“Sepakat Membangun Ekosistem!”

Salah satu titik kritis transformasi digital adalah bagaimana kita memaknai bahwa yang perlu dirancang bukan hanya semata-mata model bisnis, tapi juga upaya dalam merancang ekosistem bisnis, memetakan, menginisiasi, menghubungkan, menguatkan keterhubungan kepingan puzzlenya & melompat bersama melalui kesamaan visinya.

Hari ini kami di Malang, kali ini The Local Enablers bersama SEAL.ID bersama-sama beberapa komunitas  memulai inisiasi merajut kolaborasi. Hadir disini menjadi learning partner memahami karakter era digital yang sering kali salah memaknainya. 

Sebuah kalimat tercetus hari ini, “Sepakat membangun ekosistem!” Seringkali terlupakan bahwa ekosistem adalah pilar paling penting yang bisa membantu sebuah pergerakan terjaga keberlanjutannya. Karena simpulnya saling terhubung, saling keterkaitan dan membawa pengaruh untuk saling memajukan maka Ia tidak akan tergantung secara khusus pada seseorang sosok atau organisasi yang superior. Membangun ekosistem walau penting, tapi justru hal ini pula yang sering terlupakan, karena kita fokus membangun diri sendiri dengan menggunakan model bisnisnya masing-masing kemudian terjun dalam pertempuran.

Apalagi di era digital, membangun keterhubungan adalah pilar kekuatan yang tak bisa dielakkan.  Merancang bagaimana sebuah ekosistem dirancang adalah strategi penting memastikan keberlanjutan.  Beberapa  jenis ekosistem yang penting untuk dirajut antara lain;

1. Ekosistem Bisnis, kolaborasi yang ditujukan untuk membuat fokus dalam penciptaan nilai di mata konsumen.

2. Ekosistem Inovasi. Pilar penting dimana kita perlu menginvestasikan waktu, pikiran & sumber daya bersama mengintegrasikan eksplorasi pengetahuan serta eksploitasi ekosistem bisnis. 

3. Ekosistem Pengetahuan. Ini menjadi penting, ketika kita terhubung dengan pihak-pihal yang juga fokus dalam menghasilkan kebaruan-kebaruan pengetahuan dan teknologi.


Tak semata-mata berdiri sendiri, maka usaha akan kuat jika bersama-sama merangkul ekosistemnya. Memiliki kekuatan lompatan yang kuat jika terhubung dengan pelaku inovasinya, serta senantiasa menjadi inisiatif yang terjaga keberlanjutannya jika memastikan kita juga terhubung dengan ekosistem pengetahuannya.

Menerapkan Tim Lean Jelas Perlu Keterlibatan Total dari Puncak Organisasi hingga ke Bawah

Tidak dipungkiri lagi perbaikan bukan cuma pada produknya, tapi juga pada organisasinya. Bagaiamana organanisasi bisa tetap berjalan dengan tetap lean, tetap juga bisa menemukan komposisi yang pas agar teknis & strategic berjalan dengan lancar berimbang.

Sebagai Social Enterprise beberapa tahun terakhir adalah pembelajaran terbaik, bagaimana menyeimbangkan visi sosial dengan kegiatan profesionalnya. Begitu juga dengan menyeimbangkan timnya, menyeimbangkan visi dengan sosial dengan profitnya. Kemarin kami mencoba regrouping kembali, melakukan temu singkat mingguan, memetakan lagi pain points dalam tim dan memperbaiki strateginya.

Perbaikan yang cepat inilah yang dimiliki oleh kamu-kamu yang punya tim yang lean atau ramping. Struktur bisnis tradisional sering kali menghasilkan struktur kekuatan vertikal yang menerima masukan minimal dari anggota tim dari lini bawah, sehingga sulit untuk meningkatkan proses yang inovatif.

Tim yang lean melibatkan setiap tim & dipastikan diberdayakan dalam membuat keputusan dan memfasilitasi perubahan. Peran dan tanggung jawab masing-masing tim juga menjadi terindentikasi diidentifikasi dengan jelas, serta metode untuk meningkatkan mutu juga terlaksana. Tim diberdayakan membuat perubahan yang wajar tanpa harus bergerak melalui seluruh struktur komandonya, semua diberikan ruang inisiatif, bergerak dengan kreatifitasnya.

Menjadi penting memfasilitasi komunikasi & perbaikan antar tim. Tiap anggota bertanggung jawab menemukan & memecahkan masalah di areanya. Setelah solusi potensial diidentifikasi, anggota tim berkumpul dengan pemimpin tim & mengembangkan solusi.

Kuncinya, setiap kelompok diberdayakan menerapkan peningkatan dalam lingkup tanggung jawabnya. Secara keseluruhan, struktur ini memastikan bahwa setiap tim mampu menerapkan perubahan, memastikan bahwa program memperoleh momentum yang dibutuhkannya.

Menerapkan tim lean jelas perlu keterlibatan total dari puncak organisasi hingga ke bawah. Setiap anggota berdedikasi untuk perubahan positif. Perlu perubahan mendasar budaya kerja, setiap individu belajar jadi fasilitator perubahan, anggota tim perlu belajar terus meningkatkan prosesnya. Gimana rencana tim kamu?

Bagaimana Bikin Tim yang Minimal Tapi Gesit?

Sebenernya bikin tim nggak terlalu sulit. Bikin yang lincah karena Ia kecil, lean tapi powerful. Tentang tim sebenarnya ada konsep MVT (Minimum Viable Team)  dimana kondisi tim minimum perlu terdiri dari apa aja?

Hustler, punya kemampuan networking yang luas dan bisa jualan!
Hipster Biasanya dia punya kelebihan dalam hal kreatif! 
Hacker, orang yang inovatif dan akrab dengan teknologi

Nah di Indonesia sebenarnya konsep tim ini sudah ada lama sekali. Kalo kamu kenal dengan tokoh-tokoh pewayangan Jawa, ada tokoh-tokoh terkenal dalam satu kelompok bernama Punakawan.
Punakawan adalah penjelmaan dewa yang terdiri atas Semar dan ketiga anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Kelompok ini dikenal sebagai penasihat spiritual, teman bercengkrama, dan penghibur di kala susah yang bertugas mengajak para ksatria asuhannya untuk selalu berbuat kebaikan.

Nah kalo dihubungkan dengan kekuatan tim, ini sangat cocok, apalagi dengan para pelaku startup yang ingin timnya lean dan cross functional! Nah yang menarik dari Punakawan ini berasal dari kata “pana” yang artinya paham &  kawan yang artinya “teman”. 

Peranan masing-masing bisa breakdown seperti
1. Semar, erat dengan leadership. Ia berperan sebagai pemimpin yang hadir dengan kesederhanaan, kejujuran, mengasihi sesama, rendah hati, tidak terlalu bersedih ketika mengalami kesulitan, dan tidak terlalu senang ketika mengalami kebahagiaan 

2. Nala Gareng,  Entrepreneur. Ia hadir seperti hustler, walau ia hadir dengan ketidaklengkapan bagian tubuh, mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata.

3. Petruk , layaknya Hacker, ia selalu hadir dengan Inovasi. Ia selalu konsisten mencari kebaruan, berpikir panjang dan konsisten.

4. Bagong, Ia layaknya seperti Hipster yang kreativitas. Kreatifitasnya hadir karena kesederhanaannya, sabar, tapi tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia, selalu retrospektif dan belajar dari bayangan dirinya sendiri dan memperbaiki dirinya.

Jadi gimana tim kamu, sudah lengkap belum komposisinya?

Tim akan selalu jadi syarat utama sebuah bisnis melompat!

Dari sekian banyak pengalaman kerjasama dengan beragam tim selama ini, memang selalu ada tim yang hebat dibalik setiap kesuksesan bisnis baru yang Ia jalankan. Jika kita akrab dengan startup atau organisasi modern, biasanya tim pendirinya akan menjadi perekat bagi seluruh bagian yang terlibat didalamnya.

Begitu pula jika kamu bekerja dalam sebuah korporasi, tentunya masih memerlukan tim yang solid untuk mencipta beragam produk-produk baru atau inovasinya. Ini juga berlaku jika kamu seorang Gig Enthusiast! Dimana kamu bergerak kesana kemari sebagai individu yang kemudian melekatkan diri kamu pada ekosistem dimana kamu terlibat didalamnya dalam mengerjakan sesuatu produk/projectnya. Tim akan selalu jadi syarat utama sebuah bisnis melompat!

Ada satu hal penting dalam tim yang hebat, yakni Cross Functional! jika kamu punya tim yang lintas fungsional/keterampilan/kompetensinya maka kamu memiliki probabilitas yang baik untuk menghasilkan produk yang terencana, tercipta dari hasil pembelajaran pada pelanggannya.

Tim lintas fungsi ini bisanya terdiri dari tiga keterampilan dasar, yakni desain, produk dan rekayasa teknik. Jika tim kamu tak punya salah satu dari hal tsb, maka yang diperlukan adalah akses pada sumber keterampilan, kolaborasi atau menggunakan alat bantu dengan basis teknologi.

Tim yang beragam adalah kekayaan, akan mendatangkan perspektif yang kaya dalam bergagasan yang jadi dasar utama inovasi. Trus bagaimana bikin tim yang oke? Jangan lupa sebagaimanapun hebatnya tim kamu, hal yang perlu dikuatkan adalah 1) Bertindak atas dasar data, 2) Lakukan eskperiman, perkaya pengalaman, 3) User Centric, validasi keinginan pengguna, 4) Entrerpreneurial mindset & Skills, bersolusilah dengan cepat, 5) Iterasi, iterasi iterasi!, 6) Validasi asumsi.

Melatih tim dalam kerangka kerja akan jadi wadah baik karena makin lama tim kamu makin hebat!

Pengetahuan bisa diakses dimana saja, tapi guru adalah hal lain, penting memburunya!

Pengetahuan luas bisa didapatkan dimana saja, kala pengetahuan didapat hanya dari genggaman tangan.

Namun sering kali kita lupa, ada perbedaan signifikan antara menimba pengetahuan dengan berguru.

Pengetahuan adalah pemahaman/kesadaran pada hal-hal tertentu seperti fakta, informasi, keterampilan & deskripsi yang diperoleh melalui persepsi, belajar, atau pengalaman. Bisa. bersifat praktis/teoritis,bisa juga tersirat terkait dengan keterampilan / pengalaman praktis / bisa juga secara eksplisit terkait pemahaman teoretis.

Studi tentang pengetahuan disebut epistemologi. Hasil akhir serangkaian proses kognitif kompleks, pengetahuan membutuhkan persepsi, asosiasi, penalaran & komunikasi.

Plato mengungkapkan 3 kriteria agar dianggap sebagai pengetahuan. Itu harus dibenarkan, benar & diyakini agar bisa diterima sebagai pengetahuan juga kapasitas pengakuan pada diri manusia.

Lantas, apa bedanya dengan pendidikan? Pendidikan, proses belajar di mana keterampilan & keahlian kelompok tertentu diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui pelatihan, pengajaran atau penelitian. Nah disinilah bedanya pengetahuan dan pendidikan atau berguru.

Berguru memberikan beragam jenis pengalaman, punya efek formatif pada cara seseorang bertindak, merasakan / berpikir dapat dianggap sebagai pendidikan, biasanya berlangsung di bawah bimbingan orang lain, dalam bentuk seorang guru atau instruktur.

Ironinya, saat ini makin banyak lembaga lupa pada konteksnya, bahwa lembaga pendidikan menyampaikan pengetahuan lengkap dengan konteksnya sebagai tempat berguru. Bahkan sering lupa bahwa ini disebut sebagai perguruan bukan lembaga pengetahuan.

Perguruan tinggi misalnya, sering lupa bahwa yang perlu disampaikannya adalah proses pendidikan, yang mendasari pengetahuan yang disampaikan.

Pentingkan kita masih bertemu? Mengapa masih perlu dibimbing langsung? Proses berguru didalamnya sangat erat dengan proses menularkan adab, perilaku, prinsip & kecendekiawanannya. Bukan hanya transfer ilmu yang bisa dilakukan dari mana saja, melainkan lengkap dengan konteks lain seperti karakter fundamental.

Pengetahuan bisa diakses dimana saja, tapi guru adalah hal lain, penting memburunya!

Setelah Menuliskan Mimpi, Kemudian Apa?

Setelah Mimpi Apa?

Berdiskusi penuh substansi hari ini dengan simpul-simpul kreativitas Banjarmasin. Menggagas mimpi dan menurunkannya menjadi jelas agar mimpi diujung bisa tergambarkan jelas gambaran utuhnya, membangkitkan energi pergerakan yang lebih membara.

Persoalan kemudian adalah bagaimana menurunkannya, menjadikannya tangga yang memperbesar probabilitas keberhasilannya. Pertama yang selalu kami ingatkan bahwa segala sesuatu pergerakan harus berawal dari kesepakatan dan kesepahaman atas tujuan. Tujuannya apa?

Visi.
Tujuan secara jelas disusun bersama secara inklusif, menerangkan tujuan bisnis dan juga finansial. Jangan malu-malu menentukan tujuan finansial, karena ini adalah salah satu pilar penting keberlanjutan. Selanjutnya adalah turun gunung memvalidasi kebutuhan konsumen, buka telinga dan sungguh-sungguh menyimak kebutuhan mereka apa? Jika sudah tervalidasi, kuatkan dengan pernyataan misi. Ciptakan nilai dan pembedanya dari pemetaan konsumen tadi.

Design.
Berkumpulah dan mulai proses divergennya, kemudian konvergenkan. Susun bagaimana organisasi akan berbentuk. Bagi peranan, tanggung jawab, ukuran dan strukturnya. Kemudian cobalah sistem baru, sepakati prosesnya, alur informasi dan penggunaan teknologinya. Kemudian turunkan ukuran kinerjanya, Harapan, ukuran dak keberhasilannya terukur baik.

Manage.
Merawat mimpi adalah hal yang paling menantang. Bagaimana kita melakukan penyelaransan sumber daya, usaha dan peluang. Memberdayakan dengan mengedukasi agar terjadi akuisisi keterampilan dan pengetahuan baru. Jangan lupa merancang proses rewardnya!

Develop.
Menjadi penting menentukan nilai, budaya dan menginternalisasinya. Kapabilitas diperkuat, diakselerasi dengan bentuk-bentuk kolaborasi. Jangan sedikit-sedikit kita bilang persaingan, merawat dan petakanlah puzzlenya!

Lakukan siklus ini dan melompat bersama! Tuangkan mimpunya, rawat perjalannya dengan konsisten, di ujung sana ada kejutan bagi insan-insan yang selalu setia dengan prosesnya!

Beda Mimpinya, Beda juga Energinya

“Beda Mimpinya, Beda juga Energinya” Sekelumit simpulan dari pembicaraan kami dengan salah satu startup baru. Energi yang dihasilkan dari sebuah gambaran mimpi akan sangat berbeda dari energi disepanjang perjalanannya. Maka pastikan setiap mimpi terlihat jelas dan cukup membuat bergetar ingin segera menggapainya.

Hanya saja, sering kali orang lupa bahwa diluar sana banyak juga sekelompok orang yang punya mimpi besar, atau banyak juga yang bahkan takut bermimpi. Berkumpulah dan saling bertukarlah energinya terutama jika bertemu dengan seseorang dengan keberanian untuk bermimpi besar, ambil energinya juga tanyakan apa strateginya untuk membumikannya, mengapa Ia begitu yakin mimpinya terwujud kelak!

Seoarang kawan mengungkapkan bahwa tahun ini Ia akan resmi mundur dari jabatan tingginya disebuah perusahaan yang sedang bersinar, Ia katakan Ia berani lakukan ini karena mimpinya lebih besar dibandingkan yang Ia lakukan saat ini. Keberanian ini Ia lakukan bilang “Karena mimpi saya sudah lebih besar dari yang perusahaan tawarkan, saya punya big why lebih besar”

Awal tahun selalu menjadi awal yang pas untuk memeta-ulang, mimpi diturunkan menjadi tahapan dan kesepakatan bagaimana kita merawat mimpinya. Jangan lupa, banyak juga orang bermpimpi tapi kemudian mimpinya menguap, lupa membumikannya dan atau karena tak berstrategi Ia meyerah karena dinamikanya ekstrim menguras energinya.

Memetakan, membagi tahap dan merawat! Ini adalah tugas selanjutnya pagi para pemimpi. Hal yang sangat penting mengelola mimpi.

Dalam manajemem modern ini ada ilmunya! Goals Management! Keberhasilan tak begitu saja datang layaknya keberuntungan. Keberhasilan itu penting untuk menjadi sesuatu yang by-design. Yakni, mimpi yang keberhasilannya dirancang dan dikelola, bukan muncul sebagai keberuntungan.

Keberuntungan dalam sebuah keberhasilan seringkali tak memiliki kekuatan keberlanjutan. Tapi sesuatu yang by-design Ia akan mendatangkan keberhasilan yang kemungkinan keberhasilannya lebih besar karena Ia dirancang.

Jadi kapan tim kamu #mainkeruko ? Yok belajar Goal Setting mumpung tahun baru, agar akhir tahun kamu esok semua resolusinya perlahan terwujud!

Memandu diskusi, memastikan keterlibatan setiap orang

Liberating Structure (LS), merujuk pada bagaiman proses berdiskusi yang inklusif, melibatkan setiap pihak yang hadir. Merujuk pada kebiasaan pertemuan-pertemuan membosankan kerap kali pertemuan hanya menjadi ajang menunggu giliran untuk berbicara. Diakhir acara bahkan tak tau apa yang dihasilkan melalui konsensusnya.

Kami sangat suka dengan diskusi, bergagasan, memastikan keterlibatan dan memastikan bahwa pertemuan tidak hanya melahirkan konsensus. Tapi justru melahirkan semangat baru pergerakan nyata setelah meeting-meeting serunya. Biasanya, pertemuan-pertemuan tradisional berjalan menjemukan karena hanya sebagian kecil yang memiliki otoritas, atau aktivitasnya terkontrol hingga tak ada kebebasan bersuara, enggagement yang minim dan hasil yang tak membumi.

Hari ini bersama warga desa Mekarwangi di Kabupaten Bandung Barat, menemukan hal menakjubkan dengan pendekatan Liberating Structure ini. Kami mengumpulkan warga desa, berkumpul dan duduk rapih berderet. Suasana tampak membosankan. Kemudian kami acak menjadi dua kelompok, siapkan kanvas, gerakkan kursi meja menjadi kelompok yang terpisah dengan letak kursi yang tak beraturan. Sontak suasana resmi pun berubah menjadi keriangan diskusi. Dua jam kami pandu diskusinya, setiap warga desa berlomba-lomba bersumbangsih idenya.

Kali ini kami menggunakan #RapidRoadmapping sebuah framework yang dirancang tim @thelocalenablers untuk membantu organisasi-organisasi yang ingin menata ulang peta jalan organisasinya. Membuat tahapan-tahapan yang terukur hingga mencapai visi yang disepakati bersama. Pendekatan LS, membuat usulan tidak dibuat top down, tapi benar-benar diperoleh dari sumbangsih pemikiran bersama yang diramu dengan baik dan kemudian menghasilkan semangat pergerakan selanjutnya.

LS adalah pilar penting untuk membuncahkan kultur inovasi, mengapa bisa? karena ini mudah! bahkan bukan ahlipun bisa melakukannya, fokusnya pada hasil, iterasinya berlangsung cepat & produktif, inovatif, inklusif, multiskala, serius tapi santai, mudah di copy dan bisa diadaptasi!

Kapan kita bergagasan seru lagi?
Jangan lagi rapat-rapat tegang!

Ruang Belajar dan Berkarya

Perjalanan ini layaknya proses kreatif yang memang diawali dengan perasaan takut. Apalagi bagi anak-anak muda ini yang terbilang baru bagi dunia-dunia nyata berhadapan langsung dengan dunia kerja, dunia nyata masyarakat. 

Ada excitement melakukannya di awal, kemudian dihadapkan pada pengalaman-pengalaman nyata yang jika dipelajari di kelas banyak variabel yang tak ditemukan.  Soal-soal di ruang kelas kerap kali variabel-variabel nyata sering diganti dengan asumsi, dan jumlahnya pun banyak. 

Sehingga persoalan di ruang kelas seringkali dihadapkan seolah-olah ideal, padahal kenyataannya jauh, tapi institusi pendidikan kerap mengatakan “ya bagaimana lagi, kami banyak keterbatasan sumber daya”

Memberikan ruang kreatifitas, bergera, berkarya dan mendampingi mereka seyogyanya adalah sumber energi jika memang orientasi kita pada tumbuh dan berkembangnya generasi penerus.

Memberikan pengayaan berupa panggung-panggung belajar bagi mereka sebenarnya bagi saya pribadi justru menjadi wadah belajar yang paling kontekstual yang melahirkan banyak hal-hal baru, bukan saja mengenal bagaimana semestinya kita berinteraksi dengan generasi ini, tapi juga menuai hal-hal baru dalam beragam pendekatan, perangkat, manajerial dan inovasi-inovasi pergerakannya.

Perbedaan generasi seyogyanya menghadirkan disrupsi. Disrupsi adalah gangguan yang menghasilkan inovasi. Jadi dikatakan disrupsi karena bergabungnya multi generasi dalam sebuah kolaborasi akan melahirkan kelengkapan.

Kalangan senior membawa wisdom, kematangan, network dan knowledge, kalangan muda membawa keberanian bereksperimen dan penguasaan akan jamannya yang berbeda.

“Tell me and I forget, teach me and I may remember, involve me and I learn” (Benjamin Franklin).

Retrospective Sailing

Akhir Tahun.
Desember menutup buku, melihat lagi pembelajaran yang dilalui selama satu tahu kemarin. Milestones apa yang sudah dilalui, sudah sejauh mana melangkah dan sedekat apalagi kita pada goals kita.

Tahun ke dua menggunakan OKRs dengan sungguh-sungguh menggunakannya, setidaknya ritual-ritual ceremoni dari sesi-sesi agile memang mengubah landscape culture ekosistem hingga cara bekerja, belajar dan berkolaborasi.

Menetapkan goals yang transformatif adalah cara kami membuat milestones baru, apakah goals yang dibuat cukup membuat “takut” & menantang untuk membuat nyala semangat cukup kuat untuk melejitkannya tahun depan.

Merawat goals sepanjang waktu memang hal yang paling berat, karena justu disitulah pertemuan-pertemuan yang konsisten menjadi wadah penyelarasan kembali apakah perjalanan ini sesuai dengan goals atau bahkan justru beyond!

Menjalankan proses agile sungguh-sungguh memang jadi jarang menemukan hal-hal yang sesuai goals, tapi justu jadi beyond the goals! Hanya perlu diingat, dibayar mahal dengan konsistensi dan komunikasi yang intens.

Dipenghujung tahun, saatnya
1. Melacak proses pembelajaran yang sudah dilalui
2. Rayakan pencapaian
3. Bangun kemitraan
4. Rancang langkah selanjutnya
5. Eratkan hubungan
6. Kuatkan pondasi
7. Ingatkan tim dan orang lain apa yang berubah
8. Bangun jejaring

Melompat lagi!