makin tinggi nilai pula penguasaan proses pembelajaran yang ternyata bukan hanya bisa didapat diruang‑ruang kelas, atau kelas maya sekalipun, tapi justru diruang‑ruang sosial, berbaur dan saling belajar. Belajar dari keseharian, bekerja dalam tim, berbagi ilmu dan pengalaman adalah ruang‑ruang terbaik belajar.


Apalagi jika kita memadukannya dengan kesungguhan melakukan pengembangan diri baik secara profesional, mengembangkan jejaring & senantiasa update dengan zaman.

Minggu ini belajar banyak dari Kepulauan Bangka Belitung. Jangan lupa kolaborasi! Terimakasih Bapak Gubernur @erzaldi.rosmandjohan dan Ibu @melatierzaldi atas kesempatannya, banyak bahan untuk belajar 🤩 #janganlelahberproses

courtesy:img-src