KOMINFO memblokir beragam platform yang digunakan para pelaku peranan masa depan

Kominfo memblokir beragam platform yang digunakan para pelaku peranan masa depan. Eranya sudah maju tapi tampaknya pemerintah masih juga tergagap-gagap memahami era digital.

Dunia digital menghadirkan peranan baru, pekerjaan baru. Tumbuh banyak para Gig Economy – Contingent Workers yang memberikan banyak fleksibilitas. Pekerjaan ini bisa berupa independent contractors, freelancers, konsultan bahkan gamers!

Bekerja dengan cara-cara baru yang kerap kali tak pernah dibayangkan. Punya keleluasaan eksplorasi beragam ekosistem yang menariknya untuk berperan & melakukan beragam karya secara elaboratif yang berdampak. Gig menawarkan fleksibilitas yang begitu maksimal baik bagi perusahaan ataupun bagi pekerjanya. Selain itu juga menawarkan efisiensi yang sangat menarik bagi para pelakunya hingga dapat memastikan akselerasi yang baik.

Kegagalan paham kerap terjadi karena tak juga mampu melihat secara holistik, juga sistematika kerjanya yang silo kerap kali menimbulkan korban di masyarakat terutama terkait potensi tumbuhnya teknologi baru yang melahirkan ekonomi baru dengan cara-cara baru dianggap melanggar, aturan dijadikan senjata, “unintended consequences”nya tidak banyak dipikirkan

Kebijakan yang tidak pro digital ini memang diakibatkan kesenjangan digital yang masif, tertinggal paham bagaimana proses bisnis berjalan sekarang. Coba lihat dari generasi mana pengambil kebijakan vs siapa pelaku ekonominya. Alih-alih harus lapor, kebijakan ini malah menghancurkan industri secara menyeluruh juga ekositemnya. Walau misal PayPal dibuka lagi sementara, karena tekanan publik & memberikan kesempatan publik untuk pindahkan saldo (?) lalu bagaimana kepastian jangka panjangnya?

Ruang digital yang aman & kondusif itu dipahami dengan kerangka pikir yang tepat, pahami dulu proses bisnisnya, tarik garis waktu penyelesain elaboratifnya. Perusahaan-perusahaan digital yang jadi tempat para Gig ini bekerja umumnya adalah perusahaan global yang reputasi & kegunaanya jelas. Pendekatan-pendekatan merangkul ekosistem inovatif seringkali kontradiksi dengan inovasi. Inilah yang perlu jadi pembelajaran lebih lanjut, agar kita tak terjebak cara-cara lama di era yang baru.

Bagaimana proses transformasi organisasi kamu?

Melihat penggusuran beragam Aset PT. KAI membuat ingatan kembali ke tahun 2009 kala Kereta Api Indonesia memulai transformasinya dibawah tokoh transformatif Ignatius Jonan. Juga teringat konsep “Innovator’s Dillema”, yang besar akan kalah meski Ia merasa berinovasi, kalah dari mereka yang melakukan inovasi disruptif.

Sebagai penduduk di

Kota tempat PT.KAI berpusat, kami melihat langsung perubahannya, yang sangat terasa diawal adalah perubahan mindset orang-orangnya, jelas bergerak dari product oriented jadi customer oriented. Bisnisnya berkembang pesat setelah menjadi sebuah User Centric Company.

Sebelumnya KAI bekerja berdasarkan produk yang dimiliki & tidak memikirkan apa yang dibutuhkan pelanggan. Perubahan mindset adalah proses panjang, bukan sulap yang bisa dikerjakan dalam semalam. Dirawat dalam kesehariannya, & dikerjakan tiap hari, maka perubahan lain yang terlihat adalah kumpulan action setiap hari.
Melahirkan outcomes!

Lanjutnya adalah konsistensi, upaya paling memantang sambil menemukan ramuan model bisnis yang menyeimbangkan Desirability – Feasibility – Reability yang pas menjadi perjalanan perbaikan panjang melahirkan keberhasilan transformasinya.

Hal menarik juga adalah Agile Leadership yang diterapkan, Action speaks louder than words, tidak boleh ada kepentingan pribadi dalam tugas. Leader langsung tampil di lapangan, turun ke lapangan & merasakan persoalan yang ada & memberi contoh.

Jika merujuk pada proses difusi inovasi, contoh KAI persis sama yakni terdiri dari tiga kelompok besar pegawainya 1) Enggan berubah, 2) Bingung, dan 3) Ingin berubah.

Transformasi diurai dalam roadmap perubahan selama lima tahun, dan konsistensinya membuahkan 95% jadi pegawai mau berubah.

Kepemimpinan adalah tentang memberi contoh, merasakan pada setiap aspek teknis yang bermasalah, hingga dibungkus menjadi kebijakan. Hal yang lebih menarik sebenernya adalah keberhasilannya memastikan keberlanjutan, melahirkan legacy organisasi yang tidak tergantung pada pihak lain & kaderisasi profesional. Jadi ketika perlahan asset-asset KAI menjadi jauh lebih baik, ini adalah buah kerja keras transformasinya.

Bagaimana proses transformasi organisasi kamu?

Big to Small Thinking Framework

Dalam postingan terdahulu ada sebuah analogi menarik terkait Design Thinking dari Banfield (2017), “Jika seorang tamu memesan sepotong kue di toko & mereka memberikan resep pada tamu tsb, tentu tamu tsb akan keluar dengan kecewa” Tapi justru itulah yang dilakukan DT hingga dapat memberikan berupa outcomes yang berhasil.

Ungkapan ini begitu relevan & bagaimana cara menurunkannya dalam sebuah strategi teknis bagi para pelanggan kita. Jika kita kaitkan lagi dengan framework Golden Circle-nya Simon Sinek yang mengungkapkan tahapan-tahapan Why-How-What. Analogi Banfield sesungguhnya merujuk pada pentingnya kita mengemukakan Why hingga seseorang tau mengapa Ia perlu menginisiasinya atau memulai sesuatu dengan mengetahaui kenapa hingga tumbuh pula energinya.

“Detail is important, but the big picture is what counts” Menyampaikan “resepnya” ketimbang “kuenya” pada pelanggan bisa bermula dengan menjelaskan dari Big Picture & kita mau kemana? Hal ini sering terlewati karena langsung terjerembab pada What, langsung menikmati “kue”nya.

Mengapa Big Picture?
-Memungkinkan untuk melihat peluang
-Membawa Big Picture untuk dikomunikasikan pada tim
-Memperkuat alasan sebenarnya untuk aktivitas yang dilakukan sehari-hari

“Having a big-picture perspective can help you prioritize effectively, set better goals & improve time management. By developing a complete perspective of a situation, making decisions that drive long-term results, which can help you advance in achieving your goals”

Hari ini,di Unsoed Purwokerto, saya menemani kawan-kawan bergagasan mencipta kurikulum transformatif. Melahirkan proses pembelajaran yang kaya. Biasanya lokakarya semacam ini langsung pada barangnya berupa kurikulum, namun kami biasa membawa kawan-kawan membaca gambar besarnya, menggambarkan masa depan & kesenjangannya dalam mencapainya.

Mendahuluinya dengan memberikan Big Picture memungkinkan mendapatkan cakrawala lebih luas & dalam prosesnya membantu pembelajar menemukan alasan positif untuk mulai mencari dan menginisiasi. Itu mengapa memberikan resep jadi penting, karena pembelajar mampu meracik kuenya yang kontekstual pada diri & lingkungannya. Tidak dapat kue yang sama untuk semua 🙂

Selamat mengarungi dunia yang lebih dinamis!

Era Vuca atau Bani saat ini saat banyak keadaan makin cepat, tak jelas, kompleks dan ambigu. Jadi belajar banyak di era pandemik ini saat perubahan dilakukan diatas perubahan menjadi kebiasaan baru. Beberapa hal juga berubah, cara bekerja dan segala sesuatu terkaitnya berubah total. Coba deh DURT, frameworknya Jon Mertz di tahun 2014.
Direct, Understandable, Reliable, and Trustworthy

Be Direct.
Langsung dan berterusterang dalam situasi yang kompleks menjadi cara yang ampuh untuk memberikan penyelesaian yang lebih cepat dalam situasi yang kompleks. Informasi dalam komunikasi yang transparan serta membangun mutual trust / rasa saling percaya dan membagun upaya yang kolaboratif. Ingat kata kuncinya, transparan, saling percaya dan upaya kolaboratif. Semuanya yaa bukan satu-satu 🙂

Be Understandable
Situasi yang ambigu, memang sangat banyak dimungkinkan untuk terjadi saat ini dan kedepan. Menjadi jelas itu adalah sesuatu yang penting, namun bukan jelas caranya ya, tapi jelas tujuanya, jelas purposenya. Karena cara justru senantiasa berubah, hingga dimungkinkan membuka inisiatif dengan cara-cara baru. Kejelasan akan purpose, arah, peran dan tanggung jawab akan memberdayakan setiap indvidu didalamya.
JIka tak paham, ruang gagasan yang frekwentif menjadi wadah baik mematangkan tim dengan pemahaman-pemahaman baru yang kompleks.

Be Reliable
Era yang serba cepat, menjadi reliable adalah sebuah tantangan lain. Ikuti sesuatu yang dikatakan dan disepakati, pegang nilai-nilai dasarnya akan mempercepat momentum positf untuk tumbuh. Situasi cepat menghadirkan kesempatan untuk belajar banyak, belajar banyak artinya mengalami kegagalan yang banyak pula yaa! Hanya jangan gagal pada lubang yang sama, kesalahanpun bisa belajar dari orang lain 🙂

Be Trustworthy
Dapat dipercaya di era yang tak jelas adalah hal penting. Bersandar pada nilai-nilai yang disepakati. Investasi pada manusia, memelihara tim agar tetap enggaged berpadu dan kompak, melibatkan mitra dan tetap mau belajar untuk mau memahami hal-hal baru hingga bertindak dengan tindakan yang saling menghargai.

Selamat mengarungi dunia yang lebih dinamis!

Sudah sejauh mana dan seserius apa kita menyiapkan pendidikan masa depan?

Berbincang dengan mahasiswa dalam memulai penelitiannya, kami memulainya dengan pertanyaan, apa yang kamu inginkan dimasa depan? apa yang disukai & paling mendatangkan energi deras ketika kamu melakukannya? Jika belum tau masa depannya apa, eksplorasilah dulu, tak usah terburu-buru hingga kamu tau apa yang diinginkan.

Menuangkan kalimat diatas, nyatanya memang menantang kontekstualisasinya. Perlu keberanian ditabrakkan dengan kurikulum konvensional saat ini. Namun, merancang pendidikan bagi masa depan adalah hal yang tak bisa ditunda, perlu dipersiapkan & disegera-lakukan. Bagaimana memulai aksi-aksi nyata fundamental menuju inklusitiftas, ekosistem pengetahuan partisipatif. Terkait ini, sebuah konsep terkait Future of Eduction bertajuk “Near Future Education” menarik untuk disimak.

Masa depan memang belum nyata ada, tapi jadi sangat penting mencipta suspensi yang memungkinkan melakukan proses eksplorasi berbagai kemungkinan dimasa depan hingga dapat menarik beragam masyarakat dengan beragam latar belakang hingga memungkinkannya menjadi para performers masa datang, mengekspresikan dirinya bukan hanya pada hal-hal teknikal & teknologi, tapi juga dalam rangka menghadirkan masa depan yang Ia inginkan & disukainya.

Merancang pendidlikan masa depan perlu dimulai dengan memetakan dahulu peta masa depannya, kombinasikan aktivitas teknis, teknologi bersama hal-hal ethnografis lainnya agar kontekstual. Kemudian padukan dengan beragam kebaruan, tren, pola dan aspek-aspek lain seperti sosial, budaya, ekonomi dll. Penting juga untuk menggambarkan hal-hal yang tampak aneh hari ini, yakni hal-hal yang walau tak belum xdirasakan manfaatnya hari ini tapi dimasa depan hal-hal ini akan tampak jelas dan tumbuh.

Pendidikan masa depan tentu perlu mendapatkan redefinisi baru, karena variabel kontektualnya menjadi lebih kaya diera teknologi digital ini, yakni (RMIT, 2022)
1. Keterhubungan, kolaborasi, dan kreasi bersama
2. Di mana saja, kapan saja belajar
3. Kustomisasi untuk pendekatan yang mengutamakan pembelajar
4. Menguji coba, menitikberatkan pada proses dan perkembangan belajar.

Sudah sejauh mana dan seserius apa kita menyiapkan pendidikan masa depan?

“Sepakat Membangun Ekosistem!”

Salah satu titik kritis transformasi digital adalah bagaimana kita memaknai bahwa yang perlu dirancang bukan hanya semata-mata model bisnis, tapi juga upaya dalam merancang ekosistem bisnis, memetakan, menginisiasi, menghubungkan, menguatkan keterhubungan kepingan puzzlenya & melompat bersama melalui kesamaan visinya.

Hari ini kami di Malang, kali ini The Local Enablers bersama SEAL.ID bersama-sama beberapa komunitas  memulai inisiasi merajut kolaborasi. Hadir disini menjadi learning partner memahami karakter era digital yang sering kali salah memaknainya. 

Sebuah kalimat tercetus hari ini, “Sepakat membangun ekosistem!” Seringkali terlupakan bahwa ekosistem adalah pilar paling penting yang bisa membantu sebuah pergerakan terjaga keberlanjutannya. Karena simpulnya saling terhubung, saling keterkaitan dan membawa pengaruh untuk saling memajukan maka Ia tidak akan tergantung secara khusus pada seseorang sosok atau organisasi yang superior. Membangun ekosistem walau penting, tapi justru hal ini pula yang sering terlupakan, karena kita fokus membangun diri sendiri dengan menggunakan model bisnisnya masing-masing kemudian terjun dalam pertempuran.

Apalagi di era digital, membangun keterhubungan adalah pilar kekuatan yang tak bisa dielakkan.  Merancang bagaimana sebuah ekosistem dirancang adalah strategi penting memastikan keberlanjutan.  Beberapa  jenis ekosistem yang penting untuk dirajut antara lain;

1. Ekosistem Bisnis, kolaborasi yang ditujukan untuk membuat fokus dalam penciptaan nilai di mata konsumen.

2. Ekosistem Inovasi. Pilar penting dimana kita perlu menginvestasikan waktu, pikiran & sumber daya bersama mengintegrasikan eksplorasi pengetahuan serta eksploitasi ekosistem bisnis. 

3. Ekosistem Pengetahuan. Ini menjadi penting, ketika kita terhubung dengan pihak-pihal yang juga fokus dalam menghasilkan kebaruan-kebaruan pengetahuan dan teknologi.


Tak semata-mata berdiri sendiri, maka usaha akan kuat jika bersama-sama merangkul ekosistemnya. Memiliki kekuatan lompatan yang kuat jika terhubung dengan pelaku inovasinya, serta senantiasa menjadi inisiatif yang terjaga keberlanjutannya jika memastikan kita juga terhubung dengan ekosistem pengetahuannya.

Creative Leaders

Kerja keras dan lebih keras dimasa sulit sudah pasti, apalagi jika kerja yang lebih keras ini belum tentu juga mendatangkan aliran pendapatan sesuai harapan. Memiliki tim yang mengerti, ber‑value sama dan satu frekuensi memang sebuah kemewahan. Proses panjang berlatih melekatkan leadership ditiap individunya jadi tantangan tersendiri.
⁣⁣
Leadership yang melekat pada tiap individu memang perlu dibangun, ini menjadi bermasalah ketika dunia pendidikan sejak awal tak serius melekatkan ini dalam prosesnya. ⁣⁣
⁣⁣
Merujuk pada Model Pengembangan Kepemimpinan, ada 4 kuadran menarik! ⁣⁣

Kuadran I. ⁣⁣
Fokus Eksternal & Hasil Usaha⁣⁣
Dalam kuadran ini setiap individu diberikan kesempatan mengembangkan kemampuan Menciptakan Purposenya. Beberapa hal yang dapat diajarkan untuk mengembangkan kemampuan Purposing seperti, berlatih berfokus pada customer, komunikasi efektif, presentasi & kemapuan berpikir strategis.⁣⁣
⁣⁣
Kuadran II⁣⁣
Fokus Usaha & Internal. Kuadran ini penting untuk menghasilkan kemampuan menyampaikan sesuatu dengan baik & tuntas tas tas! Kemampuan ini penting banget & memang sering kali jadi kelemahan individu‑individu tim kita, seperti mengambil keputusan, delegasi, ketergantungan, fokus pada hasil (aaah ini bangeet!), integritas & kemampuan penyelesaian masalah. Duh kuadran II ini beneran deh terasa banget di masa sulit ini #curcol⁣⁣
⁣⁣
Kuadran III⁣⁣
Fokus Internal & Sekitar. Kuadran ini terkait kemampuan mengembangkan diri & orang lain. Beberapa kemampuan ini juga perlu dimiliki setiap individu seperti keterampilan coaching, manajemen ego, menyimak, personal development, team building, manajemen waktu, menghargai orang lain. Btw hal‑hal ini didapat dimana ya pas perkuliahan? ahhaha jadi inget Pi‑Shaped People, belajar dari banyak wadah ya guys, mumpung muda!⁣⁣
⁣⁣
Kuadran IV⁣⁣
Fokus Sekitar & Eksternal. Kuadran ini terkait kemampuan memimpin perubahan. Ini penting, apalagi terkait leadership. Beberapa keterampilan yang harus diasah adalah skill manajemen perubahan, inovasi, komitmen yang inspiratif serta kecerdasan berorganisasi.⁣⁣
⁣⁣
Banyak yaa Peer, Habiskan jatah gagal selagi muda🚀

6 Jenis Kecerdasan

Institusi pendidikan kerap kali abai dengan sisi manusia, abai pada tahapan‑tahapan tumbuh manusia serta bagaimana menyiapkan mereka dimasa datang.⁣

Pendidikan tinggi memang hadir dengan aneka riset, hanya sebagian besarnya berupa menara gading, lupa membumikannya. Sisi lain, Ia juga melaksanakan proses pendidikan berdasarkan banyaknya SKS yang terselesaikan hingga abai esensi dasarnya bahwa kita sedang membangun manusianya, bukan semata membangun produknya.⁣

Perdebatan kerap kali hadir, merumuskan kurikulum terjebak tataran teknis, lupa fundamental & filosofi dasar. Sering kali merancang aneka macam topik seperti layaknya menjahit kain perca. Selimutnya memang jadi, tapi bentuknya tak jua jelas.⁣

Di pertemuan Era Bonus Demografi X Generasi Baru X Tsunami Digital X Pandemic Covi‑19 adalah variabel kompleks yang perlu diolah seperti apa generasi mendatang perlu didampingi dan dirancang melalui proses pendidikan yang baik.⁣

Whatsapp berdenting, Video Prof Rhenald Khasali kembali mengingatkan keterampilan masa depan yang perlu dimiliki. Mengutipnya, saya coba deskripsikan sbb;⁣

1.Technological Intelligence⁣
Anak muda saat ini terlahir lekat dengan teknologi. Kemampuan penguasaan teknologi yang lebih kompleks kedepannya perlu dijaga.⁣

2.Contextual Intelligence⁣
Banyak bekerja di belakang teknologi, seringkali jadi tidak paham konteks, keterampilan berpikir kritis yang perlu dilatih sungguh‑sungguh⁣

3.Social & Emotional Intelligence⁣
Saat anak‑anak yang sedari dini aktif di depan teknologi perlu meningkatkan kecerdasan fungsi sosial dalam merespon/menghadapi lingkungannya dengan beragam perilaku. ⁣

4.Generative Intelligence⁣
Menangkap kesempatan atau peluang & memanfaatkan momentum.⁣

5.Explorative Transformational ⁣
Kemampuan eksplorasi berbagai kesempatan & bertransformasi, memiliki ketahanan bereksplorasi & membawa perubahan yang lebih baik.⁣

6.Moral Intelligence⁣
Kecerdasan fundamental dalam menggunakan nilai‑nilai yang berlaku secara universal untuk mencapai puncak yang tertinggi pada peranan yang ia pilih. ⁣

Pada akhirnya kecerdasan‑kecerdasan ini akan melahirkan integritas, dapat dipercaya dengan karakter yang kuat.

Makin Pinter Dengan Berbagi

Postingan ini hadir bukan karena Dosennya doyan bikin webinar yaa🤣🤣 tapi ini sungguh ingin membagikan pengalaman belajar nyata, membuktikan bahwa belajar & berbagi itu bisa sangat menyenangkan. Bukan hanya menyenangkan, namun juga mendatangkan banyak insight yang luar biasa🚀
⁣⁣
Jika dalam teori retensi pembelajaran, mengajarkan orang lain adalah hierarki tertinggi dalam proses belajar dimana Ia akan menyerap 90% hasil belajarnya, ketimbang model belajar lainnya seperti ceramah, membaca atau diskusi sekalipun. ⁣⁣💫
⁣⁣
Memberikan wadah yang sungguh‑sungguh bagi anak‑anak muda menjadi manusia berkualitas selalu menjadi sumber energi membahagiakan. Merancang proses yang sungguh‑sungguh dilakukan hingga mereka lulus dengan outcomes yang baik, hingga kemampuan kognitif keilmuan, psikomotorik gerak & perilaku serta kemampuan afeksinya terasah baik👨🏻‍🎓⁣⁣
⁣⁣

Kemampuan ini jadi penting untuk mengarungi era masa depan yang makin menantang, oleh karena itu sempat juga kami berdiskusi terkait nama‑nama peranan yang ingin mereka hadirkan di masa depan dengan beragam kapabiltasnya yang perlu dimiliki. Coba lihat deh dibawah nama‑nama mereka, ada peranan masa depan yang dirumuskannya, keren! Yaaa.. setidaknya label ini akan memancing hukum ketertarikan hal‑hal yang mereka impikan untuk menghampirinya lebih dekat dengan mimpinya.⁣⁣
⁣⁣
Malam ini mendapat report progress membahagiakan, panggung‑panggung ujian akhir semester kali ini akan berbeda! 🗣 Mengundang masyarakat umum untuk menilai mereka apakah memiliki kapabilitas & kapasitas yang layak untuk memboyong nilai A bagi kuliahnya. Setiap anak akan memiliki panggung berbaginya dengan audience yang berbeda secara masif🎤Secara pribadi saya sangat menikmati panggung anak muda walau minim pengalaman sekalipun, sangat membahagiakan bahkan jika kita sanggup memberikan berbagai panggung pertama untuk tiap pengalaman baru pada hal‑hal berbeda🤩

Peranan Masa Depan

Inget postingan lalu tentang parade webinar mahasiswa? Ternyata di jagad twitter, poster kami viral disoroti negatif 😂 tentang label peranan masa depan yang memang mereka kami tantang tentang peran apa masa depan, yang tentunya saat ini belum populer apa itu peranan & apa itu bedanya dengan profesi.⁣

Pergeseran Profesi ke Peranan adalah hal pasti. Jika proses perkuliahan berujung pada kompetensi khusus & tiap profesi punya standar masing-masing, lalu apa bedanya dengan peranan?😎

Profesi penting seragam & terstandar, jika dituangkan jadi peranan akan jadi cerita lain yang menantang! “Peranan itu melekatkan manfaat ilmunya di masyarakat & lingkungan, kemudian meluaskan keterampilannya untuk membawa kemajuan bagi sekeliling” Tiap individu berhak memilih & memformulasikannya ilmu dengan passionnya. Oleh karena itu peranan akan punya warna2 khasnya yang unik & saling melengkapi🧩

Sarjana Pertanian misalnya, Ia tak melulu harus jadi dosen/ petani, tapi dengan ilmunya Ia bisa memberikan manfaat dalam bentuk berbeda. Untuk melekatkan ilmunya, Ia bisa berperan sebagai Agile Leaders, Design Thinkers, The Local Enablers, Creative Inclusive Mover atau label apapun yang Ia inginkan melekat pada dirinya sebagai perwujudan mimpi diri masa depannya🔎

Bingung? memang akan banyak kebingungan yang muncul karena makin banyak kebaruan muncul berbeda & belum ada rujukannya & bahkan tak banyak pula yang melakukannya🖐

Satu-satu yang membuat kita bisa beradaptasi adalah membangun paradigma baru, karena kebaruan tidak dapat melekat dengan paradigma lama. Jika mendapatkan cemoohan biarkan, pembaharu memang akan selalu mendapatkan tantangan dari sekeliling. ⁣

Berikut saya coba adaptasi sebuah gambaran konsep Whole Brain Herrman Global. Untuk menetapkan nama peranan, coba tarik garis dimana titik dominan & kurang dominannya kamu. kemudian petakan ingin seperti apa diri dimasa datang dengan ke-4 kemampuan ⁣

A Rasional/logika,⁣
B Perencanaan & organisasi, ⁣
C Perasaan & Interpersonal.⁣
D Kreativitas & Big Picture⁣

Tarik garis sesuai kedalaman penguasaannya, coba labeli diri dengan peranan. Kira2 nama peran apakah yang paling sesuai buat kamu dimasa datang?⁣