Accountability Ladder

Tiba-tiba dapat tugas yang tidak dipahami sama sekali, bagaimana caranya agar kita bisa menuntaskannya? Inilah saatnya kita coba naik via Tangga Akuntabilitas✈️

Tangga Akuntabilitas atau “Accountability Ladder” adalah konsep penting dalam literatur bisnis & kepemimpinan, membantu individu dan organisasi meningkatkan akuntabilitasnya. Menapaki tangga ini dimulai dari tingkat dasar di mana seseorang tidak sadar atau menyangkal adanya masalah. Mereka mungkin tidak mengenali tugas atau tanggung jawab yang ada di depan mereka🥹

Tahap berikutnya melibatkan menyalahkan orang lain atau situasi atas masalah yang terjadi. Ini adalah respons umum ketika seseorang mengakui adanya masalah tetapi tidak mau bertanggung jawab penuh. Ketika individu mulai menyadari masalah namun merasa tidak mampu menghadapinya, mereka cenderung membuat alasan untuk menghindar🙂‍↔️

Selanjutnya, pada tingkat menunggu dan berharap, individu berharap masalah akan terselesaikan dengan sendirinya tanpa tindakan proaktif. Ini adalah fase pasif yang penting dihindari untuk mencapai tingkat akuntabilitas yang lebih tinggi. Pada tahap memahami, individu mulai memahami apa yang sebenarnya diinginkan dan diharapkan dari mereka🥸

Ambil tanggung jawab penuh & punya komitmen adalah langkah penting berikutnya, cari solusi kreatif & berpikir secara proaktif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Ambil keputusan secara mandiri & memastikan langkah-langkah yang diambil tepat menunjukkan kemajuan signifikan dalam tangga akuntabilitas🤓

Pada tahap tertinggi, individu bertindak dengan tanggung jawab & kreativitas tinggi, memastikan inovasi & perbaikan berkelanjutan. Di sini, mereka tidak hanya menyelesaikan tugas tetapi juga menciptakan dampak positif jangka panjang bagi organisasi😎

Ngga semua orang langsung menguasai konsep ini; prosesnya memerlukan waktu & usaha. Kita semua perlu belajar merangkak naik, mau belajar dan memahami hingga bisa menyelesaikan tugas dengan efektif. Dengan menapaki Tangga Akuntabilitas, individu dan organisasi dapat mencapai hasil yang lebih baik, menciptakan budaya kerja yang produktif dan harmonis, serta menghadapi berbagai tantangan dengan lebih efektif🚀

Belajar Design Thinking belum tentu menjadikan kita seorang Design Thinker

Belajar Design Thinking belum tentu menjadikan kita seorang Design Thinker. Jadi, bagaimana caranya?

Seringkali, kita belajar sesuatu langsung menuju ke bagian “what” tanpa memahami hakikatnya. Dalam belajar Design Thinking, banyak yang fokus pada metode tanpa menginternalisasi nilai-nilai dasar seperti empati, kolaborasi, keterbukaan, dan inklusivitas. Tanpa pemahaman ini, kita cenderung menggunakannya untuk kepentingan sesaat, tanpa menghasilkan perubahan signifikan atau inovasi mendalam.

Dalam ilmu apapun, penting untuk memahami hakikat, fundamental, dan filosofi dasar ilmu tersebut. Dengan pemahaman ini, kita bisa mengaplikasikan ilmu secara bijak dan relevan.

Memahami esensi atau tujuan di balik suatu ilmu memungkinkan kita melihat gambaran yang lebih besar dan bagaimana ilmu tersebut bisa digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Contohnya, ketika membaca buku, penting untuk mengetahui siapa penulisnya dan mengapa ia menulisnya. Memahami latar belakang dan motivasi penulis memberikan konteks penting yang membantu kita memahami “why” di balik informasi yang disampaikan. Ini memantik semangat belajar dan membuat kita lebih terlibat, memberikan wawasan lebih dalam tentang materi yang dipelajari.

Memahami “why” atau alasan di balik sebuah ilmu sebelum belajar “how” dan “what” menghadirkan perubahan cara berpikir yang fundamental. Ini menciptakan keinginan kuat untuk terus mengasah dan mendalami ilmu tersebut. Mengerti alasan dan tujuan mendasar di balik suatu ilmu membantu kita lebih terlibat dan berkomitmen dalam proses pembelajaran, serta lebih fleksibel dan kreatif dalam menggunakannya untuk memecahkan berbagai masalah.

Dengan memahami hakikat ilmu yang dipelajari, kita tidak hanya akan menjadi lebih mahir dalam menerapkannya, tetapi juga dapat menciptakan perubahan signifikan dan berkelanjutan.

Pendekatan belajar ilmu dengan memahami “why” terlebih dahulu sebelum “how” dan “what” memberikan dasar yang kuat dan mendalam. Ini membawa kita pada kemampuan untuk memiliki energi belajar yang lebih besar, membuat dampak yang lebih besar, dan terus membuat kemajuan yang signifikan.

Siap menjadi Design Thinker?🚀

Innovation Theater” & “Actual Innovation

Saat ini, banyak kampus, organisasi yang mengklaim paling inovatif, padahal kenyataannya tidak. Jangan-jangan organisasi kita juga begitu! Yuk, bahas bedanya “Innovation Theater” & “Actual Innovation”.

Inovasi sejati perlu dipahami karena sering kali kita terjebak dalam “kata” inovatif yang sebenarnya ngga menghasilkan dampak nyata. Innovation Theater merujuk pada tindakan yang tampak inovatif tetapi tidak menghasilkan perubahan. Berikut ciri-cirinya:

1. Pameran Superfisial:🥳
Fokus pada kegiatan seperti hackathons & lab inovasi tanpa hasil konkret. Aktivitas ini lebih mengutamakan penampilan & kesan sementara daripada mencapai tujuan nyata. Banyak organisasi menggunakan hackathons / sesi brainstorming glamor hanya untuk menunjukkan bahwa mereka “berinovasi” tanpa mengimplementasikan ide-idenya.

2. Kurangnya Dampak Nyata:🤓
Tidak ada perubahan signifikan / nilai tambah yang dihasilkan. Meski terlihat sibuk & penuh aktivitas, tidak ada solusi konkret / hasil bermanfaat bagi perusahaan / masyarakat. Ide-ide sering kali berhenti di papan tulis & tidak pernah diwujudkan.

3. Simbolisme:🥸
Lebih fokus pada simbol / ritual daripada tujuan bisnis nyata. Ini bisa berupa jargon inovasi, publikasi media, / pameran teknologi tanpa substansi nyata (Garcia & Calantone, 2002).
Sebaliknya, Actual Innovation adalah proses yang menghasilkan perubahan nyata & terukur dalam organisasi. Berikut adalah beberapa ciri utama:

1. Hasil Nyata:😎
Menghasilkan produk, layanan, / proses baru yang memberikan nilai tambah & meningkatkan efisiensi berdasarkan kebutuhan nyata (Voss et al., 2006).

2. Implementasi & Eksekusi:🎯
Ide-ide diuji, disesuaikan, & diterapkan hingga menjadi solusi yang bermanfaat (DiMaggio & Stenberg, 1985).

3. Dampak Bisnis:📈
Inovasi memberikan dampak terukur, seperti peningkatan pendapatan / pengurangan biaya, membawa perubahan positif dalam keuntungan & efisiensi (Drucker, 1998).

Innovation theater fokus pada penampilan tanpa hasil nyata, sementara actual innovation menghasilkan perubahan konkret yang meningkatkan nilai. Penting untuk memastikan inovasi yang dilakukan benar-benar berdampak nyata, bukan sekadar simbolisme! Ayo kongkretkan !🚀

Empati

Empati adalah kemampuan esensial untuk mengerti dan merasakan emosi serta keadaan orang lain dari sudut pandang mereka, seakan-akan kita yang mengalami situasi itu sendiri. Ini adalah kunci dari pemahaman antarmanusia, sebuah proses dimana kita menempatkan diri kita dalam sepatu orang lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam🍎

Compassion, atau kasih sayang yang aktif, adalah perluasan dari empati. Ini bukan hanya tentang pemahaman emosi, tetapi juga tentang hasrat untuk mengurangi atau mengeliminasi penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Compassion adalah manifestasi dari empati yang berujung pada tindakan, sebuah keinginan untuk tidak hanya mengakui tetapi juga untuk mengambil langkah konkrit dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi orang lain🍊

Dalam Design Thinking, empati adalah fondasi dari pendekatan desain. Desainer menggunakan empati untuk menyelami kebutuhan, hasrat, dan tantangan pengguna, memungkinkan mereka untuk mengungkap masalah yang benar-benar perlu diatasi dengan solusi yang tepat dan berpengaruh🍒

Namun, Design Thinking mengusung tujuan yang lebih besar daripada sekadar empati. Ini berambisi untuk mencapai compassion melalui proses desain—menciptakan solusi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan tetapi juga menghormati dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Desain yang didorong oleh compassion mempertimbangkan efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, menghasilkan produk, layanan, atau sistem yang mendukung pertumbuhan, kesehatan, dan kebahagiaan secara keseluruhan🍉

Sehingga, sementara empati adalah langkah awal yang memungkinkan kita untuk memahami pengguna dengan lebih mendalam, compassion adalah puncak dari Design Thinking, di mana solusi yang dihasilkan tidak hanya berorientasi fungsi tetapi juga dipandu oleh nilai-nilai humanistik dan etis, yang menunjukkan kepedulian nyata terhadap kebutuhan kemanusiaan di balik setiap tantangan desain🍓

Dari empathy hingga compassion

Pengembangan diri

Pengembangan diri yang kita lakukan sejatinya berakar pada tujuan mulia: membesarkan kebermanfaatan bagi orang lain.

Proses belajar dan meningkatkan diri bukanlah semata untuk kepuasan atau pencapaian pribadi, tetapi lebih penting lagi, untuk memastikan bahwa keterampilan yang kita miliki dapat ditransfer secara efektif kepada penerima manfaat.

Konsep ini menekankan pada pentingnya tidak hanya memiliki pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga kemampuan untuk memastikan bahwa pengetahuan tersebut dapat melekat dan berkembang dalam diri orang lain.

Dalam konteks ini, belajar menjadi lebih dari sekadar menambah wawasan; ini adalah tentang mengasah cara kita mengkomunikasikan dan membagikan ilmu tersebut pada siapapun. Misalnya, seorang pendidik yang terus-menerus memperbaiki metode pengajarannya tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikannya sendiri, tetapi juga memperkuat pemahaman dan keterampilan murid-muridnya. Ini menciptakan lingkaran positif dimana peningkatan kemampuan pendidik langsung berdampak pada keberhasilan pembelajaran muridnya.

Selain itu, pengembangan diri dalam konteks ini juga melibatkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh penerima manfaat. Dengan memahami ini, seseorang dapat menyesuaikan pendekatan dan metode pembelajaran atau transfer keterampilan untuk memastikan bahwa mereka relevan dan efektif. Tujuannya bukan hanya transfer pengetahuan, tetapi juga membekali penerima manfaat dengan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam praktik.

Pendekatan ini memandang keberhasilan tidak hanya dari pencapaian pribadi, tetapi dari seberapa besar dampak positif yang bisa dihasilkan bagi orang lain. Ini adalah tentang menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan, di mana pengembangan diri kita secara langsung berkontribusi pada kemajuan dan keberhasilan orang lain. Dengan cara ini, pengembangan diri menjadi sebuah perjalanan yang tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Individu dikembangkan bukan dengan pendekatan sulap, tapi proses transformasi yang panjang, tapi sungguh-sungguh dirancang. Change by Design✨

Selamat menebar manfaat!

Design Thinking

Design Thinking merupakan lebih dari sekedar alat untuk membuat produk; ia merupakan metode untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih baik dan holistik.

Kemampuan ini memungkinkan perubahan paradigma dalam cara memandang masalah dan mengimplementasikan solusi. Ini bukan hanya tentang merancang produk, tetapi juga tentang menetapkan tujuan yang tepat dan mencapai hasil yang diinginkan, mulai dari mengerti ‘Mengapa’, proses, solusi, hingga dampak akhir🚀

Dalam bidang edukasi, pemahaman tentang Design Thinking sangat penting bagi para edukator. Ini memungkinkan mereka mengembangkan metode pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif, tidak hanya berfokus pada transfer ilmu, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan solutif pada siswa.

Pendekatan ini membantu siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga aplikasinya dalam kehidupan nyata, mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan pemecahan masalah dan inovasi🤩

Design Thinking juga mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, mempromosikan eksplorasi, eksperimen, dan pengembangan pemahaman mandiri. Hal ini penting dalam membangun keterampilan kolaborasi, komunikasi, empati, dan penghargaan terhadap perspektif orang lain.

Penerapannya dalam pendidikan tidak hanya mengubah cara belajar siswa, tetapi juga cara mereka berpikir dan bertindak, menciptakan generasi yang adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan🥳

Design Thinking penting di bidang pendidikan

Bareng-bareng dosen keren di Paragon @inspiringlecturer 🙌 punya kesempatan bagus berbagi mengapa Design Thinking penting di bidang pendidikan, terutama Pendidikan Tinggi.

Di era yang serba cepat dan penuh tantangan, mengadaptasi metode pembelajaran efektif dalam pendidikan tinggi menjadi sangat penting. Design Thinking, dengan fokusnya pada empati, kolaborasi, dan eksperimen, mendukung pembelajaran kritis dan kreatif✨

Proses ini dimulai dengan memahami kebutuhan pengguna, membentuk fondasi untuk solusi yang relevan dan berdampak. Kolaborasi memperkaya pembelajaran, menggabungkan berbagai perspektif untuk menciptakan solusi inovatif. Eksperimen mengajarkan penerimaan kegagalan sebagai bagian penting dari proses pembelajaran, mendorong pencarian solusi yang lebih efektif🤩

Hasilnya adalah kemampuan menciptakan solusi yang inovatif dan relevan, mengembangkan individu yang tidak hanya ahli dalam pemecahan masalah tetapi juga empatik dan kolaboratif. Design Thinking tidak hanya fokus pada produk yang lebih baik, tetapi juga pada pengembangan individu yang lebih baik, mengajarkan cara berpikir yang dapat diterapkan di berbagai aspek kehidupan🙌

Design Thinking merupakan perjalanan transformasi, membekali individu dengan kebijaksanaan, kreativitas, dan hati untuk menjadi pemimpin masa depan. Ini adalah investasi dalam pendidikan untuk masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan, menciptakan solusi efektif dan memupuk generasi pemimpin yang siap menghadapi tantangan🚀

Mari bareng-bareng bikin dampak🤩

The Local Enablers and Lewrick & Company.

It’s truly inspiring to see such initiatives like the School of Innovation being launched, especially with the collaboration between The Local Enablers and Lewrick & Company. This venture stands as a testament to the power of combining global methodologies with local expertise, fostering a culture of innovation and creative problem-solving in Indonesia.

The involvement @thelocalenablers highlights the commitment to not just imparting knowledge but also nurturing the right mindset for innovation. This approach is vital in empowering individuals at all levels, from those just beginning their journey in innovation to seasoned decision makers looking to enhance their strategies.

The diverse range of certification programs, accommodating varying levels of expertise, ensures that the School of Innovation will be a pivotal resource for many. It’s an opportunity for participants to not only learn but also apply these methodologies in real-world scenarios, driving tangible change and progress.

The focus on design thinking as a key aspect of the training is particularly noteworthy. It underscores the importance of empathy, creativity, and user-centric approaches in innovation, which are crucial in today’s rapidly evolving world.

As Indonesia embarks on this journey towards a more innovative future, it will be fascinating to observe the ripple effects of such education and empowerment. The School of Innovation could very well be a catalyst for significant positive transformations, not just within organizations but across the broader societal landscape.

Embracing innovation is indeed embracing the future, and it’s commendable to see such initiatives paving the way🚀🚀🚀

Design Thinking

Menggunakan Design Thinking bukan cuma tentang menciptakan solusi yang efektif, tetapi juga tentang memahami dan menghargai pengalaman manusia dalam setiap aspeknya.

Kerjasama lintas disiplin akan jadi kunci karena tujuannya adalah outcomes, ide-ide dari berbagai bidang kemudian diintegrasikan untuk menemukan solusi-solusi inovatif. Hingga seorang Design Thinkers selalu didorong untuk menjadi seseorang yang ingin tahu, dengan terus bertanya dan mengeksplorasi lebih dalam untuk benar-benar memahami masalah dan kebutuhan penggunanya

Pada prosesnya, jadi sangat penting untuk bisa pula memvisualisasikan perjalanan penggunanya, dilakukan dengan memetakan setiap langkah, kita dapat mengidentifikasi dan memahami titik kesulitan serta peluang untuk perbaikan. Ini membantu dalam merancang solusi yang tidak hanya kreatif tetapi juga relevan dan berdampak langsung pada pengguna.

Aspek kunci lainnya adalah aksesibilitas. Desain harus bisa diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau sensorik. Ini bukan hanya tentang inklusivitas tetapi juga tentang menciptakan solusi yang berkelanjutan dan luas pengaruhnya.

Akhirnya, refleksi dan dokumentasi menjadi bagian penting dari proses. Meluangkan waktu untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari dan mendokumentasikannya tidak hanya memperkaya proses pembelajaran tetapi juga menjadi sumber berharga untuk proyek-proyek mendatang. Dokumentasi ini juga memungkinkan pengetahuan dibagikan, sehingga memperluas dampak Design Thinking.

Dengan mengintegrasikan semua elemen ini ke dalam Design Thinking, kita tidak nggq cuma menciptakan solusi yang efektif tetapi juga berkontribusi pada penciptaan dunia yang lebih inklusif, pemahaman, dan inovatif.

Selamat mengarungi dunia inovasi!

Design Thinking

Di era yang terus berubah dan penuh tantangan ini, pentingnya Design Thinking jadi semakin terasa. Design Thinking bukan cuma sekadar proses, tapi juga cara pandang yang unik untuk memahami dan menanggapi kompleksitas dunia yang makin rumit dengan empati dan kreativitas.

Merujuk tulisan Tim Brown, Design Thinking mengajarkan kita untuk bisa melihat dunia dengan lensa yang berbeda, di mana empati dan eksperimen menjadi fondasi utama. Walau sederhana terasanya, tapi fundamental ini yang paling menantang diterapkan.

Rujukan lain, David Kelley dalam bukunya Creative Confindence, pada konteks saat ini dan masa depan, kolaborasi, seperti yang ditekankan jadi kunci utama. Menghadapi masalah yang semakin kompleks, kita jadi membutuhkan berbagai perspektif dan keahlian untuk mencapai solusi yang inovatif. Kolaborasi juga seperti mudah dilakukan, faktanya akan sangat berbeda karena mindsetnya kerap kali belum shifting.

Belajar lagi terkait Fasilitasi Design Thinking, prosesnya justru berfokus pada bagaimana memandu eksplorasi ini, bukan hanya mencari jawaban yang tepat, nah ini juga kerap kali jadi tantangan, bukan sekedar jawaban tepat, tapi berani engga bereksplorasi?

Memfasilitasi proses dengan kerangka Design Thinking, diawali denhan pentingnya untuk menciptakan ruang di mana setiap suara didengar dan setiap ide dihargai. Ini mencerminkan kebutuhan akan inklusivitas dan keragaman dalam mencari solusi. Inovasi ngga alan muncul dari isolasi, melainkan dari interaksi dan kolaborasi yang dinamis.

Pendekatan-pendekatan ini, mengingatkan kita bahwa memfasilitasi Design Thinking bukan hanya tentang memberikan jawaban, tetapi lebih pada mengajukan pertanyaan yang tepat untuk membuka wawasan baru. Dan terakhir, mengingatkan lagi, digarisbawahi pula bahwa tujuan utama Design Thinking adalah menciptakan masa depan yang lebih baik dengan pendekatan yang berpusat pada manusia.

Dalam konteks ini, Design Thinking menjadi sangat relevan untuk mengembangkan solusi yang tidak cuma inovatif, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif, memastikan kita siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi di masa depan.

Jadi kita mau belajar bareng ngga nih?