Proses “Reset Organisasi”

Hukum Martech (Marketing Technology), yang juga dikenal sebagai “Martec’s Law,” berbicara tentang pertumbuhan teknologi yang berkaitan dengan pemasaran dan bagaimana perkembangan teknologi dalam bidang ini sering kali berkembang lebih cepat daripada kemampuan organisasi atau individu untuk mengadopsinya secara efektif🚀

“Perkembangan teknologi berjalan lebih cepat daripada kemampuan organisasi untuk mengadopsinya.”

Dengan kata lain, hukum ini menggaris bawahi kesenjangan yang dapat terjadi antara laju inovasi dalam teknologi pemasaran dan kemampuan orang dan organisasi untuk mengikuti, memahami, dan memanfaatkannya sepenuhnya. Ini menyoroti pentingnya upaya terus-menerus untuk belajar dan beradaptasi dengan perubahan teknologi yang terjadi dalam dunia pemasaran.

Salah satu strategi mempercepat organisasi untuk menjadi Agile adalah dengan melakukan proses “reset organisasi” sebagai tindakan mengubah atau mengadaptasi struktur, budaya, dan operasi organisasi secara mendalam untuk mengatasi ketidaksesuaian yang mungkin terjadi akibat perubahan teknologi.

Upaya organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dengan mengadopsi perubahan fundamental dalam cara mereka beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungan bisnis yang terus berubah memang perlu, tapi ternyata ngga cuma reset sebagai salah salah satu cara membuat organisasi lebih agile.

Cara lainnya adalah bagaimana caranya agar organisasi bisa bergabung dalam sebuah ekosistem dan komunitas dan memastikannya terkoneksi dan melalukkan interaksi lebih intens dan bergerak bersama melakukan co-evolution🚀

The Wisdom of Teams

Cek deh sudah sejauh mana tingkat kematangannya! Sebuah tulisan yang diambil dari “The Wisdom of Teams” tulisannya Jon R. Katzenbach dan Douglas K. Smith mengidentifikasi ada empat tahapan evolusi tim, coba cek dimana tim kamu berada dalam tahapan ini;

1. Pseudo Teams (Tim Semu):
Pada tahap ini, individu-individu bekerja sendiri-sendiri, tetapi secara formal dikelompokkan sebagai “tim.” Mereka mungkin berbagi informasi, tetapi masih kurang kolaboratif dan paham atas tujuan bersama, hingga juga belum bisa dianggap sebagai tim yang sesungguhnya.

2. Potential Teams (Tim Potensial):
Pada tahap ini, anggota tim mulai mengenali manfaat kerjasama dan kolaborasi. Meski masih ada tantangan dalam hal dinamika kelompok, anggotanya mulai mengembangkan rasa saling percaya dan paham bagaimana cara terbaik untuk berkontribusi satu sama lainnnya.

3. Real Teams (Tim Nyata):
Pada tahap ini, tim mencapai tingkat kerja sama yang lebih tinggi. Mereka punya tujuan bersama yang jelas dan tanggung jawab yang dibagi dengan baik. Kolaborasi, komunikasi terbuka, dan saling dukung menjadi ciri utama tim pada tahap ini. Udah sampe sini belum?

4. High-Performance Teams (Tim Berkinerja Tinggi):
Pada tahap ini, tim mencapai puncak kinerjanya. Anggota tim punya komitmen kuat terhadap tujuan bersama, mengatasi perbedaan dengan efektif, dan terus berinovasi untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tim ini bisa mengatasi tantangan dengan lebih baik dan menjadi sumber keunggulan yang kompetitif.

Setiap tahapan ini memiliki ciri khas dan tantangan yang beda-beda, dan evolusi tim ini engga selalu linear. Prosesnya bisa bahkan mundur terus maju lagi maju. Penting banget buat tim untuk tau tahapan yang sedang mereka alami dan saling bekerjasama agar bisa berkembang menuju tahapan yang lebih tinggi.

Ayo melompat!🚀

Taxonomy of Values

Satu hal yang sering terlupakan dalam pendidikan yang justru pilar paling penting dalam proses pendidikan justru adalah terkait bagaimana membangun value, karena ini tak bisa dinilai dengan nilai sekedar angka IPK yang Ia raih. Tapi akan jelas bahwa orang lain akan merasakan dan mengenali value diri kita melalui beragam interaksi dan pengamatannya terhadap perilaku, tindakan, dan sikap kita.

Darimana value seseorang bisa terasa oleh kita?

✔️ Lihat bagaimana Ia bertindak 🫡
Value jadi sangat terlihat dalam cara kita berperilaku dan bertindak dalam berbagai situasi dapat memberikan gambaran tentang nilai-nilai dan prinsip yang dianut masing-masing pribadinya. Misalnya, apakah kita jujur, bertanggung jawab, dan memperlakukan orang lain dengan baik.

✔️ Lihat konsistensinya antara ucapan & tindakannya 🙄
Sekeliling juga bisa mengenali nilai dirinya melalui konsistensi antara kata dan tindakan. Apakah Ia berpegang pada nilai-nilai kita bahkan dalam menghadapi tantangan.

✔️ Lihat bagaimana Ia berempati 😇
Bagaimana Ia menunjukkan empati & kepedulian terhadap orang lain juga mencerminkan nilai-nilai kita. Apakah Ia menunjukkan dukungan & perhatian pada orang lain serta menghargai kerjasama & hubungannya yang saling mendukung?

✔️Lihat bagaimana Ia mencapai prestasinya 🤩
Cara ini menujukka gambaran tentang nilai-nilai yang Ia prioritaskan dalam hidup. Bagaimana ketekunannya, rasa ingin tahu & dedikasi ya dalam mencapai tujuan.

✔️Lihat cara Ia berkomunikasi 🥳
Cara Ia berinteraksi dengan orang lain bisa memperlihatkan nilai-nilai seperti rasa hormat, kerjasama & kejujuran.

✔️ Lihat pengaruh positifnya😚
Sekeliling bisa mengenali nilai dirinya melalui pengaruh positif yang kita berikan pada mereka. Apakah Ia jadi contoh yang baik atau membantu menginspirasi orang lain untuk menjadi lebih baik?

✔️ Lihat bagaimana Ia merespon tantangan 🤨
Ini akan sangat mencerminkan nilai-nilai dan karakternya. Respons yang positif dan ketabahan menunjukkan nilai-nilai yang kuat dan ketekunan.

Semoga kita senantiasa jadi orang yang tekun ya, mulai dari hal-hal kecil baik yang dilakukan setiap harinya, secara konsisten, selamat berproses!

Pendekatan Agile, salah satunya Scrum

Banyak organisasi yang tidak ingin mengalami disrupsi dalam operasi mereka karena merasa sudah nyaman dengan cara mereka bekerja dan memiliki sistem yang sudah mapan.

Bisa jadi mungkin menganggap bahwa mengadopsi pendekatan-pendekatan Agile seperti Scrum jadi terlalu berisiko atau mengganggu kenyamanan status quo-nya. Beberapa perusahaan juga mungkin belum sepenuhnya memahami manfaat yang dapat diberikan oleh pendekatan Agile, salah satunya Scrum😎

Penting sekali bagi perusahaan untuk terus belajar dan berkembang, kemudian paham bagaimana teknologi dan metode-metode baru bisa sangat menguntungkan dalam jangka panjang, bahkan jika perubahan itu terasa sulit atau menantang pada awalnya😔

Tantangan utama ada pada bagaimana mereka bersedia beradaptasi, umumnya gagal karena gagal mengubah budayanya🧐

Ken Schwaber, salah satu pendiri Scrum dan tokoh utama Agile, menyatakan bahwa sekitar 75% perusahaan yang menerapkan Scrum tidak mendapatkan manfaat yang diharapkan dari metodologi tersebut🥳

Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana mengimplementasikan pendekatan-pendekatan Agile seperti Scrum dengan benar. Pendekagan-pendekatan ini bukan hanya tentang mengadopsi serangkaian peran, acara, dan artefak, tetapi juga melibatkan perubahan budaya dan cara berpikir yang mendalam di dalam organisasi. Budaya!😎

Selain itu, keberhasilannya juga tergantung pada dukungan dari manajemen tingkat atas dan budaya organisasi yang mendukung nilai-nilai Agile, kolaborasi, dan transparansi. 🎯

Jika bergerak tanpa dukungan dan komitmen penuh dari seluruh organisasi, implementasi Agile ini mungkin ngga akan menghasilkan hasil yang optimal🚀

Penting bagi organisasi untuk benar-benar memahami prinsip-prinsip dasar terkait ketangkasan ini, ngga sekedar pelatihan yang tepat, dan bagaimana cara mengadopsi sikap yang terbuka terhadap perubahan dalam budaya dan cara bekerjanya, tapi bagaiaman para pemimpinnya berkesadaran untuk terbuka, merencanakan perubahan yang terukur, dan mempersenjatai timnya dengan skill-skill baru secara bertahap😎

Selamat mengarungi perubahan!

Team of Teams

Tiap kali menjelaskan ekosistem kami itu sebenernya bagaimana bentuknya memang peer menjelaskannya, namun kata yang paling tepat adalah bagaimana setiap goals yang dirancang menggunakan prinsip team of teams.

Team of Teams adalah pendekatan untuk mengatasi kompleksitas dalam pengelolaan organisasi dengan mengintegrasikan beberapa tim independen yang punya otonomi pengambilan keputusan.

Buat tim Agile, Team of Teams penting karena mengakui bahwa dalam lingkungan yang terus berubah & kompleks, tidak ada satu tim tunggal yang bisa mengatasi semua masalah / tugas. Alih-alih, mengintegrasikan tim-tim yang beragam & independen memungkinkan kolaborasi yang lebih baik, pertukaran informasi yang cepat & pemecahan masalah yang efektif.

Hasilnya, tim Agile dapat bisa lebih adaptif, responsif & terhubung dengan baik dengan bagian lain dari organisasi. Ini memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan yang lebih besar & kompleks dengan lebih baik, sambil tetap menjaga kecepatan & fleksibilitas dalam mencapai goalsnya.

Bagaimana cara membentuknya?

🥳Identifikasi Tim-Tim yang Relevan:
Tentukan tim-tim yang memiliki peran & tanggung jawab yang saling terkait atau memiliki keahlian khusus yang relevan dalam mencapai tujuan bersama.

🥳Jelaskan Visi & Tujuan Bersama:
Pastikan setiap tim memahami perannya dalam mencapai tujuan keseluruhan.

🥳Fasilitasi Komunikasi & Kolaborasi:
Pastikan ada saluran komunikasi yang terbuka dan efektif antara tim-tim yang berbeda. Dukung kolaborasi & pertukaran informasi secara aktif.

🥳Penuhi Otonomi & Kepercayaan:
Beri otonomi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tugas mereka. Bangun kepercayaan antara anggota.

🥳Bentuk Tim Gabungan:
Dalam beberapa kasus perlu membentuk tim gabungan yang terdiri dari anggota dari beberapa tim yang berbeda untuk menyelesaikan tugas ertentu.

🥳Tetapkan Pemimpin Bersama:
Bertugaa memfasilitasi kerjasama & koordinasi antara tim-tim yang berbeda, harus memiliki keterampilan dalam membawa timnya bersama mencapai tujuan bersama.

🥳Evaluasi & Koreksi:
Evaluasi berkala untuk menilai efektivitasnya.

Tapi, ini semua perlu komitmen, kerjasama & komunikasi yang kuat dari semua anggota yaa!

Dinamika dalam Proses Inovasi

Namanya juga dunia kreatif, pasti penuh dengan dinamika! Bahasa lain dinamika adalah ruwet!🤣

Kerumitan memang selalu jadi bagian awal dari proses inovasi karena tantangan dan kompleksitas suatu masalah malah akan mendorong tim untuk berpikir kreatif, mencari solusi baru, dan mengembangkan pendekatan inovatif.

Kala tim menghadapi situasi yang rumit, justru berkah bagi mereka karena cenderung merangkul pemikiran berbeda dan mencari cara baru untuk mengatasi hambatan. Yang sabar yaa!

Hanya saja, memang perlu kita kembangkan kemampuan untuk menjadi responsif dan meningkatkan keterampilan mengembangkan budaya inovatif timnya untuk belajar hal-hal sbb;

✔️Jangan bangun barier! Fasilitasi komunikasi terbuka: Mendorong anggota tim untuk berbagi ide-ide mereka tanpa takut dikritik, sehingga suasana terbuka dan kolaboratif dapat tercipta.

✔️Salah-salah dikit ga papa, Beri kebebasan eksplorasi: Berikan ruang bagi anggota tim untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan berbeda, bahkan jika awalnya terlihat tidak konvensional.

✔️Beranikan buat eksperimen: Galang kebiasaan menguji gagasan dan melakukan eksperimen biar paham apa yang berhasil & yang engga.

✔️ Gagal itu wajar, terima aja dulu, bagian dari proses: gagal biasanya jadi peluang buat belajar & memperbaiki lagi.

✔️ Inovasi sangat erat dengan inklusivitas: Perlu ditumbuhkan jika anggota tim merasa didengar & diberi wadah bermainnya.

✔️Beri penghargaan & insentif buat ide-ide inovatif yang berhasil diimplementasikan.

✔️ inovasi sebagai nilai inti: jadikan inovasi sebagai bagian dari identitas tim & usaha kamu, sehingga menjadi fokus utama dalam berbagai kegiatan.

✔️Berbagi pengetahuan: Saling berbagi pengetahuan & pengalaman bisa mendorong tim untuk saling menginspirasi & tumbuh kembang bersama.

Jika kita komit mencipta lingkungan yang mendukung kreativitas, toleransi terhadap kerumitan2 ini, & melatih sikap terbuka terhadap ide-ide baru, perlahan tim bisa mengembangkan respon & budaya inovatif yang memacu kesuksesan kita dalam menghadapi berbagai tantangan.

Ruwet2 sedikit lama-lama jadi banyak! Tapi ya pusing juga sih😁 boleh bgt pause dulu, gas kemudian🤣

Pemetaan Stakeholders adalah Proses yang Berkesinambungan

Punya banyak kenalan? Teman hasil silaturahmi yang tak putus tentunya jadi kekuatan yang penting, modal keberhasilan dimasa datang. Coba deh rapihkan dengan memetakannya karena hal ini akan membantu organisasi untuk mengidentifikasi, memahami, dan berinteraksi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan atau pengaruh terhadap tujuan kita. Beberapa hal kenapa penting memetakan stakeholders;

🤨 Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan: Memahami kepentingan dan perspektif berbagai pihak membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan & harapan mereka terhadap organisasi.

😎Mengurangi konflik: kita dapat mengidentifikasi potensi konflik kepentingan dan mengambil tindakan pencegahan untuk menguranginya.

🤩Mendukung pengambilan keputusan: jadi paham siapa saja yang terpengaruh oleh proyek atau keputusan tertentu membantu dalam mengambil keputusan yang lebih informasional & punya dampak positif.

🫣Meningkatkan komunikasi: bisa merancang strategi komunikasi yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Gimana memulainya?

🚗Identifikasi stakeholders: Buat daftar semua pihak yang terlibat atau terpengaruh oleh organisasi, termasuk individu, kelompok & lembaga.

🚙 Prioritaskan stakeholders: Tentukan siapa saja yang memiliki pengaruh atau kepentingan yang tinggi terhadap organisasi.

🚐 Kumpulkan informasi: Dapatkan data tentang setiap stakeholder, termasuk tujuan, kepentingan, posisi & tingkat pengaruh mereka terhadap tujuan kita.

🚕 Buat peta visual: Gunakan peta atau matriks untuk menggambarkan informasi yang dikumpulkan. Secara sederhana bisa gunakan sumbu X dan Y untuk menggambarkan tingkat kepentingan & pengaruhnya.

🚓 Analisis & tindakan: Analisis hasil pemetaan untuk mengidentifikasi kesempatan dan tantangan. Kemudian rancang strategi untuk berinteraksi dengan masing-masing stakeholder secara efektif.

Ingat yaa bahwa pemetaan stakeholders adalah proses yang berkesinambungan, dan kita perlu memperbarui peta tersebut seiring berjalannya waktu dan berubahnya kondisi organisasi.

Jangan putus silaturahmi yaa, pastikan tetap connected!🚀🚀

Membangun Konsistensi Mencapai Tujuan

Bersama kawan-kawan Banjarmasin, satu hal yang jadi isu utama berusaha adalah membangun konsistensi, hal paling menantang karena perlu dedikasi & disiplin yang konsisten untuk menjaga pola tindakan atau perilaku yang diinginkan.

Melakukan sesuatu secara terus-menerus, bahkan ketika kita tidak merasa termotivasi atau saat menghadapi tantangan jadi terasa sulit karena manusia cenderung terpengaruh oleh perubahan suasana hati, godaan, atau kesulitan yang timbul dalam perjalanan menuju tujuannya.

Tapi, konsistensi adalah kunci keberhasilan jangka panjang dalam banyak hal, baik itu mencapai tujuan pribadi, membangun hubungan yang sehat, atau mengembangkan keterampilan baru.

Untuk menjadi konsisten dalam bisnis, cobain ini deh:
1. Tentukan tujuan yang jelas, spesifik, terukur & realistis untuk bisnis kamu. Punya visi yang jelas akan membantu kita tetap fokus & termotivasi.

2. Buat rencana tindakan: rencana yang terperinci tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadwalkan tugas-tugas harian, mingguan & bulanan yang bisa dikerjakan secara teratur.

3. Prioritaskan pekerjaan: Identifikasi tugas-tugas yang paling penting & berdampak besar. Fokus sama hal-hal yang benar-benar penting & hindari terjebak dalam tugas-tugas yang tidak mendukung tujuan utama.

4. Jadwalkan waktu secara konsisten: Tentukan jadwal kerja yang konsisten & patuhi komitmen tersebut. Disiplin dalam mengatur waktu akan membantu kita menjaga konsistensi dalam melakukan tugas-tugas yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis.

5. Bangun kebiasaan sehat: Ciptakan kebiasaan yang mendukung keberhasilan, seperti bangun pagi, berolahraga & mengelola stres. Keberhasilan bisnis seringkali terkait dengan kesehatan fisik dan mental yang baik.

6. Evaluasi & adaptasi: evaluasi rutin terhadap kemajuan langkahnya. Identifikasi apa yang berfungsi & apa yang perlu diperbaiki. Jika ada perubahan yang perlu dilakukan, sesuaikan rencananya.

7. Jaga motivasi: Bisa berupa membaca, berinteraksi dengan mentor, komunitas, atau cari inspirasi dari pengusaha sukses lainnya.

Ingat yaa bahwa konsistensi adalah proses yang membutuhkan waktu & kesabarann hingga sampai tujuan.

Memahami Persona untuk Memulai Pendekatan yang User Centric

Biar ngga berasumsi, dalam design thinking, memahami persona adalah proses paling penting untuk memulai pendekatan yang user centric. Bermula dengan mempelajari, memahami & mendefinisikan karakteristik, kebutuhan hingga tujuan pengguna yang potensial. Persona adalah representasi fiksi dari pengguna didasarkan pada data & wawancara yang dikumpulkan tentang user sebenarnya.

Langkah-langkah apa untuk memahami persona?

1. Penelitian Pengguna🙇
Teliti dengan mendalam tentang pengguna potensial. Bisa wawancara, observasi langsung, survei/ analisis data. Tujuannya untuk memahami outcomes yang diharapkan, kebutuhan, motivasi, & preferensi pengguna yang mungkin mempengaruhi desain produk & layanan.

2. Pengelompokan Data🖊️📝
Setelah mengumpulkan data tentang pengguna, identifikasi juga pola atau kesamaan di antaranya. Kelompokkan pengguna berdasarkan karakteristik umum, perilaku, atau kebutuhan yang serupa. Ini akan membantu dalam pembentukan persona yang lebih terfokus.

3. Buat Persona 🧒🧑‍🦱
Gunakan data yang sudah dikumpulkan untuk menciptakan persona yang mewakili kelompok pengguna tertentu. Kemudian, berikan personanya nama, gambar & deskripsi yang mendalam tentang karakteristik, tujuan, tantangan & preferensi pengguna. Persona harus realistis dan bisa dipahami oleh tim desain.

4. Empati dengan Persona🥸
Setelah persona dibuat, tim desain harus bisa menghubungkan diri dengan persona tersebut secara emosional. Coba dalami dunianya, lihat dari sudut pandangnya, rasakan kebutuhan & masalah yang dihadapinya. Ini akan membantu kita dalam menghasilkan solusi yang lebih relevan & efektif.

5. Menggunakan Persona sebagai Panduan : Persona bisa memandu kita dalam pengambilan keputusan. Tiap tahap perancanganya, tim bisa merujuk pada persona untuk menguji ide-idenya, memprioritaskan fitur & mengidentifikasi solusi yang sesuai dengan kebutuhan serta preferensi pengguna.

Dengan memahami persona, kita bisa lebih terhubung dengan pengguna & menghasilkan solusi yang lebih manusiawi serta relevan. Persona yang baik akan membantu dalam membawa pemikiran user ke dalam proses desain & menciptakan pengalaman yang memenuhi kebutuhan & harapan user.

Selamat belajar!🚀

Co-Creation & Co-Creative

Co-creation dan co-creative merupakan konsep yang terkait erat dan sering digunakan dalam konteks inovasi dan pengembangan produk atau layanan. Apa bedanya?

1. Co-creation
Co-creation merujuk pada proses di mana perusahaan atau organisasi bekerja sama dengan pelanggan atau pengguna akhir untuk menciptakan nilai tambahan.

Dalam co-creation, perusahaan mengakui bahwa pelanggan memiliki pengetahuan, pengalaman, dan perspektif yang berharga, dan melibatkan mereka dalam tahap-tahap awal perencanaan, desain, pengembangan, dan evaluasi produk atau layanan.

Co-creation melibatkan kolaborasi aktif antara perusahaan & pelanggan untuk menghasilkan solusi yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan yang lebih baik pula.

2. Co-creative
Sementara itu, co-creative adalah sebuah pendekatan atau sikap yang diadopsi oleh individu atau tim dalam konteks kolaborasi dan kreativitas.

Co-creative menekankan pada partisipasi aktif, ide-ide baru, dan pemecahan masalah bersama sebagai tim. Ini melibatkan berbagi pengetahuan, keterampilan, dan inspirasi untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai serta mendorong kolaborasi yang inklusif, adanya saling mendukung, dan keterlibatan semua anggota tim dalam proses kreatif.

Dalam rangka kerja sama antara perusahaan & pelanggan, perusahaan dapat menerapkan pendekatan co-creative untuk menciptakan lingkungan di mana pelanggan merasa didengar, terlibat & berkontribusi pada pengembangan produk atau layanan. Maka co-creative dapat menjadi salah satu komponen dari proses co-creation yang lebih luas.

Jika keduanya terlaksana, kemudian yang perlu dijaga adalah co-evolutionnya.

3. Co-evolution

Co-evolution merujuk pada perubahan yang saling mempengaruhi antara perusahaan & konsumen dalam merespon, beradaptasi dengan perubahan pasar, teknologi & kebutuhan pelanggan, kemudian menyesuaikan produk, layanan untuk memenuhi permintaan yang berkembang.

Proses ini melibatkan iterasi dan evolusi yang berkelanjutan di kedua sisi, di mana perusahaan dan konsumen saling mempengaruhi & beradaptasi satu sama lain seiring waktu, mencerminkan hubungan yang dinamis, saling bergantung & berinteraksi.

Gimana, kita mulai kerjasama & maju bareng ya?