
Law of Triviality
Bayangkan rapat besar dengan tema serius: transformasi digital, kurikulum baru, atau kota cerdas. Tapi begitu dimulai, yang dibahas justru warna logo, bentuk spanduk, atau siapa yang duduk di depan saat acara. Ide besar lenyap, waktu habis untuk hal kecil. Inilah Law of Triviality, hukum yang bilang semakin remeh topiknya, semakin lama orang membicarakannya. Karena membahas hal mudah terasa lebih aman dan membuat semua orang merasa pintar, padahal tidak membawa perubahan apa pun.
Inilah sebab banyak organisasi terlihat sibuk tapi sebenarnya tidak bergerak. Semua sibuk rapat, tapi hasilnya tidak jelas. Yang sulit dan penting justru dihindari, karena tidak semua paham atau berani menyentuhnya. Diskusi jadi tempat untuk terlihat aktif, bukan untuk menyelesaikan masalah. Energi yang seharusnya dipakai untuk memecahkan isu besar malah habis untuk urusan kecil yang tidak berdampak.
Pemimpin yang baik tahu kapan pembahasan mulai melenceng. Ia bisa memotong diskusi yang tidak penting dan mengarahkan tim kembali ke hal yang benar-benar berpengaruh. Fokus bukan di berapa banyak yang dibahas, tapi apa yang berubah setelahnya. Karena masalah terbesar dalam organisasi bukan kurang ide atau dana, tapi terlalu banyak waktu dihabiskan untuk hal-hal kecil yang tidak mengubah apa-apa.
Law of Triviality, dikemukakan oleh C. Northcote Parkinson dalam bukunya Parkinson’s Law and Other Studies in Administration (1957), menyatakan bahwa semakin remeh suatu hal, semakin banyak waktu dan energi yang dihabiskan orang untuk membahasnya.
“If every meeting is spent on small things, don’t expect big results.”





No comment yet, add your voice below!