Menyimak Prof @dwilarsodl direktur beasiswa @lpdp_ri di @bangkitfest

Di dunia yang berubah secepat sekarang, banyak skill teknis punya “masa kedaluwarsa.” Yang bertahan justru meta-skill: cara berpikir, problem framing, empati, komunikasi, dan kemampuan belajar ulang. Karena itu, masa depan tidak cukup diisi spesialis tunggal. Kita butuh multi-talenta dengan dua kedalaman keahlian (Pi-shape), satu sebagai fondasi profesional, satu lagi sebagai mesin adaptasi ketika tuntutan berubah.

Banyak universitas top dunia sudah menangkap sinyal ini. Harvard menggabungkan teknik dengan human-centered design, Stanford d.school mencampur bisnis–desain–perilaku, MIT Media Lab melintasi seni–teknologi–sains, dan NUS hingga KAIST mulai mewajibkan lintas-disiplin sebagai standar. Artinya jelas: pendidikan global sedang bergeser dari “menguasai satu hal” menjadi menjembatani banyak hal.

Menjadi multi-talenta bukan soal tahu semuanya, tapi siap belajar ulang kapan pun. Mereka yang punya dua kedalaman, kolaboratif, dan mampu menghubungkan perspektif lintas-peran akan jadi pemain paling relevan. Di era ini, yang menang bukan yang paling ahli, tetapi yang paling adaptif, lintas-batas, dan mampu menciptakan diri versi baru—berulang kali.

@gnfi

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *