Ada manusia yang kehadirannya membuka jalan bagi cahaya, menenangkan dalam perkataan, menguatkan dalam tindakan, dan menuntun dalam diamnya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Dan di antara manusia ada pula yang menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan…” (HR. Ibnu Majah). Pertanyaannya bagi kita bukan sekadar “siapa mereka?”, tapi lebih dalam: “apakah hari ini aku menjadi salah satunya?”
Kebaikan tidak selalu hadir dalam bentuk besar atau dramatis. Ia bisa tampak saat kita memberi peluang kerja kepada teman yang sedang kesulitan, membela seseorang yang diperlakukan tidak adil, atau sekadar memperkenalkan dua orang yang akhirnya saling menolong. Kadang kita lupa bahwa menjadi penghubung, penguat, atau penyambung informasi pun bisa membuka jalan-jalan baru yang berdampak nyata. Kebaikan tumbuh dari kepekaan, bukan dari sorotan.
Namun, yang sering luput dari kesadaran kita adalah bahwa membiarkan keburukan berjalan juga bagian dari peran. Ketika kita tahu ada yang salah, tapi memilih diam karena tak ingin repot. Ketika kita mampu mencegah, tapi enggan melangkah karena tidak nyaman. Sikap pasif itu bukan tanpa akibat, ia bisa menjadi pupuk bagi tumbuhnya kemungkaran. Diam yang membiarkan bisa jadi lebih tajam dari kata-kata yang menyesatkan.
Maka doa paling penting hari ini mungkin bukan lagi soal rezeki atau pencapaian. Tapi: “Ya Allah, jadikan aku kunci pembuka bagi kebaikan dan penutup bagi keburukan.” Sebab pada akhirnya, keberkahan hidup tak diukur dari seberapa besar panggung yang kita pijak, tapi dari seberapa banyak pintu kebaikan yang terbuka lewat keberadaan kita, meski dalam langkah-langkah yang sunyi.
Selamat menebar kebaikan!🚀