Purpose beyond Profit

Pernyataan yang sedang banyak bermunculan, terlebih dunia memasuki era dimana permasalahan sosial memuncak. PwC menunjukkan 79% pemimpin bisnis percaya bahwa purpose adalah pusat dari kesuksesan, tapi 68%nya menyatakan bahwa dalam perjalanannya tak digunakan jadi panduan pengambilan keputusan organisasinya. Era ini juga punya koneksi kuat dengan purpose, kemungkinannya 5,3 kali lebih besar untuk bertahan. Tapi sebagian besar karyawan tidak memahaminya, hanya 33% yang benar-benar paham purposenya. Dari sisi konsumen, justru dipandang bahwa mereka yang didorong purpose akan lebih loyal pada produk & usaha mereka.

Dari tulisannya C. Bulgarella, 2018 Ia mencontohkan 2 perusahaan jam tangan dengan 2 jenis purpose: Linear Vs.Transformatif

A; Membantu untuk tepat waktu.
B; Membantu mencapai kehidupan yang lebih seimbang

Purpose ke-1 mendorong mengembangkan aset teknis & membantu mencapai pertumbuhan linier, sedangkan kasus ke-2 tidak hanya memperdalam makna perusahaannya, tapi juga memperluas struktur hubungan, cakupan produk & dampak yang dapat ditimbulkannya pada kehidupan pelanggannya. Purpose adalah cerminan asli bagaimana perusahaan bermaksud untuk berkembang & mendorongnya mengatasi inkonsistensi & kesenjangan dalam budayanya sendiri.

Purpose diperlukan bukan lagi ditujukan bagi kemajuan linier/horizontal (bagaimana bisa maju & lebih baik daripada apa yang dilakukan hari ini?) Tapi, hal ini jadi satu transformasi evolusioner (pertumbuhan evolusioner/ke atas), yakni “Bagaimana apa yang dilakukan hari ini membantu kita memanfaatkan potensi transformatif & memberikan lompatan perubahan dari hari ini”

Purpose otentik perlu kedewasaan lebih tinggi. Frederic Laloux dalam bukunya “Reinventing Organizations”, menulis pertanyaan kunci ketika organisasi/individu naik skala kesadarannya Ia bertanya “Apakah saya jujur pada diri sendiri & sejalan dengan panggilan yang dirasakan?” Ini bukan hanya tentang kebenaran lahiriah, tapi kebenaran batiniah.

Bukan pertanyaan mudah memang, itulah sebabnya kesadaran adalah batu loncatan utama bagi organisasi yang ingin memanfaatkan kualitas Purpose yang transformatif.

Pemimpin Masa Depan

Menemukan ini di QAspire, cukup memberikan validasi terkait bagaimana sesungguhnya kita membangun wadah belajar. Menyiapkan pemimpin masa depan dengan cara-cara baru yang relevan adalah penting. Bagaimana sesungguhnya mendefinisikan karakter yang dibutuhkan seorang pemimpin?

QAspire mencatatkan empat kriteria pemimpin yang dapat mencipta masa depan.

1.The Learning Person
Bagaimana individu dipersiapkan untuk tetap berenergi untuk selalu belajar, menerapkannya dan merefleksikan proses belajarnya (Learn, Apply, Relect) apakah Ia dilatih untuk belajar secepat dunia yang juga berubah?

2.The Personal Disruptor
Disrupsi adalah sesuatu yang “menggagu” tapi Ia mendatangkan inovasi dan kebaruan. Tak mungkin kita mencipta masa depan jika gagasan kita tak sesuai dengan jaman dan konteksnya. Individu didorong untuk menjadi The Personal Disruptor, membawa perubahan yang inovatif.

3.The Tough-Minded Optimist
Seorang optimis yang yang persisten, yang teguh pendiriannya. Masa depan diciptakan oleh seseorang yang antusias-bermotovasi tinggi yang menginginkan dan atau mempikan sesuatu dengan kuat. Pastikan kita juga memfasilitasi mereka untuk punya mimpi besar yang memotivasinya.

4.The Eager Experimenter
Seseorang yang gemar bereksperimen. Mendukung gagasan-gagasan yang dapt dieksekusi kemudian walau dengam probabilitas kecil sekalipun.

Gimana, siap jadi pemimpin masa depan? #percayaanakmuda

Pemimpin yang Dapat Mencipta Masa Depan

Menemukan ini di QAspire, cukup memberikan validasi terkait bagaimana sesungguhnya kita membangun wadah belajar. Menyiapkan pemimpin masa depan dengan cara-cara baru yang relevan adalah penting. Bagaimana sesungguhnya mendefinisikan karakter yang dibutuhkan seorang pemimpin?

QAspire mencatatkan empat kriteria pemimpin yang dapat mencipta masa depan.

1.The Learning Person
Bagaimana individu dipersiapkan untuk tetap berenergi untuk selalu belajar, menerapkannya dan merefleksikan proses belajarnya (Learn, Apply, Relect) apakah Ia dilatih untuk belajar secepat dunia yang juga berubah?

2.The Personal Disruptor
Disrupsi adalah sesuatu yang “menggagu” tapi Ia mendatangkan inovasi dan kebaruan. Tak mungkin kita mencipta masa depan jika gagasan kita tak sesuai dengan jaman dan konteksnya. Individu didorong untuk menjadi The Personal Disruptor, membawa perubahan yang inovatif.

3.The Tough-Minded Optimist
Seorang optimis yang yang persisten, yang teguh pendiriannya. Masa depan diciptakan oleh seseorang yang antusias-bermotovasi tinggi yang menginginkan dan atau mempikan sesuatu dengan kuat. Pastikan kita juga memfasilitasi mereka untuk punya mimpi besar yang memotivasinya.

4.The Eager Experimenter
Seseorang yang gemar bereksperimen. Mendukung gagasan-gagasan yang dapt dieksekusi kemudian walau dengam probabilitas kecil sekalipun.

Gimana, siap jadi pemimpin masa depan?

Social Enterprise

Menuju Lombok, bersua dengan 17 StartUp matang dari beragam penjuru ASEAN.

Kali ini kami bersama UNDP bersama-sama berkompetisi menjawab tantangan bagaimana menghadirkan usaha-usaha berbasis inovasi yang ditujukan pada kelestarian lingkungan. Lebih spesifik lagi menggagas usaha-usaha inovatif memerangi limbah plastik.

Kehadiran 17 usaha-usaha anak muda yang model-model bisnisnya ini sudah proven adalah bukti bahwa tak dipungkiri lagi bahwa saat ini produk-produk inovatif tak bisa lagi hanya mempertimbangkan profit, tapi juga memastikan keberlanjutannya dengan memadukan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Teknologi jadi media katalisator terjadinya inovasi dan dampak sosial yang luas.

Tidak banyak, tapi mulai banyak tumbuh social entreprises yang menjadikan teknologi sebagai mesin utama perubahannya. Menyandingkan teknologi bersama visi sosial menjadi penting, apalagi membuncahkannya bersama kreatifitas.

Mengapa bisnis sosial menjadi tren walau pada kenyataanya sebagian besar perusahaan sosial merasakan kesulitan untuk menciptakan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan, hingga proses menemukan model bisnis yang paling pas adalah hal yang paling menantang, sangat unik untuk setiap usahanya.

Cara paling layak bagi wirausahawan sosial untuk memberikan kembali paradigma ekonomi baru menyeimbangkan people, planet dan proseperity sebagai kesatuan mekanisme yang utuh untuk memenuhi tujuan yakni memberi dampak dengan cara yang lebih positif yakni model binis sosial.

Kita eksplor bisnis-bisnis sosial ini di Lombok!🎉

Easy Digest SCRUM

“Sedang dipuncak, takut kedepan menemukan titik dibawah”. Sekelumit pembicaraan dengan salah satu startup yang sedang tumbuh.

Tampak banyak pembelajaran yang terungkap, hingga mereka mulai dapat mengelola usahanya dengan baik & sistematis hingga cara-cara inovatifnya cepat terakusisi.

Dalam sebuah dinamika membangun usaha, tentu selalu ada gelombang dinamika kala satu titik di atas kemudian satu titik kemudian berada di bawah. Proses ini adalah dinamika pembelajaran, biasa. Tantangan akan lebih banyak dan berat tandanya naik kelas.

Terus bagaimana mengelolanya?
Aneka kerangka kerja manajemen modern sebenarnya sangat menarik dipelajari, untuk menakar resiko, memperbesar probabilitas.

Salah satu sesi kelas kemarin, menjelaskan lagi Scrum sebagai kerangka kerja, bukan sebuah metodologi manajemen proyek. Mempelajari kerangka kerja ini menjadi penting, bukan tentang tools saja, tapi “Kenapa” kita perlu mengadopsinya.

Kerangka ini sangat bisa menakar kegagalan, karena setiap event / ceremony dalam tiap sprintnya justru mengandung semangat inovasi dalam tiap pertemuannya. Yakni mendorong tim untuk berani, fokus, komitmen, saling menghargai dan terbuka. Tiap pertemuan singkatnya menuntut membiasakan transparansi, inspeksi & adaptasi.

Selain kerangka ini menjelaskan pembagian peran yang clear, seperti siapa Product Owner, siapa Scrum Masternya & siapa Tim Pengembangnya. Menjadi lebih jelas karena sepanjang progres setiap gagasan, temuan dan kemajuan juga dicatat, catatan ini disebut Artefak. Biasanya catatan ini ditulis dalam Backlog dan Increment.

Berbicara kerangka kerja ini memang perlu diawali dengan pemahaman mendasar. Benar benar mengapa ada banya meeting singkat misalnya seperti Sprint, Sprint Planning, Daily Scrum Meeting, Sprint Reveiew & Retrospective?

Sebagian besar masih menganggap terlalu mahal meeting-meeting ini, namun sesungguhnya jika dikelola baik, justru akan jadi wadah-wadah pembelajaran menuju organisasi yang agile.

Untuk sebuah transformasi, memang perlu budaya yang dibangun, membangunnya pun dengan sistematik agar tak lelah dengan dinamika yang terlalu kencang, namun bisa memperbesar probabilitasnya.

Dicoba aja & dibiasakan, Ayoo dimulai!

Goals Manajemen OKRs

Kumpul lagi bareng tim yang lama tak bersua, menata lagi mimpi yang dulu pernah terselubung pandemik. Belajar juga langsung dari @chocodot.official @akanggumelar


Ngga semudah membaca buku Goals Manajemen OKRs, dalam praktekknya banyak liku-liku menularkan kemampuan yang konsisten dalam mencapai sebuah tujuan organisasi. Sharing hari ini bersama tim bukan hanya menurunkan aspek pertama dalam OKRs yakni tapi belajar banyak tentang tahapannya, nilai, prinsip dan elemen dasarnya. Jadi tadi kami membahas apa aja? ⁣


1)To -dos. ⁣
To-dos meliputi tahapan yang dimulai dengan merancang Key Result, Objectives & Interim Goals dalam mencapai Visi. Merumuskannya saja perlu waktu, karena dalam proses “internalisasinya” justru jadi tantangan.⁣

2)Motivasi intrinsik. ⁣
Tantangan berikutnya, membangkitkan motivasi intrinsik. Nilai dasar yang ditumbuhkan dalam tim. Kami biasa menyebutnya dengan menegaskan kembali tujuan dengan langkah yang jelas “Clarity” , terdiri dari 1) Penyelarasan, dimulai dengan kalimat “bentar dulu!, kayaknya kita menjauh dari goals nih!” atau dengan pernyataan lain yang terukur dari progres pencapaian 2) Transparansi, ini jadi penting mengingat keterbukaan jadi unsur penting memastikan kita berjalan selaras. 3) Engagement, ini juga jadi tantangan! biasanya kita jawab sambil makan-makan :)⁣

3)Self-organized Teams⁣
Membangun fokus menjadi tantangan tersendiri. Mau tidak mau individu & timnya dilatih untuk menjadi Agile!, lebih dari itu budaya Continuous Improvement dibumikan sungguh-sungguh jadi tantangan karena kerap lupa mengevaluasi apa yang sudah terjadi. Pertemuan-pertemuan kecil untuk iterasi juga penting, karena banyak individu kerap silo dalam kerjanya. Prinsip-prinsip ini menjadi pilar penting untuk juga ditumbuhkan.⁣

4)Pertemuan Mingguan⁣
Elemen penting ini dilakukan untuk mereview, perencanaan, retrospektif & list selanjutnya hingga kita paham kita berada di jalur yang benar menuju tujuan kita. ⁣

Jadi gimana? Bukan cuma tools terkait mengukur progresnya saja ya, tapi juga belajar bersamaan bagaimaman menginternalisasi nilai dasarnya, prinsip serta elemen-elemennya. Perjalanan panjang sebuah organisasi inovatif!

6 Sisi Out of The Box?

Ketakutan sering kali membunuh kreativitas. Salah satu diskusi semalam, bahwa memang ketakutan sering kali menjadi momok busuk mengapa kita tak jua melompat. Tak disadari memang ketakutan akan membunuh kemampuan berpikir kreatif. Ketakutan ini dapat hadir dalam beragam bentuk, namun yang paling sering muncul adalah ketakutan atas ketidaktahuan, “fear of the unknown”.

Fear of the unknown” adalah hal yang paling umum terjadi, yang sering kali menghantui individu, perusahaan atau organisasi yang ada. Ketakutan atas sesuatu yang belum diketahui justru menjadi kendala dalam melahirkan banyak inovasi, sering kali justru gagasan yang diutarakan justru diamati dari sisi ancamannya, peluangnya justru dikesampingkan jadi nomor dua.

Jika kamu punya iklim itu di organisasi kamu, maka iklim itulah yang akan menggilas kreatifitas yang seyogyanya justru membawa pada optimisme, kepercayaan diri dan komitmen. Di lain sisi, ada juga ketakutan pribadi yang dapat menghentikan aliran kreatifitas, dan ketika ini hadir pada diri kita yang muncul adalah ketakutan diri untuk tampak bodoh.

Ketika kita duduk bergagasan juga adalah hal yang lazim ditemukan kita melakukan pergulatan dengan inner critic, suara kecil dari hati yang senang menghembuskan justifikasi negatif, keraguan atau kegagalan bahkan sebelum ide itu dikeluarkan dalam forum.

Sesungguhnya, kita sangat lekat dengan gagasan pada diri dan pikiran kita. Nick Souter penulis buku Breakthrough Thinking bahkan mengungkapkan bahwa Ideas are the children of our minds. Tapi sayangnya sering kali kita terlalu protektif atau bahkan over protektif pada mereka. Ide dalam kepala sangatlah bisa kita identifikasi dengan sangat dekat, sering juga timbul rasa jika gagasan kita tak diterima, ditolak atau direndahkan kita nggak kasihan pada gagasannya, tapi justru jadi merasa tersakiti “pride”nya sebagai individu.

Kreativitas selalu membawa kita pada wilayah dan waktu dimana kita tak pernah berada sebelumnya dan terlihat berbahaya. Sekalipun fakta menunjukkan apa yang dijalankan selama ini tak kunjung membuatnya melompat.

Ideas are like electricity. They contain tremendous energy but are only harmful when handled carelessly. -Souter-

Jangan Pernah Bingung!

Kerap mengatakan ini pada kawan-kawan, kalimat ini sebaiknya mulai beralih pada kalimat “Bagaimana caranya?” Atau “Yok kita bergagasan cari jalan keluarnya”

Atau juga kerap kita terjebak dengan melontarkan kata “sulit!” yang sesungguhnya yang perlu kita lakukan adalah beberapa tahapan yang menjadi ihktiar membukakan berbagai solusi.

  1. Memanjangkan horison waktu, kesulitan timbul karena kita tak memberikan keleluasaan waktu yang panjang, memberikan waktu untuk menguraikannya. Kebingungan juga muncul karena seolah-olah hal yang menantang perlu diselesaikan dengan sempurna kala itu juga.
  2. Meninggikan pijakan berpandangan, dengan ini kita dapat melihat padangan yang lebih luas, memahami masalah menjadi lebih utuh.
  3. Memperdalam wisdom, pada aspek ini percaya pada gagasan besar, mimpi dan trust akan menjadi pijakan pada hal-hal yang belum pernah terjadi, hingga proses perbaikan terus menerus dapat dijalankan. Kesalahan bukan hal yang ditakuti, melainkan proses memvalidasi hasil yang akan semakin baik dikemudian hari.
  4. Mempertajam cara berpikir dengan melatihnya dengan beragam kontekstualisasi. Membingkai permasalahan dengan ruang dan waktu, hingga pandai memilah sesuai konteksnya.

Panjangkan horisonnya,
Tinggikan pijakan-pandangnya,
Dalamkan wisdomnya,
Tajamkan kontesktualisasinya.

Selamat berproses!

Model Bisnis Inovatif Masa Depan

Di era Pandemik sebagian besar perusahaan tentunya saat ini mulai memiliki model bisnis baru, sudah mulai paham dan melesat. Ke depan memang menjadi penting membangkitkan model bisnis inovatif. Coba dengan kerangka bisnis ini, bagaimana menemukan lagi bisnis kita yang sempat turun & bounce back, melesat lebih kencang!

Harus menjadi apakah kita?

Dalam hal menghasilkan produk inovatif
1.Market Explorers
Membuka potensi pasar baru, erilaku pasar yang berubah, begitu banyak pasar dan peluang.

2.Gravity Creator
Mengunci kesetiaan konsumen. Jangan ragu temui konsumen, komunikasi dengan baik dan bangun hubungan yang erat, kunci kesetiaannya dan bangun trustnya.

3.Channel Kings
Bagaimana membangun secara inovatif & hubungan pelanggan yang kuat. Menjadi raja pada saluran-saluran yang ada untuk membangun konektivitas yang kuat. Jangan ragu belajar dan memahami beraham karakteristik pelanggan kita menggunakan saluran-saluran yang menjadi preferensi mereka.

Dalam membentuk tim & aktivitasnya
1.Resources Castles
bagaimana organisasi kita menjadi gudangnya sumberdaya, terhubung dnegan banyak pihak saling mengisi hingga sulit ditiru

2.Activity Differentiators
Bagaimana menjadi berbeda dengan konfigurasi aktifitas yang inovatif. Ngga cuma produk, tapi konfiggurasi dari organisasi dan aktifitasnya yang inovatif.

3.Scalers
Menjadi usaha, menjadi tumbuh adalah hal penting. Maka sebagai organisasi inovatif mencari jalan untuk tumbuh dengan cara-cara baru adalah poin penting. Era digital menyediakan begitu banyak cara-cara tumbuh dan melesat.

Finansial
1.Cost Differentiators
ini biasa juga dikatakan sebagai Backstage Disruption, dimana perubahan radikal diperlukan dengan bagaimana nilai diciptakan.

2.Profit Formula Disruption
Bagaimana menaikkan keuntungan dalam cara yang kreatif. Bisnis inovatif justru hadir dengan cara & menghasilkan keuntungan, beragam jalan dan sistem perlu

3.Revenue Differentiators
Bagaimana menangkap nilai yang lebih baik dengan eksplorasi cara-cara barunya. Jadi profit tidak lagi hadir dengan cara-cara tradisional.

Coba ke sembilan dalam The Invicible Business, urai satu persatu dan coba aksi-nyatakan & melompat ke level selanjutnya!

Channeling

Ngulik lagi model binis. Model bisnis itu semestinya unik yaa, artinya tidak sama dengan model-model bisnis yang lain. Memliki kaitan logika satu dengan yang lainnya. Salah satunya kerap kali di Blok Channel menemukan kita menulisakan offline atau online, atau lebih detail kita menulisakan nama media sosialnya.

Startegi ini kerap kali dalam teknisnya membingungkan karena terlalu general, umum dan sulit menerjemahkannya karena terlalu luas.⁣

Diingat dan dipahami lagi deskripsinya “Channel adalah saluran, elemen penting dari model bisnis. cara perusahaan berkomunikasi dan menjangkau segmen pelanggannya” ⁣

Channel dibagi jadi dua,
1) langsung
2) tak langsung

Sedangkan fasenya dibagi menjad lima tahapan, 1) Kesadaran, 2) Evaluasi, 3) Pembelian, 4) Penghantaran dan 5) Setelah Pembelian, mirip-mirip Marketing Funnel yaa!⁣

Jangan lupa juga fungsinya,⁣ yaitu

  1. Meningkatkan kesadaran di antara pelanggan tentang produk & layanan ⁣
  2. Membantu pelanggan mengevaluasi Proposisi Nilai
  3. Mengizinkan pelanggan membeli produk & layanan
  4. Menyampaikan Proposisi Nilai kepada pelanggan⁣
  5. Memberikan dukungan pelanggan pasca-pembelian⁣

    Nah untuk memulai memetakan startegi Channeling ini, beberapa hal yang perlu dhijawab antara lain;⁣
  6. Lewat saluran mana segmen ingin dijangkau?⁣
  7. Bagaimana menjangkau mereka sekarang?⁣
  8. Bagaimana saluran dibuat terintegrasi?⁣
  9. Mana yang paling berhasil?⁣
  10. Mana yang paling hemat?⁣
  11. Bagaimana mengintegrasikannya dengan rutinitas pelanggan?⁣

    Jika diilustrasikan dengan gunung es, bisa diceritakan seperti ini. Bagi dua blok Channel, bagian terlihat & tak terlihat. Bagian atas atas bisa saja kita menuliskan yang biasa ditulis, Instagram, Facebook, Tiktok untuk yang online, dan atau Tiki, JNE, Kedai untuk offline.

Namun, bagian dalamnya sebenarnya ada saluran-saluran lain diluar media tsb, yakni simpul mana saja yang berupa individu / organisasi yang bisa menjadi simpul hubungan mereferalkan value proposition pada pelanggan.

Jika tau siapa yang akan jadi simpul, maka kita akan tau melalui media apa kita menggerakkannya, bagaimana konten & strategi approach yang tepat!⁣ yuk belajar lagi!