Stacey Matrix

Sambil nyiapin bahan kuliah, nunggu di bandara, sambil refleksi bahwa ngga semua kemajuan diperoleh dari yang pasti-pasti aja! Yuk kita belajar paham dari matriks Stacey Matrix berikut ini, coba amati dengan perlahan yaaa!

Stacey Matrix digunakan untuk memahami kompleksitas dalam pengambilan keputusan organisasi. Matrix ini membagi situasi atau masalah ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kesepakatan (agreement) dan tingkat kejelasan (certainty) dari tujuan atau solusi: sederhana (simple), rumit (complicated), kompleks (complex) & kacau (chaotic). Relevansinya akan sangat erat di Era VUCA & akan sangat berhubungan karena keberanian untuk belajar menjadi kreatif.

4 zona penting yang akan berdampak pada proses pengambilan keputusan. Variabelnya adalah apakah sesuatu itu sudah diketahui atau tidak sebelumnya, serta apakah hal tsb bisa dipastikan hasilnya atau tidak. Yuk kita bahas satu-satu ;

🥳Simple Zone
Kita akan jarang menemukan situasi yang sederhana karena saat ini penuh dengan perubahan cepat & tak terduga. Jika menemukan kondisi ini kita masih bisa menggunakan pendekatan tradisional untuk mengatasi masalah yang jelas solusinya & semua orang setuju dengan solusinya.

🤯Complicated Zone
Di sini, masalahnya lebih rumit tapi masih bisa dipecahkan dengan analisis & keahlian yang diasah. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita perlu mengumpulkan data & menganalisanya mendalam, dan mungkin meminta bantuan dari ahli untuk temukan solusinya.

😵‍💫Complex Zone
Ini adalah zona yang sering ditemukan di era VUCA. Masalahnya kompleks & tidak ada jawaban yang jelas. Ngga perlu takut, walau diawali dengan ketidakpastian, Kita justru ditantang untuk perlu lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi. Ini mungkin melibatkan percobaan dan kesalahan, dan belajar dari pengalaman.

😩Chaotic Zone
Di zona ini, situasinya sangat tidak pasti & tidak ada kesepakatan tentang apa masalahnya atau bagaimana menyelesaikannya. Ini adalah zona yang akan lebih banyak terjadi, siap-siap untuk beradaptasi dengan cepat, mungkin mengambil keputusan tanpa semua informasi yang kita inginkan & bersedia untuk terus menyesuaikan pendekatannya.

Kamu sering berada di zona mana?
😱

6 Tipe Pengambilan Keputusan

Pernah engga mengusulkan sesuatu hal dengan bersemangat, tapi engga ada respon, tapi perbicangannya tetap berlanjut! Yaah cuekin! Nah ini dinamakan Plop! 😩

Tetap semangat ya buat yang sering kali ngga diwaro 😅dalam setiap sesi-sesi diskusinya, jadi wadah belajar. Belajar dulu aja menyimak bagaiamana organisasi kita mengambil keputusan apakah dilakukan secara ekslusif atau inklusif, apakah dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan atau sekedar pertimbangan jangka pendek😊

Semakin sering organisasi mengambil keputusan yang dilakukan oleh satu individu, tanpa keterlibatan anggotanya maka potensinya berkembang dan memastikan inovasinya berlanjut akan sangat kecil. Organisasi juga perlahan akan kehilangan kapabilitas inovasinya✨

Semakin banyak anggota tim yang terlibat dalam proses pengambil keputusan, maka semakin dekat dengan proses yang membuka peluang untuk terjadinya konsensus🎉

Walau akan lebih lama dalam proses pengambilan keputusannya, tipikal proses ini akan membantu memberdayakan anggota tim dan meningkatkan rasa kepemilikan (belonging) karena melibatkan semua anggota dalam proses pengambilan keputusan, sehingga mereka merasa dihargai, terlibat aktif, dan memiliki tanggung jawab bersama terhadap keputusan yang diambil.

Hal ini memperkuat ikatan tim, motivasi, dan perasaan bahwa mereka adalah bagian penting dari tim yang berkontribusi pada kesuksesan bersama. Inklusifitas adalah bahan bakar untuk inovasi; ,mendoronhnya untuk dapat membuka pintu untuk ide-ide baru dan solusi kreatif🌟

“Meskipun mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai konsensus dalam lingkungan yang inklusif, manfaat jangka panjangnya tidak terukur. Inklusifitas memfasilitasi kolaborasi yang lebih mendalam, memungkinkan anggota tim untuk membawa berbagai perspektif dan ide unik ke meja diskusi.

Proses ini, walaupun mungkin terasa lambat, sebenarnya memelihara inovasi yang lebih kaya dan solusi yang lebih matang, yang dihasilkan dari pertimbangan dan kontribusi dari semua anggota tim.

Dengan demikian, inklusifitas menjadi katalis untuk inovasi berkelanjutan, membangun fondasi yang kuat untuk tim yang lebih adaptif, kreatif, dan sukses di masa depan🚀

Memahami Perilaku User

Mengapa memahami user akan sangat berdampak bagi proses dan model bisnis kita? 🎉

Sangat penting mengamati persona seseorang dengan perilakunya, seperti apa Ia merespon proses bisnis saat ini dan mengamati apa sesungguhnya kondisi yang ia inginkan dan bagaimana Ia menjalani prosesnya. Memahami siapa yang menjadi user, konteks dan bagaimana pengalamannya sepanjang Ia meraih kondisi yang diinginkan.🤩

Salah satu contoh yang sering kami hadirkan adalah model bisnis Pizza Hut Vs PHD, mengapa ada proses bisnis baru bernama PHD 🍕hadir setelah Pizza Hut, dan bagaimana model bisnisnya bisa begitu bagus? Karena mereka sungguh-sungguh mau paham terkait konsumennya.

Coba kita cek, dengan mulai memahami Pizza Hut dari kebutuhan pelanggannya;
“Bagaimana menghadirkan tempat yang menyenangkan untuk kumpul-kumpul seru, dan hidangan apa yang pas untuk kumpul bareng?
dari definisi ini lahirlah Pizza Hut.

Kemudain bagaimana persone dirumuskan dalam perepektif PHD?
Meredefinisikan kebutuhan pelanggan saat ini, “Bahwa Pizza 🍕 bukan lagi makanan yang enak dinikmati dengan cara Dine-in di restoran, tetapi Pizza adalah makanan teman kumpul-kumpul bersama keluarga atau teman, menemaminya nonton 🎥bersama di rumah atau acara-acara yang menitikberatkan bagaimana meningkatkan mood, kebahagiaan dan kebersamaan pada pertemuan-pertemuan tsb”

Keberhasilan PHD 🍕dalam memahami perubahan konsumen inilah yang membuat mereka bisa melesat dengan proses transformasinya dan berhasil merajai pasar Pizza 🍕 dengan perubahan perilaku konsumennya.

Saat ini, menjadi penting untuk paham dulu bagaimana konsumen melakukan shiftingnya perilakunya, lalu pastikan kita hadir dengan inovasi perbaikan proses bisnis baru apa yang dapat memberikan kondisi lebih baik bagi usernya, kemudian lakukan proses pengembangan produknya, bisa didigitaliasi jadi aplikasi, dibangun jadi infrastruktur atau dikembangkan jadi program🫡

Utamakan memahami bahwa solusi bertumpu pada perbaikan proses bisnisnya, bukan semata-mata produknya!

Selamat menyelami perjalanan konsumen!😎

Sustaining Innovation

Memang jika saat ini kecil perlu kemudian menjadi besar?

Gambaran menjadi besar selalu pada masa lalu selalu dijadikan ukuran keberhasilan, padahal menjadi besar selalu memiliki konsekwensi akan kompleksitas yang semakin tinggi, makin berat dan tak jarang makin banyak drama:)😜

Tetap kecil dan ramping memungkinkan kita berlari lebih kencang, bergerak lebih leluasa dan bermanuver lebih lincah. Untuk membesar yang perlu kita lalukan tinggal memastikan kita bisa merapat dengan simpul-simpul lain dan berkolaborasi dengannya🥸

Tak perlu khawatir dengan ukuran kecil organisasi kita, atau terkait hal lainnya seperti jauhnya kita. Era saat ini kecil adalah sebuah kentungan, begitupun dengan jauh, jauh pun tak jadi masalah selama kita connected, terhubung dengan banyak simpul.

Simpul-simpul kecil yang menarik simpul-simpul kecil lainnya akan menjadi Game-changer, keeberadaan dan sifatnya yang disruptif akan melesatkanya pada kemajuan yang pesat, tumbuh secara eksponensial serta melaju dengan pendekatan-pendekatan baru, terobosan yang tak mungkin dilakukan dimasa lalu, hingga banyak orang bahkan meragukannya hingga ia menjadi pragmatis, konservatif bahkan skeptis🫡

Ukuran kecil dalam organisasi memungkinkan fleksibilitas dan kecepatan respons yang lebih besar terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis🤸

Tetap fokus dengan masa depan & inovasi, adaptif dengan teknologi, dengarkan pelanggan & matangkan budaya kerja yang kolaboratif dan terbuka. Menjadi kecil bukalah keliru, tapi pastikan untuk untuk punya dampak besar sebagai tujuannya🚀

Influence Behaviors

Ngga ada tim yang tiba-tiba hebat atau kuat🤩

Hal paling menantang dalam pertumbuhan bisnis atau organisasi adalah menumbuhkan tim. Menumbuhkan Tim yang sehat menjadi esensial, hingga dalam prosesnya dapat mengaktivasi beragam keahlian dan ide, meningkatkan produktivitas, berbagi beban kerja, meningkatkan kreativitas, dan memberikan dukungan emosional, semuanya berkontribusi pada kesuksesan perusahaan yang lebih besar.

Penumbuhan tim ini dimulai dengan bagaimana kita mau mempercayakan sesuatu pada anggota tim, delegate istilahnya. Delegasi adalah media terbaik proses pemberdayaan tim, hingga tim bisa tumbuh baik dan kuat. Namun proses delegasi punya konsekwensi unik, yaitu mendampinginya, menemaninya belajar dan tumbuh. Bukan sekedar lempar tanggung jawab🥸

Proses mengembangkan tim adalah pilar utama pertumbuhan, membuat organisasi makin dekat dengan tujuan. Untuk makin dekat dan makin lekas sampai, tentu ada banyak konsekwensi yang tumbuh🎉

Jika ingin semakin nyata dan tumbuh probabilitas keberhasilannya, tentu konsekwensinya adalah waktu yang perlu ditekuni dengan kesabaran. Jika ingin kompak dan kuat, tentu ada totalitas mengawalnya jadi konsekwensinya.

Sesuatu mimpi individu atau organiasai kerap loncat kedepan, hingga lupa ada proses yang harus ditekuni. Tim tak bisa tiba-tiba tumbuh dan jadi hebat, leaders yang baik dia akan turun menemani proses tumbuh anggotanya. Bersabarlah. Biarkan mereka belajar dan berkembang, ada waktu yang ngga bisa diskip buat tumbuh, menyelami dinamikanya lah yang membuat tim itu jadi kuat dan kokoh, masih yakin kan mau berdinamika?✔️

OKR

Pengetahuan tentang parameter kemajuan adalah kunci untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien🚀

Terlalu sering, dalam upaya untuk mencapai kemajuan, kita justru bisa terjebak dalam perangkap-perangkat yang fokusnya justru fokus pada ukuran-ukuran yang tidak relevan😄

Ini adalah kesalahan yang sering terjadi dalam berbagai konteks, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam dunia bisnis, individu atau organisasi lain pada umumnya😣

Masalahnya muncul ketika kita mulai terlalu terobsesi dengan parameter-parameter ini hingga hilang fokus pada tujuan utama✔️

Sebuah organisasi, mungkin ada tekanan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan yang cepat. Memang sih, tujuan ini yang baik, tetapi masalahnya timbul ketika organisasinya terlalu fokus pada pertumbuhan pendapatan tanpa mempertimbangkan dampaknya pada keberlanjutan jangka panjang🤗

Parameter kemajuan yang sering salah dipilih adalah terkait pendapatan, yang seharusnya hanya menjadi salah satu dari banyak indikator yang digunakan untuk mengukur kesuksesan💲💲💲

Ada bahaya dalam mencari sumber daya sebanyak-banyaknya dalam upaya untuk mencapai kemajuan. Kita jadi cenderung berpikir bahwa dengan memiliki lebih banyak sumber daya, kita akan lebih mungkin mencapai tujuan kita. Padahal akibatnya justu bisa mengakibatkan pemborosan yang tidak perlu dan ketidakfokuskan dalam mencapai tujuan semula.

Parameter-parameter ini harus memberikan wawasan yang jelas tentang apakah kita berada di jalur yang benar atau perlu melakukan perubahan.🎉🎉

Menjaga keseimbangan antara mencari sumber daya yang diperlukan & operasional yang efisien. Mencari sumber daya ngga boleh menjadi obsesi yang mengganggu fokus pada tujuan. Sebaliknya, sangat penting memastikan bahwa sumber daya yang ditemukan digunakan dengan bijak untuk mendukung pencapaian tujuan🤝

Salah satu yang sering diungkapkan, adalah penggunaan OKR untuk memastikan tujuan dengan menyediakan kerangka kerja yang jelas, terukur, dan fokus untuk merumuskan, mengukur & mencapai tujuan, memahami prioritas, memonitor kemajuan, meningkatkan transparansi, dan meningkatkan akuntabilitas dalam pencapaian tujuannya!🚀🚀🚀

Transformasi Digital

Transformasi digital bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi tersebut dapat memberikan nilai tambah kepada pengguna dan organisasi secara keseluruhan.
Pendekatan Design thinking memprioritaskan pemahaman mendalam tentang kebutuhan pengguna dan berfokus pada menciptakan solusi yang memenuhi kebutuhan tersebut.


Design thinking membantu organisasi yang ingin bertransformasi dalam beberapa hal :
1.Empati dengan Pengguna:
Desain thinking dimulai dengan pemahaman yang mendalam tentang pengguna, masalah, dan tantangan yang mereka hadapi. Ini melibatkan wawancara, observasi, dan penelitian untuk memahami perspektif pengguna secara lebih baik.
2.Keterlibatan Tim Lintas Fungsi:
Design thinking mendorong kolaborasi tim lintas fungsi, yang melibatkan orang-orang dengan beragam latar belakang dan kompetensi. Ini membantu dalam menciptakan beragam ide dan solusi yang lebih kreatif.
3.Prototipe dan Uji:
Sebelum mengembangkan teknologi secara lengkap, design thinking mendorong pembuatan prototipe yang cepat dan murah. Ini memungkinkan perusahaan untuk menguji ide-ide mereka dengan pengguna sebelum menginvestasikan banyak sumber daya.
4.Iterasi:
Design thinking melibatkan siklus berulang dari prototyping dan pengujian. Ini memungkinkan perusahaan untuk terus memperbaiki dan mengembangkan solusi mereka berdasarkan umpan balik dari pengguna.
5.Fokus pada Masalah, Bukan Teknologi:
Salah satu kesalahan umum dalam transformasi digital adalah terlalu fokus pada teknologi tanpa memahami masalah yang harus dipecahkan. Design thinking memulai dengan memahami masalah dan kebutuhan pengguna, kemudian mencari teknologi yang sesuai untuk mengatasinya.
6.Budaya Inovasi:
Design thinking mempromosikan budaya inovasi dengan mendorong berpikir kreatif, eksperimen, dan pengambilan risiko yang terkendali. Ini membantu perusahaan untuk lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi.
7.Fokus pada Solusi yang User-Centric:
Dalam proses design thinking, solusi yang dikembangkan selalu berpusat pada pengguna. Ini berarti bahwa teknologi yang dibangun memiliki fokus yang kuat pada memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna.
8.Perubahan Budaya Organisasi

Tiga Mindset Penting Dalam Proses Inovasi

Era digital membawa perubahan yang makin pesat, tak terduga hingga rasanya cepat sekali sebuah perubahan berlangsung dari satu titik ketitik lainnya.

Proses inovasi tak lagi berjalan linear, hingga sering kali menimbulkan kebimbangan, ragu & membingungkan!

Perubahan baru perlu pendekatan cara berpikir baru, cuma memang tak berdiri sendiri, saling menyandingkan beragam kemampuan berpikir & meramunya, nah loh! nambah bingung kaan 🙂

Yuk coba kita urai terkait tiga mindset penting dalam proses inovasi;

✔️The Lean Mindset:
Fokus pada efisiensi & penghapusan pemborosan dalam proses & sistem. Lebih mendorong untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah & mengeliminasinya untuk mencapai produktivitas & efisiensi yang lebih tinggi.

Kerap Lean Manufacturing yang mengoptimalkan aliran kerja & proses sehingga hanya elemen-elemen yang penting & bernilai tambah yang dipertahankan dengan mengedepankan konsep “kaizen” yakni perbaikan yang terus-menerus & pengurangan hal-hal yang tidak efekif.

✔️Design Thinking Mindset:
Menempatkan pengguna sebagai fokus utama dalam proses inovasi & pengembangan solusi. Berempati terhadap pengguna, pemahaman mendalam terhadap masalah mereka & berpikir kreatif dalam menghasilkan solusi yang memenuhi kebutuhan & keinginannya.

Pendekatan ini akan mendorong pendekatan berulang menggali pemahaman, definisi masalah, ideasi, prototipe & pengujian yang menekankan pentingnya kerjasama antardisiplin & keterlibatan pengguna dalam seluruh proses.

✔️The Agile Mindset:
Fokus pada kemampuan adaptasi dengan perubahan & kompleksitas. Melibatkan kolaborasi intensif dalam tim, komunikasi terbuka & fleksibilitas dalam merencanakan & melaksanakan tugas. Dilakukan iterasi & inkrementalisme dalam pengembangan solusinya, timnya mendapatkan umpan balik & mengubah arah jika diperlukan & mendorong untuk fokus pada pengiriman nilai ke pelanggan secara cepat & berulang.

Ketiga pendekatan ini bisa saling melengkapi, kombinasinya menciptakan pendekatan holistik yang memungkinkan inovasi terjadi, hanya saja proses transformasinya jadi jalan panjang perubahan. Selamat berproses!

Selamat Mengarungi Perubahan!

Sebuah perubahan justru penting dilakukan secara terukur, tidak juga dengan membuang-buang energi terlalu banyak didepan, karena nafas panjangnya digunakan untuk perjalanan yang panjang.

Merangkul para enthusiast dan visioner lebih penting menjadi perhatian utama diawal-awal perubahan, karena benih-benih perubahan diuji-coba disini, kegagalan pada kalangan ini tak membuatnya mundur tapi mendatangkan semangat memperbaikinya.

Menggandeng para sponsor perubahan, memberikan wadah bagi para inisator perubahan untuk saling menumbuhkan inisiatif dan mengorkestrasinya adalah perjalanan panjang. Tak ada yang instan dalam proses perubahan, apalagi melekatkannya pada manusia. Kekuatannya terletak pada seberapa frekwentif dan konsistennya angin perubahan dikenalkan, dicontohkan dan diperagakan pada periode waktu yang panjang. Perlahan tumbuh dan berdampak.

Keberhasilan sering tumbuh perlahan, karena diawal kegagalan akan jadi makanan sehari-hari, penting untuk melibatkan komunikasi yang efektif, menjelaskan alasan perubahan secara jelas, mengidentifikasi manfaat perubahan, melibatkan anggota kelompok dalam proses perencanaan, memberikan pelatihan yang dibutuhkan, dan memberikan dukungan kontinu untuk menginspirasi dan memotivasi anggota kelompok agar mereka merasa terlibat dan memiliki kepemilikan dalam perubahannya!

Selamat mengarungi perubahan!

Proses “Reset Organisasi”

Hukum Martech (Marketing Technology), yang juga dikenal sebagai “Martec’s Law,” berbicara tentang pertumbuhan teknologi yang berkaitan dengan pemasaran dan bagaimana perkembangan teknologi dalam bidang ini sering kali berkembang lebih cepat daripada kemampuan organisasi atau individu untuk mengadopsinya secara efektif🚀

“Perkembangan teknologi berjalan lebih cepat daripada kemampuan organisasi untuk mengadopsinya.”

Dengan kata lain, hukum ini menggaris bawahi kesenjangan yang dapat terjadi antara laju inovasi dalam teknologi pemasaran dan kemampuan orang dan organisasi untuk mengikuti, memahami, dan memanfaatkannya sepenuhnya. Ini menyoroti pentingnya upaya terus-menerus untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan teknologi yang terjadi dalam dunia pemasaran.

Salah satu strategi mempercepat organisasi untuk menjadi Agile adalah dengan melakukan proses “reset organisasi” sebagai tindakan mengubah atau mengadaptasi struktur, budaya, dan operasi organisasi secara mendalam untuk mengatasi ketidaksesuaian yang mungkin terjadi akibat perubahan teknologi.

Upaya organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dengan mengadopsi perubahan fundamental dalam cara mereka beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungan bisnis yang terus berubah memang perlu, tapi ternyata ngga cuma reset sebagai salah salah satu cara membuat organisasi lebih agile.

Cara lainnya adalah bagaimana caranya agar organisasi bisa bergabung dalam sebuah ekosistem dan komunitas dan memastikannya terkoneksi dan melalukkan interaksi lebih intens dan bergerak bersama melakukan co-evolution🚀