Tim akan selalu jadi syarat utama sebuah bisnis melompat!

Dari sekian banyak pengalaman kerjasama dengan beragam tim selama ini, memang selalu ada tim yang hebat dibalik setiap kesuksesan bisnis baru yang Ia jalankan. Jika kita akrab dengan startup atau organisasi modern, biasanya tim pendirinya akan menjadi perekat bagi seluruh bagian yang terlibat didalamnya.

Begitu pula jika kamu bekerja dalam sebuah korporasi, tentunya masih memerlukan tim yang solid untuk mencipta beragam produk-produk baru atau inovasinya. Ini juga berlaku jika kamu seorang Gig Enthusiast! Dimana kamu bergerak kesana kemari sebagai individu yang kemudian melekatkan diri kamu pada ekosistem dimana kamu terlibat didalamnya dalam mengerjakan sesuatu produk/projectnya. Tim akan selalu jadi syarat utama sebuah bisnis melompat!

Ada satu hal penting dalam tim yang hebat, yakni Cross Functional! jika kamu punya tim yang lintas fungsional/keterampilan/kompetensinya maka kamu memiliki probabilitas yang baik untuk menghasilkan produk yang terencana, tercipta dari hasil pembelajaran pada pelanggannya.

Tim lintas fungsi ini bisanya terdiri dari tiga keterampilan dasar, yakni desain, produk dan rekayasa teknik. Jika tim kamu tak punya salah satu dari hal tsb, maka yang diperlukan adalah akses pada sumber keterampilan, kolaborasi atau menggunakan alat bantu dengan basis teknologi.

Tim yang beragam adalah kekayaan, akan mendatangkan perspektif yang kaya dalam bergagasan yang jadi dasar utama inovasi. Trus bagaimana bikin tim yang oke? Jangan lupa sebagaimanapun hebatnya tim kamu, hal yang perlu dikuatkan adalah 1) Bertindak atas dasar data, 2) Lakukan eskperiman, perkaya pengalaman, 3) User Centric, validasi keinginan pengguna, 4) Entrerpreneurial mindset & Skills, bersolusilah dengan cepat, 5) Iterasi, iterasi iterasi!, 6) Validasi asumsi.

Melatih tim dalam kerangka kerja akan jadi wadah baik karena makin lama tim kamu makin hebat!

Pengetahuan bisa diakses dimana saja, tapi guru adalah hal lain, penting memburunya!

Pengetahuan luas bisa didapatkan dimana saja, kala pengetahuan didapat hanya dari genggaman tangan.

Namun sering kali kita lupa, ada perbedaan signifikan antara menimba pengetahuan dengan berguru.

Pengetahuan adalah pemahaman/kesadaran pada hal-hal tertentu seperti fakta, informasi, keterampilan & deskripsi yang diperoleh melalui persepsi, belajar, atau pengalaman. Bisa. bersifat praktis/teoritis,bisa juga tersirat terkait dengan keterampilan / pengalaman praktis / bisa juga secara eksplisit terkait pemahaman teoretis.

Studi tentang pengetahuan disebut epistemologi. Hasil akhir serangkaian proses kognitif kompleks, pengetahuan membutuhkan persepsi, asosiasi, penalaran & komunikasi.

Plato mengungkapkan 3 kriteria agar dianggap sebagai pengetahuan. Itu harus dibenarkan, benar & diyakini agar bisa diterima sebagai pengetahuan juga kapasitas pengakuan pada diri manusia.

Lantas, apa bedanya dengan pendidikan? Pendidikan, proses belajar di mana keterampilan & keahlian kelompok tertentu diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui pelatihan, pengajaran atau penelitian. Nah disinilah bedanya pengetahuan dan pendidikan atau berguru.

Berguru memberikan beragam jenis pengalaman, punya efek formatif pada cara seseorang bertindak, merasakan / berpikir dapat dianggap sebagai pendidikan, biasanya berlangsung di bawah bimbingan orang lain, dalam bentuk seorang guru atau instruktur.

Ironinya, saat ini makin banyak lembaga lupa pada konteksnya, bahwa lembaga pendidikan menyampaikan pengetahuan lengkap dengan konteksnya sebagai tempat berguru. Bahkan sering lupa bahwa ini disebut sebagai perguruan bukan lembaga pengetahuan.

Perguruan tinggi misalnya, sering lupa bahwa yang perlu disampaikannya adalah proses pendidikan, yang mendasari pengetahuan yang disampaikan.

Pentingkan kita masih bertemu? Mengapa masih perlu dibimbing langsung? Proses berguru didalamnya sangat erat dengan proses menularkan adab, perilaku, prinsip & kecendekiawanannya. Bukan hanya transfer ilmu yang bisa dilakukan dari mana saja, melainkan lengkap dengan konteks lain seperti karakter fundamental.

Pengetahuan bisa diakses dimana saja, tapi guru adalah hal lain, penting memburunya!

Setelah Menuliskan Mimpi, Kemudian Apa?

Setelah Mimpi Apa?

Berdiskusi penuh substansi hari ini dengan simpul-simpul kreativitas Banjarmasin. Menggagas mimpi dan menurunkannya menjadi jelas agar mimpi diujung bisa tergambarkan jelas gambaran utuhnya, membangkitkan energi pergerakan yang lebih membara.

Persoalan kemudian adalah bagaimana menurunkannya, menjadikannya tangga yang memperbesar probabilitas keberhasilannya. Pertama yang selalu kami ingatkan bahwa segala sesuatu pergerakan harus berawal dari kesepakatan dan kesepahaman atas tujuan. Tujuannya apa?

Visi.
Tujuan secara jelas disusun bersama secara inklusif, menerangkan tujuan bisnis dan juga finansial. Jangan malu-malu menentukan tujuan finansial, karena ini adalah salah satu pilar penting keberlanjutan. Selanjutnya adalah turun gunung memvalidasi kebutuhan konsumen, buka telinga dan sungguh-sungguh menyimak kebutuhan mereka apa? Jika sudah tervalidasi, kuatkan dengan pernyataan misi. Ciptakan nilai dan pembedanya dari pemetaan konsumen tadi.

Design.
Berkumpulah dan mulai proses divergennya, kemudian konvergenkan. Susun bagaimana organisasi akan berbentuk. Bagi peranan, tanggung jawab, ukuran dan strukturnya. Kemudian cobalah sistem baru, sepakati prosesnya, alur informasi dan penggunaan teknologinya. Kemudian turunkan ukuran kinerjanya, Harapan, ukuran dak keberhasilannya terukur baik.

Manage.
Merawat mimpi adalah hal yang paling menantang. Bagaimana kita melakukan penyelaransan sumber daya, usaha dan peluang. Memberdayakan dengan mengedukasi agar terjadi akuisisi keterampilan dan pengetahuan baru. Jangan lupa merancang proses rewardnya!

Develop.
Menjadi penting menentukan nilai, budaya dan menginternalisasinya. Kapabilitas diperkuat, diakselerasi dengan bentuk-bentuk kolaborasi. Jangan sedikit-sedikit kita bilang persaingan, merawat dan petakanlah puzzlenya!

Lakukan siklus ini dan melompat bersama! Tuangkan mimpunya, rawat perjalannya dengan konsisten, di ujung sana ada kejutan bagi insan-insan yang selalu setia dengan prosesnya!

Beda Mimpinya, Beda juga Energinya

“Beda Mimpinya, Beda juga Energinya” Sekelumit simpulan dari pembicaraan kami dengan salah satu startup baru. Energi yang dihasilkan dari sebuah gambaran mimpi akan sangat berbeda dari energi disepanjang perjalanannya. Maka pastikan setiap mimpi terlihat jelas dan cukup membuat bergetar ingin segera menggapainya.

Hanya saja, sering kali orang lupa bahwa diluar sana banyak juga sekelompok orang yang punya mimpi besar, atau banyak juga yang bahkan takut bermimpi. Berkumpulah dan saling bertukarlah energinya terutama jika bertemu dengan seseorang dengan keberanian untuk bermimpi besar, ambil energinya juga tanyakan apa strateginya untuk membumikannya, mengapa Ia begitu yakin mimpinya terwujud kelak!

Seoarang kawan mengungkapkan bahwa tahun ini Ia akan resmi mundur dari jabatan tingginya disebuah perusahaan yang sedang bersinar, Ia katakan Ia berani lakukan ini karena mimpinya lebih besar dibandingkan yang Ia lakukan saat ini. Keberanian ini Ia lakukan bilang “Karena mimpi saya sudah lebih besar dari yang perusahaan tawarkan, saya punya big why lebih besar”

Awal tahun selalu menjadi awal yang pas untuk memeta-ulang, mimpi diturunkan menjadi tahapan dan kesepakatan bagaimana kita merawat mimpinya. Jangan lupa, banyak juga orang bermpimpi tapi kemudian mimpinya menguap, lupa membumikannya dan atau karena tak berstrategi Ia meyerah karena dinamikanya ekstrim menguras energinya.

Memetakan, membagi tahap dan merawat! Ini adalah tugas selanjutnya pagi para pemimpi. Hal yang sangat penting mengelola mimpi.

Dalam manajemem modern ini ada ilmunya! Goals Management! Keberhasilan tak begitu saja datang layaknya keberuntungan. Keberhasilan itu penting untuk menjadi sesuatu yang by-design. Yakni, mimpi yang keberhasilannya dirancang dan dikelola, bukan muncul sebagai keberuntungan.

Keberuntungan dalam sebuah keberhasilan seringkali tak memiliki kekuatan keberlanjutan. Tapi sesuatu yang by-design Ia akan mendatangkan keberhasilan yang kemungkinan keberhasilannya lebih besar karena Ia dirancang.

Jadi kapan tim kamu #mainkeruko ? Yok belajar Goal Setting mumpung tahun baru, agar akhir tahun kamu esok semua resolusinya perlahan terwujud!

Memandu diskusi, memastikan keterlibatan setiap orang

Liberating Structure (LS), merujuk pada bagaiman proses berdiskusi yang inklusif, melibatkan setiap pihak yang hadir. Merujuk pada kebiasaan pertemuan-pertemuan membosankan kerap kali pertemuan hanya menjadi ajang menunggu giliran untuk berbicara. Diakhir acara bahkan tak tau apa yang dihasilkan melalui konsensusnya.

Kami sangat suka dengan diskusi, bergagasan, memastikan keterlibatan dan memastikan bahwa pertemuan tidak hanya melahirkan konsensus. Tapi justru melahirkan semangat baru pergerakan nyata setelah meeting-meeting serunya. Biasanya, pertemuan-pertemuan tradisional berjalan menjemukan karena hanya sebagian kecil yang memiliki otoritas, atau aktivitasnya terkontrol hingga tak ada kebebasan bersuara, enggagement yang minim dan hasil yang tak membumi.

Hari ini bersama warga desa Mekarwangi di Kabupaten Bandung Barat, menemukan hal menakjubkan dengan pendekatan Liberating Structure ini. Kami mengumpulkan warga desa, berkumpul dan duduk rapih berderet. Suasana tampak membosankan. Kemudian kami acak menjadi dua kelompok, siapkan kanvas, gerakkan kursi meja menjadi kelompok yang terpisah dengan letak kursi yang tak beraturan. Sontak suasana resmi pun berubah menjadi keriangan diskusi. Dua jam kami pandu diskusinya, setiap warga desa berlomba-lomba bersumbangsih idenya.

Kali ini kami menggunakan #RapidRoadmapping sebuah framework yang dirancang tim @thelocalenablers untuk membantu organisasi-organisasi yang ingin menata ulang peta jalan organisasinya. Membuat tahapan-tahapan yang terukur hingga mencapai visi yang disepakati bersama. Pendekatan LS, membuat usulan tidak dibuat top down, tapi benar-benar diperoleh dari sumbangsih pemikiran bersama yang diramu dengan baik dan kemudian menghasilkan semangat pergerakan selanjutnya.

LS adalah pilar penting untuk membuncahkan kultur inovasi, mengapa bisa? karena ini mudah! bahkan bukan ahlipun bisa melakukannya, fokusnya pada hasil, iterasinya berlangsung cepat & produktif, inovatif, inklusif, multiskala, serius tapi santai, mudah di copy dan bisa diadaptasi!

Kapan kita bergagasan seru lagi?
Jangan lagi rapat-rapat tegang!

Ruang Belajar dan Berkarya

Perjalanan ini layaknya proses kreatif yang memang diawali dengan perasaan takut. Apalagi bagi anak-anak muda ini yang terbilang baru bagi dunia-dunia nyata berhadapan langsung dengan dunia kerja, dunia nyata masyarakat. 

Ada excitement melakukannya di awal, kemudian dihadapkan pada pengalaman-pengalaman nyata yang jika dipelajari di kelas banyak variabel yang tak ditemukan.  Soal-soal di ruang kelas kerap kali variabel-variabel nyata sering diganti dengan asumsi, dan jumlahnya pun banyak. 

Sehingga persoalan di ruang kelas seringkali dihadapkan seolah-olah ideal, padahal kenyataannya jauh, tapi institusi pendidikan kerap mengatakan “ya bagaimana lagi, kami banyak keterbatasan sumber daya”

Memberikan ruang kreatifitas, bergera, berkarya dan mendampingi mereka seyogyanya adalah sumber energi jika memang orientasi kita pada tumbuh dan berkembangnya generasi penerus.

Memberikan pengayaan berupa panggung-panggung belajar bagi mereka sebenarnya bagi saya pribadi justru menjadi wadah belajar yang paling kontekstual yang melahirkan banyak hal-hal baru, bukan saja mengenal bagaimana semestinya kita berinteraksi dengan generasi ini, tapi juga menuai hal-hal baru dalam beragam pendekatan, perangkat, manajerial dan inovasi-inovasi pergerakannya.

Perbedaan generasi seyogyanya menghadirkan disrupsi. Disrupsi adalah gangguan yang menghasilkan inovasi. Jadi dikatakan disrupsi karena bergabungnya multi generasi dalam sebuah kolaborasi akan melahirkan kelengkapan.

Kalangan senior membawa wisdom, kematangan, network dan knowledge, kalangan muda membawa keberanian bereksperimen dan penguasaan akan jamannya yang berbeda.

“Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn” (Benjamin Franklin).

Retrospective Sailing

Akhir Tahun.
Desember menutup buku, melihat lagi pembelajaran yang dilalui selama satu tahu kemarin. Milestones apa yang sudah dilalui, sudah sejauh mana melangkah dan sedekat apalagi kita pada goals kita.

Tahun ke dua menggunakan OKRs dengan sungguh-sungguh menggunakannya, setidaknya ritual-ritual ceremoni dari sesi-sesi agile memang mengubah landscape culture ekosistem hingga cara bekerja, belajar dan berkolaborasi.

Menetapkan goals yang transformatif adalah cara kami membuat milestones baru, apakah goals yang dibuat cukup membuat “takut” & menantang untuk membuat nyala semangat cukup kuat untuk melejitkannya tahun depan.

Merawat goals sepanjang waktu memang hal yang paling berat, karena justu disitulah pertemuan-pertemuan yang konsisten menjadi wadah penyelarasan kembali apakah perjalanan ini sesuai dengan goals atau bahkan justru beyond!

Menjalankan proses agile sungguh-sungguh memang jadi jarang menemukan hal-hal yang sesuai goals, tapi justu jadi beyond the goals! Hanya perlu diingat, dibayar mahal dengan konsistensi dan komunikasi yang intens.

Dipenghujung tahun, saatnya
1. Melacak proses pembelajaran yang sudah dilalui
2. Rayakan pencapaian
3. Bangun kemitraan
4. Rancang langkah selanjutnya
5. Eratkan hubungan
6. Kuatkan pondasi
7. Ingatkan tim dan orang lain apa yang berubah
8. Bangun jejaring

Melompat lagi!

Purpose beyond Profit

Pernyataan yang sedang banyak bermunculan, terlebih dunia memasuki era dimana permasalahan sosial memuncak. PwC menunjukkan 79% pemimpin bisnis percaya bahwa purpose adalah pusat dari kesuksesan, tapi 68%nya menyatakan bahwa dalam perjalanannya tak digunakan jadi panduan pengambilan keputusan organisasinya. Era ini juga punya koneksi kuat dengan purpose, kemungkinannya 5,3 kali lebih besar untuk bertahan. Tapi sebagian besar karyawan tidak memahaminya, hanya 33% yang benar-benar paham purposenya. Dari sisi konsumen, justru dipandang bahwa mereka yang didorong purpose akan lebih loyal pada produk & usaha mereka.

Dari tulisannya C. Bulgarella, 2018 Ia mencontohkan 2 perusahaan jam tangan dengan 2 jenis purpose: Linear Vs.Transformatif

A; Membantu untuk tepat waktu.
B; Membantu mencapai kehidupan yang lebih seimbang

Purpose ke-1 mendorong mengembangkan aset teknis & membantu mencapai pertumbuhan linier, sedangkan kasus ke-2 tidak hanya memperdalam makna perusahaannya, tapi juga memperluas struktur hubungan, cakupan produk & dampak yang dapat ditimbulkannya pada kehidupan pelanggannya. Purpose adalah cerminan asli bagaimana perusahaan bermaksud untuk berkembang & mendorongnya mengatasi inkonsistensi & kesenjangan dalam budayanya sendiri.

Purpose diperlukan bukan lagi ditujukan bagi kemajuan linier/horizontal (bagaimana bisa maju & lebih baik daripada apa yang dilakukan hari ini?) Tapi, hal ini jadi satu transformasi evolusioner (pertumbuhan evolusioner/ke atas), yakni “Bagaimana apa yang dilakukan hari ini membantu kita memanfaatkan potensi transformatif & memberikan lompatan perubahan dari hari ini”

Purpose otentik perlu kedewasaan lebih tinggi. Frederic Laloux dalam bukunya “Reinventing Organizations”, menulis pertanyaan kunci ketika organisasi/individu naik skala kesadarannya Ia bertanya “Apakah saya jujur pada diri sendiri & sejalan dengan panggilan yang dirasakan?” Ini bukan hanya tentang kebenaran lahiriah, tapi kebenaran batiniah.

Bukan pertanyaan mudah memang, itulah sebabnya kesadaran adalah batu loncatan utama bagi organisasi yang ingin memanfaatkan kualitas Purpose yang transformatif.

Pemimpin Masa Depan

Menemukan ini di QAspire, cukup memberikan validasi terkait bagaimana sesungguhnya kita membangun wadah belajar. Menyiapkan pemimpin masa depan dengan cara-cara baru yang relevan adalah penting. Bagaimana sesungguhnya mendefinisikan karakter yang dibutuhkan seorang pemimpin?

QAspire mencatatkan empat kriteria pemimpin yang dapat mencipta masa depan.

1.The Learning Person
Bagaimana individu dipersiapkan untuk tetap berenergi untuk selalu belajar, menerapkannya dan merefleksikan proses belajarnya (Learn, Apply, Relect) apakah Ia dilatih untuk belajar secepat dunia yang juga berubah?

2.The Personal Disruptor
Disrupsi adalah sesuatu yang “menggagu” tapi Ia mendatangkan inovasi dan kebaruan. Tak mungkin kita mencipta masa depan jika gagasan kita tak sesuai dengan jaman dan konteksnya. Individu didorong untuk menjadi The Personal Disruptor, membawa perubahan yang inovatif.

3.The Tough-Minded Optimist
Seorang optimis yang yang persisten, yang teguh pendiriannya. Masa depan diciptakan oleh seseorang yang antusias-bermotovasi tinggi yang menginginkan dan atau mempikan sesuatu dengan kuat. Pastikan kita juga memfasilitasi mereka untuk punya mimpi besar yang memotivasinya.

4.The Eager Experimenter
Seseorang yang gemar bereksperimen. Mendukung gagasan-gagasan yang dapt dieksekusi kemudian walau dengam probabilitas kecil sekalipun.

Gimana, siap jadi pemimpin masa depan? #percayaanakmuda

Pemimpin yang Dapat Mencipta Masa Depan

Menemukan ini di QAspire, cukup memberikan validasi terkait bagaimana sesungguhnya kita membangun wadah belajar. Menyiapkan pemimpin masa depan dengan cara-cara baru yang relevan adalah penting. Bagaimana sesungguhnya mendefinisikan karakter yang dibutuhkan seorang pemimpin?

QAspire mencatatkan empat kriteria pemimpin yang dapat mencipta masa depan.

1.The Learning Person
Bagaimana individu dipersiapkan untuk tetap berenergi untuk selalu belajar, menerapkannya dan merefleksikan proses belajarnya (Learn, Apply, Relect) apakah Ia dilatih untuk belajar secepat dunia yang juga berubah?

2.The Personal Disruptor
Disrupsi adalah sesuatu yang “menggagu” tapi Ia mendatangkan inovasi dan kebaruan. Tak mungkin kita mencipta masa depan jika gagasan kita tak sesuai dengan jaman dan konteksnya. Individu didorong untuk menjadi The Personal Disruptor, membawa perubahan yang inovatif.

3.The Tough-Minded Optimist
Seorang optimis yang yang persisten, yang teguh pendiriannya. Masa depan diciptakan oleh seseorang yang antusias-bermotovasi tinggi yang menginginkan dan atau mempikan sesuatu dengan kuat. Pastikan kita juga memfasilitasi mereka untuk punya mimpi besar yang memotivasinya.

4.The Eager Experimenter
Seseorang yang gemar bereksperimen. Mendukung gagasan-gagasan yang dapt dieksekusi kemudian walau dengam probabilitas kecil sekalipun.

Gimana, siap jadi pemimpin masa depan?