Dalam sebuah perbincangan hangat bersama kawan-kawan di Kementerian Koperasi, muncul satu pertanyaan yang menggugah: Apa yang bisa kami bantu? Pertanyaan ini bukan basa-basi, melainkan pemantik untuk mengakselerasi 80.000 Koperasi Merah Putih yang hari ini sedang mencari arah, terutama dalam hal membangun dan mengembangkan model bisnis yang mandiri, kontekstual, dan berdampak.

Berangkat dari pengalaman mendampingi berbagai organisasi menuju kemandirian, kami percaya bahwa model bisnis bukan sekadar dokumen yang mengisi sembilan kotak. Ia adalah cermin dari cinta: cinta pada dampak sosial, cinta pada kemandirian, dan cinta pada masyarakat yang dilayani. Kami ingin membantu koperasi-koperasi ini menemukan bentuk model bisnis yang bukan hasil tiruan, bukan template, tapi tumbuh dari akar realitas dan potensi lokal mereka sendiri.

Kami ingin mengajak koperasi melihat model bisnis sebagai alat berpikir, bukan semata hasil cetak. Bukan output, tapi proses. Bukan hanya tujuan, tapi perjalanan. Dari situ akan lahir koperasi yang mampu menunjukkan outcomes yang nyata, dan dari outcomes itulah muncul impact yang sesungguhnya, yakni masyarakat yang terlayani, anggota yang berdaya, dan ekosistem yang tumbuh bersama.

Bayangkan jika koperasi tidak hanya bicara soal neraca dan laba, tapi juga tentang purpose. Koperasi yang bukan sekadar entitas ekonomi, tapi organisasi yang dipimpin oleh tujuan (purpose-led organizations). Maka model bisnis bukan alat cari untung, tapi cara untuk menghadirkan keberkahan dalam skala luas. Inilah kontribusi yang ingin kami tawarkan: mendampingi tumbuhnya koperasi yang tidak hanya bergerak, tapi juga bertumbuh, menuju cita-cita besar gerakan ekonomi rakyat.

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *