How Agile Are You?

Mekanisme WFH itu baik, sangat baik bagi efisiensi, namun bagi organisasi sebuah usaha yang budaya keterkaitan & keeratan antarindividunya belum cukup kuat, justru berpotensi untuk menjauhkan ikatan antar anggotanya.⁣

Membangun budaya unggul kerap kali jadi peer, apalagi kultur usaha & organisasi pada perusahaan / institusi di negara tercinta ini masih jauh dibilang dari maju, masih banyak pekerjaan rumah untuk diselesaikan. ⁣

Salah satu dari 9 prinsip “Agile Leadership” adalah Effective Feedback. Ini menjadi kunci membangun tim tangguh. Ingat, ada 2 kata disana, “Effective” artinya menggunakan waktu dan sumberdaya secukupnya, dan “Feedback” artinya berani mengungkapkan dan menerima umpan balik yang jujur.⁣

Effective Feedback sesungguhnya membawa setiap organisasi dalam budaya untuk memiliki kemampuan “Mindful Leadership” yang makin baik. Oleh karena itu pertemuan setiap hari baik fisik atau pun daring, hendaknya jadi tempat belajar bereksplorasi mengasah kemampuan leadership pada tiap individunya.⁣

Oleh karena itu beberapa yang perlu dilatih & bisa dibantu dengan beberapa tools latihan antara lain menggunakan ini;

1. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan relasional, poin ini kamu bisa berlatih degan menemui banyak orang baru, dan berlatih menyimak. Lakukan hal yang sama untuk tim kita. Jangan lupa main yang jauh!⁣

2. Mampu membuat keputusan & berani mengasahnya! coba main‑main Lightning Decission Jam salah satu tools belajarnya.⁣

3. Kembangkan empati dengan tim kita dan saling menginspirasi. Tools empati ini bayak, seperti 5 Whys, Peta Observe, Persona Canvas dll. Tapi jangan cuma dipake main yaa, lakukan juga dalam keseharian.⁣

4. Berlatih untuk memiliki resiliensi yang kuat & percaya diri. Ingat jangan baperan ya, baper sama punya rasa sense of urgency itu beda ya. ⁣

5. Seringkali kegagalan timbul karena tak fokus, jauh dari clarity. Belajar lagi untuk konsisten, ini bisa pake OKRs loh :D⁣

6. Attitude, ini yang sering kali juga lupa. Karena ini dirasakan orang lain, kita yang punya kendali, jangan lupa asah kemampuan berperilaku baik ini, setiap hari lebih baik dan seterusnya.⁣

Selamat Belajar🚀
#agilitytransformation

Leading The Change

Bersua dengan penggerak‑penggerak perubahan kemarin membawa harapan baru akan seperti apa mimpi dimasa depan berwujud🌴⁣

Hari itu juga kami berjumpa kawan‑kawan yang mendamba perubahan, saat organisasinya yang kerap menghasilkan individu‑individu unggul & hilang perlahan satu persatu seakan lupa akan mimpi yang pernah diikrarkan bersama.

Perubahan era memang tak bisa dielakkan, namun perubahan yang konsisten juga penting, menolak berubah akan berbuah ketertinggalan yang baru akan tersadari dimasa datang.


Tulisan John Kotter, dalam bukunya Leading Change (1996) mengungkapkan 8 tahap memulai menghadirkan perubahan dalam organisasi kita,⁣

1. Mulai menyampaikan sense of urgency, faktor “Why” memang paling penting disampaikan, filosofi dasar ini sering kali terlupakan untuk disampaikan hingga kerap langsung pada “doing what”🤔⁣

2. Membangun panduan untuk berkoalisi. Mencari titik titik simpul individu yang dapat memandu, mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan aktivitasnya🧐⁣

3. Memformulasikan visi strategis dan inisiatifnya. Mengklarifikasikan kembali apa bedanya masa lalu dengan masa depan, lanjutkan dengan membangun inisiatif😎⁣

4. Mengkomunikasikan visi perubahan & internalisasikan sungguh‑sungguh pad prosesnya🤠⁣

5. Memberdayakan, menghilangkan beragam penghalang yang tak efektif berupa proses atau hierarki. “Work accross silos, generate real Impact”🧏⁣

6. Buat kemenangan jangka pendek. Sebuah istilah “ Wins are the molecules of results” kemenangan‑kemenangan kecil perlu direkognisi, dikumpulkan & dikomunikasikan dari awal secara frekewentif untuk melacak progres & memberikan energi tim untuk persisten🏆⁣

7. Memastikan akselerasi yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan konsolidasi berbagai kemajuan dan melahirkan lagi banyak perubahan. Kita bisa mengembangkan sistem, struktur dan kebijakan baru. Persisten memulai perubahan demi perubahan sampai vis menjadi kenyataan🧗‍♂️⁣

8. Mengintitusionalkan pendekatan baru dalam budaya organisasi, hubungkan kebiasaan baru dengan keberhasilan organisasi, pastikan berlanjut hingga cukup kuat menggantikan budaya lama🖋📗⁣

Perubahan ngga datang tiba‑tiba, yuk mulai prosesnya!

VUCA & VUCA PRIME

Tentu kita sudah sangat hapal dengan VUCA, perubahan era yang ditandai dengan periode extraordinary, dimana kehidupan dipaksa bertransformasi berkelana dalam ketidakpastian. Berubah sudah cara bekerja, berkomunikasi, berbelanja, berlibur dan lainnya berubah secara radikal.⁣ Perubahan radikal ini membawa kita pada era yang yang sulit diprediksi, atau bahkan hanya sekedar stabil.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Akronim VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, & Ambiguity) diperkenalkan Bob Johanson yang mengingatkan pentingnya sebuah organisasi berubah dalam melakukan kegiatannya, tapi juga merubah bagaimana seharusnya para pemimpin memimpin.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Sebuah percakapan dengan @mangroisz semalam “Belajar tools digital itu mudah, mindsetnya yang jadi tantangan berat”! Era VUCA memang membutuhkan perubahan fundamental cara berpikir, selain juga terkait struktur, alat & metodologinya yang hampir menjadi kebiasaan di sebagian besar organisasi yang hanya berkutat di tiga hal terakhir.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣


Setiap leaders penting secara kontinu beradaptasi namun tetap fleksibel, berubah dari model linier ke non‑linear,⁣ menciptakan aneka Co‑creation hingga organisasi bukan hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang. Mengutip Vuca Prime, ada hal menarik bagaimana kita bisa meresponnya dengan shifting pada hal‑hal berikut⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
1. Bereaksi pada perubahan & bergerak dengan respons proaktif padaperubahan.⁣⁣⁣
2. Alihkan fokus dari prediktabilitas & kontrol pada kapasitas untuk berubah secara dinamis.⁣⁣⁣
3. Geser dari hierarki & kendali pada distributed/ shared leadership.⁣⁣⁣
4.Memahami berbagai hal & melihat bagaimana interdependensi bisa mempengaruhi usaha secara keseluruhan.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Lalu bagaimana solusi VUCA?⁣⁣⁣
1. Volatility direspon Vision⁣⁣⁣
pastikan lagi berjalan dengan purpose, fokus pada outcomes & rencanakan secara strategis⁣⁣
⁣⁣
2. Uncertainty direspon Understanding⁣⁣⁣
Tanya, menyimak & berdialog sebelum memutuskan⁣⁣
⁣⁣
3. Complexity direspon Clarity⁣⁣⁣
Engage dengan yang lain, making sense dengan mencoba beragam sudut pandang⁣⁣
⁣⁣
4. Ambiguity direspon Agilty⁣⁣⁣
Secara cepat membuat purwarupa solusi, refeksikan, sintesa, iterasi, rencanakan & solusikan! Selamat belajar!
#agilitytransformation

Rayakan Kegagalan!

Sebelum Pandemik di sudut Rumah Kolaborasi ada helaian post‑it yang setiap harinya didengan ragam kesalahan, “Wall of Fails” namanya. Hanya saat pandemik ini kebiasaan ini mulai hilang karena cukup dibuat panik dengan kondisi serba menantang sepanjang 6 bulan terakhir:(⁣

Diingatkan lagi oleh seorang kawan, untuk mengembalikan kebiasaan merayakan kesalahan ini. Kebiasaan penting untuk dirawat saat yang lain melarang untuk salah. Tapi inget ya konteksnya adalah “The real challenge is not to either accept or reject failure, but rather to differentiate between whether they are in execution or innovation mode”⁣

Membuat tujuan jangka panjang yang diturunkan dalam strategi bertahap memang lebih mudah jika secara nyata bertemu muka melakukan evaluasi & retrospektif berkala, berlatih untuk tidak jaim antar sesama tim & dipenghujung justru merayakan kesalahan! Thomas Edison pernah memaknai kesalahan, Ia katakan “I didn’t fail 1,000 times. The light bulb was an invention with 1,000 steps.” ⁣

Wall of Fails ini seru! Tembok berisi aneka kesalahan yang dbuat ditulis pada kertas berwarna mencolok! Beranikan tiap orang menuliskan tiap kegagalannya. Melakukan kesalahan, berakibat kegagalan adalah resiko proses inovasi, karena inovasi adalah hasil dari experimental. Orang yang berani melakukan kesalahan, dalam sudut pandang lain justru adalah orang yang paling heroik karena Ia mampu mengambil keputusan dan resikonya. ⁣

Harvard Business Review menuliskan, bahwa merayakan kesalahan sangat berhubungan dengan keberhasilan inovasi. Proses ini justru menggambarkan seberapa berani untuk melompat! ‑ Celebrating those kinds of failures will help your people learn to fail gracefully, growing from the experience ‑⁣

Alasan mengapa banyak organisasi sulit berinovasi, karena dalam kesehariannya mental mengeksekusi terhambat, tidak memberanikan bereksperimen mengembangakn kegagalan sebagai pintu dalam mengembangkan beragam produk, jasa atau proses baru.⁣

Failure is a key to learning, growing and figuring out what works. But before you either celebrate or punish failure, make sure you know what you are trying to achieve by doing so ‑Ron Ashkenas‑

#agilitytransformation